Perjalanan 10 Tahun Tzu Chi Medan
Jurnalis : Leo Samuel Salim (Relawan Tzu Chi Medan), Fotografer : Amir , dan Albert Khosasih ( Tzu Chi Medan )
|
| ||
Itulah momentum yang sangat berharga dan menjadi titik awal lahirnya Tzu Chi di Medan. Dengan sambutan yang baik dari masyarakat, hanya dalam kurun waktu satu tahun, Tzu Chi Medan sudah memiliki kantor sendiri yang kemudian diresmikan pada tanggal 28 Agustus 2003. Dengan adanya sebuah kantor resmi yang didonasikan oleh Mujianto Shixiong maka para relawan Tzu Chi Medan dapat menjalankan misi-misi Tzu Chi dengan lebih maksimal. Dari sebuah kelompok kecil relawan, sekarang sudah hampir 2.000 relawan yang bergabung di Tzu Chi Medan. Dengan adanya dukungan dari relawan-relawan maka keempat misi utama Tzu Chi dapat dijalankan dengan baik. Misi pelestarian lingkungan juga mendapat dukungan yang sangat luar biasa dari masyarakat Kota Medan. Dari kota Medan, Tzu Chi terus menyebarkan cinta kasihnya ke kota-kota lainnya dan sekarang sudah memiliki Kantor Penghubung di Tebing Tinggi yang menjadi tempat bernaungnya relawan-relawan dari Tebing Tinggi dan Pematang Siantar. Jalinan Jodoh yang Semakin Berkembang Dari misi budaya humanis, Tzu Chi Medan juga semakin berkembang dengan didirikannya DAAI TV Medan. Pada saat ini, seluruh biaya operasional DAAI TV Medan sudah dapat ditanggung sepenuhnya dari hasil penjualan barang-barang daur ulang Tzu Chi Medan. Relawan-relawan daur ulang dengan sepenuh hati menjalankan pesan Master Cheng Yen, yakni mengubah sampah menjadi emas dan emas menjadi cinta kasih. Meski hampir 90 persen siaran DAAI TV Medan didukung oleh DAAI TV Jakarta, dampak positifnya banyak dirasakan oleh masyarakat Kota Medan dan sekitarnya. Pada awalnya, banyak pihak yang meragukan, apakah DAAI TV Medan dapat bertahan tanpa adanya pemasukan dari iklan, tetapi waktu telah membuktikannya sendiri, sampai saat ini, DAAI TV Medan tetap mengudara dan menemani semua pemirsanya.
Keterangan :
Mengenal Sejarah Tzu Chi Medan “Yang hendak ditonjolkan dalam pameran kali ini adalah wujud kesatuan hati antar relawan Tzu Chi Medan, karena Tzu Chi Medan sendiri dapat terus eksis sampai saat ini karena sumbangsih tanpa pamrih dari semua relawan pada tahun-tahun awal berdirinya,” tambah Desnita sewaktu ditanya apa yang hendak dicapai dalam pameran kali ini. Master Cheng Yen senantiasa mengingatkan kita semua agar tidak melupakan niat awal hati kita sewaktu bergabung dengan Tzu Chi. Dari sebuah niat hati yang tulus, semua relawan menapaki jalan Bodhisatwa Tzu Chi. Selama 10 tahun, Desnita telah menjadi relawan Tzu Chi dan dirinya merasa yakin telah menemui jalan yang tepat untuk menjalani kehidupannya. Semangat inilah yang membuat dirinya tidak menyesal memutuskan untuk bergabung dengan Tzu Chi. Desnita juga mengatakan bahwa sebagian besar dari kita sudah mengetahui dengan jelas sejarah Tzu Chi tetapi masih banyak relawan yang belum begitu tahu latar belakang lahirnya Tzu Chi di daerahnya sendiri. Dengan menggunakan kesempatan ini, Desnita berharap wawasan relawan mengenai Tzu Chi Medan semakin bertambah. “Jangan sampai kita sendiri selaku relawan Tzu Chi Medan tidak mengetahui sejarah Tzu Chi Medan itu sendiri,” tambahnya. Menurut jadwal, pameran ini seyogyanya dibuka pada tanggal 13 Oktober 2012, tetapi tanpa diperkirakan sebelumnya, pameran dibuka sehari lebih awal karena penataan dekorasi pameran telah selesai pada tanggal 11 Oktober 2012. Sebuah wujud kebersatuan hati antar relawan dalam menyukseskan pameran ini. Setiap hal ada orang yang mengerjakan, dan setiap orang ada hal yang dikerjakan, itulah prinsip yang digunakan dalam mempersiapkan pameran ini. Tidak ada satu pun relawan yang berpangku tangan. Dari para pengunjung yang datang, sebagian besar berasal dari dunia pendidikan, yakni mahasiswa-mahasiswi beberapa universitas, seperti STIE PMCI (Professional Management College Indonesia), STMIK Mikroskil ,Universitas Prima Indonesia, dan juga dari SMA Wiyata Dharma. Tujuan dari kunjungan mereka adalah untuk mengetahui lebih lanjut mengenai Tzu Chi. Kali ini, salah satu Tzu Ching, Prayugo menjelaskan bagaimana Master Cheng Yen dengan prinsip kesederhanaan mendirikan Yayasan Buddha Tzu Chi di tahun 1966 dan dengan prinsip cinta kasih universal dan ketulusan menjalin jodoh hingga ke lebih dari 50 negara di dunia dan berhasil bertahan hingga sekarang, di tahun yang ke-46.
Keterangan :
Dalam pameran ini juga ada satu sisi bagian yang menjadi tempat untuk mempromosikan produk-produk Jing Si. Tanggapan dari para pengunjung akan produk-produk tersebut juga sangatlah baik karena para relawan dengan sepenuh hati menjelaskan manfaat dari masing-masing produk seperti buku, CD, DVD, maupun alat-alat makan daur ulang. Setiap hari, jika waktu telah menunjukkan pukul 12.30 WIB, semua relawan akan menghentikan kegiatannya sejenak untuk berdoa bersama. Berharap semoga semua hati manusia tersucikan, masyarakat yang damai, serta dunia yang besbas dari bencana. Di sela-sela pameran, para Bodhisatwa Cilik dari Kelas Budi Pekerti mempertunjukkan kebolehannya dalam peragaan isyarat tangan, dan salah satu dari mereka menghibur para pengunjung dengan alunan kecapi. Relawan-relawan lain juga menampilkan isyarat tangan dari beberapa lagu-lagu Tzu Chi. Selama 3 hari, lagu-lagu Tzu Chi terus menemani para pengunjung Atrium Cambridge City Square sehingga membuat hati orang-orang yang mendengarkannya menjadi tenang dan bahagia. Dengan wajah yang penuh senyum, satu per satu relawan menjelaskan apa saja yang dilakukan oleh Tzu Chi kepada para pengunjung. Tak lupa, relawan menjelaskan hal yang sangat penting di Tzu Chi yakni semangat celengan bambu. Dari dana kecil menjalankan amal besar. Inilah semangat yang terus diwariskan kepada setiap relawan Tzu Chi di seluruh dunia. Dan menjadi bagian untuk mewujudkan salah satu tekad Master Cheng Yen, yakni mensucikan hati manusia. Pengunjung pun merasa tertarik akan barang-barang hasil kreasi dari sampah daur ulang. Dari sebuah benda yang tidak terpakai, dapat dibuat menjadi barang yang berguna. Salah satunya adalah tas jinjing yang dikreasikan dari kantung plastik belanjaan. Kemudian ada juga kreasi bunga dari kertas koran bekas. Bunga-bunga plastik yang dibuat dari botol-botol minuman kemasan yang dicat sehingga indah dipandang. Kalau tidak diperhatikan dengan seksama, hampir semua pengunjung tidak pernah menyangka kalau semua itu adalah hasil kreasi dari sampah. Di penghujung hari terakhir pameran, Desnita mengumpulkan semua relawan untuk sharing. Masing-masing relawan mengungkapkan kebahagiaannya karena dapat mengenal lebih jauh akan Tzu Chi Medan dan dapat mengikat jodoh baik dengan banyak orang. Desnita sendiri mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua relawan yang sangat sepenuh hati bersumbangsih demi kesuksesan pameran ini. “Sebuah kegiatan itu dikatakan sukses kalau semua relawan bersatu hati dalam berkegiatan,” tambahnya. Pameran 10 Tahun Tzu Chi Medan ini, ditutup dengan peragaan isyarat tangan Satu Keluarga oleh semua relawan Tzu Chi Medan. Semoga semangat akan kebersamaan ini dapat terus berlanjut dan diwariskan. | |||
Artikel Terkait
Mengantarkan Kehangatan Imlek kepada Oma Opa
13 Maret 2018Pengumpulan Celengan Bambu untuk Membantu Warga Penyintas Gempa di Turki dan Suriah
02 Maret 2023Yayasan Buddha Tzu Chi Tanjung Balai Karimun kembali mengadakan pengumpulan celengan bambu. Seluruh dana cinta kasih yang terkumpul ini disalurkan untuk membantu warga penyintas gempa di Turki dan Suriah.