Pemberkahan Awal Tahun 2025 di He Qi Tangerang dibuka oleh Lily Santoso dan Sukandi yang menjadi MC.
Mulai tahun 2025, Yayasan Buddha Tzu Chi mempercayakan masing-masing Komunitas He Qi untuk mengadakan Pemberkahan Awal Tahun 2025 di komunitas mereka bersama para donatur dan masyarakat setempat. Ini menjadi tantangan sekaligus kesempatan untuk menggarap ladang berkah yang besar, karena melibatkan banyak orang, waktu, dana, serta tenaga.
Di He Qi Tangerang, Pemberkahan Awal Tahun 2025 dilakukan pada 16 Februari 2025 dengan dibuka oleh MC, Shijie Lily Santoso, yang juga merupakan Wakil Ketua dan Fungsionaris Konsumsi He Qi Tangerang, bersama Shixiong Sukandi, Fungsionaris Pelatihan dan Kebaktian He Qi Tangerang. Acara dimeriahkan dengan penampilan Barongsai dari Desa Binaan Simpak, isyarat tangan Tzu Bei De Bu Fa, sebelum dilanjutkan dengan sesi sharing dari para penerima bantuan.
Para relawan menampilkan isyarat tangan Tzu Bei De Bu Fa yang berarti Jejak Langkah Welas Asih
Menghadirkan Berkah Melalui Misi Amal
Misi amal menjadi fondasi utama dalam misi Tzu Chi, yang tercermin dalam kisah Sidarlina Mendrofa, seorang penerima bantuan dari komunitas Tangerang. Sidarlina mengalami pendarahan hebat akibat kesalahan penanganan saat melahirkan, yang mengharuskannya menjalani histerektomi (operasi pengangkatan Rahim) untuk menyelamatkan nyawanya. Dalam kondisi kritis, suaminya, Aris, meminta bantuan Tzu Chi untuk menanggung biaya pengobatan.
Setelah pulih, Sidarlina dan keluarganya terus didampingi relawan Tzu Chi, bahkan turut berpartisipasi dalam kegiatan amal seperti menyisihkan donasi melalui celengan bambu. Terinspirasi oleh bantuan yang diterima, Aris bergabung menjadi relawan, aktif dalam kegiatan pelestarian lingkungan dan sosial. Kisah ini menggambarkan ajaran Master Cheng Yen tentang meringankan penderitaan, menyebarkan cinta kasih, dan menumbuhkan rasa syukur.
Sidarlina Mendrofa berbagi kisah jalinan jodohnya bersama Tzu Chi yang menginspirasi banyak orang.
Selain Sidarlina, Tzu Chi juga membantu Ahmad Didi, penerima bantuan terlama sejak 2010. Ahmad mengalami lumpuh permanen akibat kecelakaan lalu lintas yang penanganannya terlambat dan salah. Ditinggalkan oleh istri dan anaknya, ia hidup seadanya di garasi rumah teman.
Selama 19 tahun, Ahmad hanya bisa berbaring tengkurap dan bergantung pada bantuan teman-temannya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Relawan Tzu Chi rutin mengunjunginya, memberikan bantuan biaya hidup, popok, dan obat-obatan. Melalui inisiatif "beras cinta kasih," banyak penerima bantuan menyisihkan beras untuk Ahmad Didi, yang terkumpul lebih dari 15 kg setiap bulan. Sayangnya, pada 26 Februari 2024, almarhum meninggal dunia akibat komplikasi kesehatan. Kisahnya mengajarkan ketegaran dalam menghadapi penderitaan dan menginspirasi banyak orang untuk terus berbuat kebajikan.
Kisah-kisah penuh haru seperti Sidarlina dan Ahmad Didi menunjukkan betapa pentingnya peran kita dalam meringankan beban sesama. Ini adalah cerminan dari semangat berbagi yang terus tumbuh, baik di dalam komunitas Tzu Chi maupun di luar sana.
Mengubah Jalan Hidup Melalui Tzu Chi
Selain penerima bantuan ada pula Johnny Chandrina, ketua relawan Tzu Chi komunitas Tangerang, yang juga membagikan pengalamannya tentang makna sebenarnya bergabung dengan Tzu Chi. Menurutnya, Tzu Chi bukan sekadar tempat berbuat baik, melainkan tempat pelatihan diri. “Ketika kita membantu orang lain, sebenarnya kita sedang membantu diri sendiri,” ujarnya.
Sebelum mengenal Tzu Chi, Johnny merasa hidupnya kurang bermakna meski sukses secara finansial. Titik baliknya terjadi pada 2007 saat ia dirawat di rumah sakit dan kehilangan teman dekat karena kecelakaan. Peristiwa itu menyadarkannya bahwa hidup tidak kekal dan hanya amal baik yang akan terus mengikuti.
Johnny terinspirasi oleh kisah “Pelangi di Balik Jendela” yang ditayangkan di DAAI TV, tentang seorang istri kepala sekolah yang berubah setelah mengenal Tzu Chi. Ia pun memutuskan bergabung dan melihat sisi lain kehidupan, terutama di Jakarta. Alih-alih menghabiskan uang secara tidak bijaksana, ia memilih menyumbangkannya untuk mereka yang lebih membutuhkan. Sejak bergabung dengan Tzu Chi, Johnny merasakan perubahan positif dalam hidupnya, termasuk membaiknya hubungan dengan keluarga.
Dengan mengimplementasikan ajaran Master Cheng Yen, seperti berbakti kepada orang tua, ia berhasil menciptakan keharmonisan dalam keluarganya. Kisah Johnny menjadi bukti bahwa amal dan pelatihan diri dapat membawa transformasi hidup yang mendalam.
Stand-Stand yang Menginspirasi
Di stand Tzu Chi Corner, Lim Eng Nie, relawan Tzu Chi Tangerang, mengungkapkan kebahagiaannya karena banyak pengunjung yang datang mengunjunginya. "Pengunjung yang datang rata-rata ingin tahu lebih banyak tentang kegiatan-kegiatan Tzu Chi, dan saya bersama relawan lainnya memperkenalkan dunia Tzu Chi kepada mereka," ujarnya dengan penuh semangat.
Di stand kata perenungan, Wey Alam, salah satu relawan yang bertugas pada hari itu, juga berbagi pengalamannya. "Kami membagikan berbagai buah tangan bagi pengunjung yang mampir ke stand kami dan dapat menjawab beberapa pertanyaan mengenai makna kata-kata perenungan dari Master Cheng Yen. Tujuannya agar masyarakat lebih mengenal Tzu Chi melalui kata-kata perenungannya," jelas Wey Alam.
Berbagai macam stand yang ada di Pemberkahan Awal Tahun 2025 di He Qi Tangerang memeriahkan kegiatan.
Sementara itu, di stand Jing Si yang dikomandoi oleh Nani Sutanto, mereka berfokus pada memasarkan berbagai produk Jing Si kepada pengunjung. “Kami memasarkan banyak produk Jing Si, seperti buku-buku, alat makan minum, teh, mie, dan lainnya dengan harapan produk vegetarian kami lebih dikenal masyarakat,” ujarnya.
Di stand pelestarian lingkungan, yang dikelola oleh Irawati, pengunjung diajak untuk lebih peduli terhadap lingkungan. “Di Stand ini, kami menampilkan hasil daur ulang yang dilakukan oleh relawan kami, seperti kain perca yang dijahit menjadi topi, dan botol plastik yang didaur ulang menjadi barang-barang bermanfaat,” kata Irawati.
Irawati juga mengajak pengunjung untuk ikut memilah sampah dan botol plastik dalam kegiatan pelestarian lingkungan yang diadakan setiap hari Rabu dari pukul 08.00 hingga 12.00 WIB di Depo Pelestarian Lingkungan Medang Lestari, Tangerang.
Di stand misi amal, Aan Christian, salah satu relawan yang bertugas, berbicara tentang misi amal Tzu Chi. “Kami menyampaikan kepada pengunjung bahwa Tzu Chi menyalurkan 100% dana dari masyarakat untuk membantu mereka yang kurang mampu. Kami juga memberi tahu bahwa dalam setiap kegiatan, termasuk Pemberkahan Awal Tahun ini, Tzu Chi tidak mengambil sepeserpun dana dari masyarakat. Semua dana yang terkumpul diaudit, agar mereka lebih percaya pada kinerja organisasi Tzu Chi,” ungkap Aan dengan penuh antusias.
Sementara itu, di stand misi kesehatan, dr. Farida dari TIMA Indonesia berbagi informasi tentang kegiatan pengobatan gratis yang dilakukan oleh Tzu Chi. "Kami rutin mengadakan bakti sosial dan pengobatan gratis di Pesantren Nurul Iman, Bogor. Kami senang melihat antusiasme masyarakat yang datang dan bertanya tentang berbagai hal," jelas dr. Farida.
Di misi pendidikan, yang dikomandoi oleh relawan Lenah, pengunjung diperkenalkan dengan Kelas Budi Pekerti, program unggulan yang diadakan oleh Tzu Chi. "Kami memperkenalkan Kelas Budi Pekerti kepada pengunjung melalui tayangan video dan foto-foto kegiatan anak-anak kelas kami. Kami juga membuka pendaftaran bagi orang tua yang tertarik mendaftarkan anak-anak mereka untuk bergabung dengan kelas kami," ujar Lenah.
Para relawan dan donatur serta tamu undangan tampak antusias melihat berbagai stand yang ada di Pemberkahan Awal Tahun 2025 di He Qi Tangerang ini.
Tanggapan pengunjung sangat positif, dan banyak yang antusias untuk bergabung. Kurniawan, salah satu pengunjung dari relawan Sumarecon Peduli, datang bersama beberapa teman dan merasa terharu melihat banyaknya kegiatan Tzu Chi yang bermanfaat. "Kami sangat terkesan dan bangga dengan begitu banyaknya kegiatan yang dilakukan oleh Tzu Chi. Kami baru saja mampir ke stand misi pendidikan dan mengetahui ada Kelas Budi Pekerti, serta mengunjungi stand Tzu Ching. Kami bangga melihat kiprah para muda-mudi Tzu Chi yang turut andil dalam kegiatan kerelawanan," ujar Kurniawan dengan penuh semangat.
Di stand Tzu Ching, Daniel, salah satu anggota Tzu Ching, menjelaskan dengan antusias tentang berbagai kegiatan yang dilakukan oleh Tzu Ching. “Setiap pengunjung yang datang, kami jelaskan mengenai sejarah Tzu Ching dan berbagai kegiatan yang telah dilakukan. Kami juga memperkenalkan barcode yang bisa dipindai pengunjung untuk berinteraksi dengan kami lewat media sosial,” kata Daniel.
Sementara itu, di stand vegetarian, Candy Shijie, sebagai PIC, merasa senang dengan kegiatan PAT (Pemberkahan Awal Tahun) kali ini. “Kali ini berbeda dari tahun sebelumnya karena lebih intens, dan pengunjung yang datang sebagian besar berasal dari wilayah Tangerang, jadi kami merasa lebih dekat dengan mereka,” ujarnya.
Di Stand Vegetarian ini, terdapat pohon ikrar, tempat pengunjung dapat menuliskan ikrar mereka untuk memulai pola makan vegetaris. Ikrar ini kemudian digantung pada pohon Bodhi, dan pengunjung yang berikrar dapat memperoleh hadiah seperti sayur-mayur, buah-buahan, dan Mie DAAI dengan cara mengaduk gulungan kertas di fish bowl.
"Harapan saya, semoga semakin banyak orang yang terinspirasi untuk memulai pola makan vegetarian, karena selain baik untuk diri sendiri, ini juga baik untuk bumi dan alam kita," ujar Candy.
Ingga Shijie, sebagai PIC stand suvenir, menceritakan dengan bangga tentang pembuatan suvenir untuk acara ini. “Pembuatan suvenir ini memerlukan waktu sekitar dua bulan. Suvenir yang kami buat berupa Pelita Bunga Teratai, yang terbuat dari botol plastik air mineral yang dipotong dan digerinda untuk membentuk kelopak bunga teratai. Kami menyiapkan sekitar 500 kuntum bunga, dan akhirnya dapat menyelesaikan sekitar 550 kuntum bunga lebih. Semua ini tercapai berkat kerjasama tim yang solid,” kata Ingga. Harapannya, semakin banyak orang yang bergabung dengan Tzu Chi untuk berbuat kebaikan.
Esty Shijie, relawan yang sudah lama tertarik dengan pembuatan Eco Enzim, merasa senang karena dapat memperkenalkan manfaat dari Eco Enzim di standnya. “Eco Enzim dapat digunakan sebagai bahan pembersih alami, pupuk tanaman, dan mengatasi masalah kulit seperti gatal-gatal. Kami ingin memperkenalkan cara pembuatan Eco Enzim dan manfaatnya untuk bumi, karena dengan mengolah sampah organik, kita bisa mengurangi limbah di rumah,” ujar Esty dengan semangat.
Di stand cek kesehatan, dr. Yanto dari TIMA Indonesia juga menyatakan kebahagiaannya atas antusiasme pengunjung. “Kami menyediakan pengecekan kesehatan gratis, seperti cek gula darah, kolesterol, tensi darah, dan asam urat. Saya sangat senang karena pengunjung sangat antusias dan sadar akan pentingnya cek kesehatan sejak dini,” ujarnya.
Relawan juga membuka pameran foto yang telah mengabadikan jejak cinta kasih relawan He Qi Tangerang.
Johnny Chandrina, Ketua He Qi Tangerang, mengungkapkan rasa syukurnya atas suksesnya acara PAT pertama kali yang diadakan oleh He Qi Tangerang. “Semua panitia mempersiapkan acara ini dengan sangat baik. Antusiasme pengunjung luar biasa, mereka ingin berkeliling dan melihat stand-stand yang ada. Semoga acara ini dapat terus berlanjut karena menunjukkan kekompakan seluruh relawan,” ujarnya dengan penuh sukacita.
Acara berlangsung dengan sukses dan lancar meskipun hujan turun deras sekitar pukul 14.00 WIB. Acara dimulai tepat waktu pada pukul 15.00 WIB untuk 18 Stand pameran, dan Pemberkahan Awal Tahun dimulai pada pukul 16.45 hingga 19.10 WIB. Meskipun acara sedikit molor, hal itu menunjukkan betapa antusiasnya pengunjung dan narasumber dalam acara ini, yang membuat momen tersebut terasa penuh kegembiraan dan kebersamaan.
Editor: Metta Wulandari