Perjalanan Setengah Abad Kasih Sayang

Jurnalis : Meiliana (Tzu Chi Pekanbaru), Fotografer : Tomy (Tzu Chi Pekanbaru)

Relawan-relawan yang bertugas di setiap stand, menjelaskan makna dari foto-foto yang dipajang di pameran.

Bulan Mei tahun ini Tzu Chi genap berusia 50 tahun. Tzu Chi pertama kali didirikan pada tahun 1966 dengan nama Badan Amal Ke Nan Tzu Chi. Jejak cinta kasih universal Master Cheng Yen, pendiri Tzu Chi beserta relawan di segala dunia telah terukir setengah abad lamanya.

Berawal dari sebutir benih tumbuh menjadi hamparan ladang kebajikan yang permai. Kegiatan-kegiatan dan sumbangsih dari para relawan juga tiada hentinya dilakukan seolah berlomba dengan waktu. Semua ini bertujuan untuk menggalang lebih banyak lagi bodhisatwa dunia demi terwujudnya dunia yang lebih baik.

Dalam rangka memperingati 50 tahun Tzu Chi, Yayasan Buddha Tzu Chi Pekanbaru mengadakan Pameran Tzu Chi bertajuk Setengah Abad Kasih Sayang. Pameran ini berlangsung dua hari pada 19-20 November 2016 di Mal Ciputra Seraya, Pekanbaru dari pukul 10.00 hingga 22.00 WIB.

Melalui stand produk-produk Jing Si semakin menegaskan prinsip kemandirian Master dan murid-muridnya (Sehari Tidak Bekerja, Sehari Tidak Makan). Relawan membawa pengunjung untuk ikut merasakan prinsip kemandirian tersebut dengan menunjukkan produk-produk Jing Si dan hasil karya Master.


Memasuki area pameran, langsung terlihat backdrop 50 tahun Tzu Chi Internasional menyebarkan cinta kasih mulai dari 1966 hingga 2016.

Melihat, Mendengar, Merasakan

Di pintu masuk pameran, langsung terlihat backdrop atau latar 50 tahun Tzu Chi Internasional menyebarkan cinta kasih dari tahun 1966 hingga 2016. Latar ini selanjutnya akan membawa pengunjung melihat, mendengar dan merasakan langsung Setengah Abad Kasih Sayang. Langkah pertama ketika menginjakkan kaki di area pameran, pengunjung diperkenalkan dengan Guru dari Master Cheng Yen yaitu Master Yin Shun. Berawal dari pesan “Demi Ajaran Buddha, Demi Semua Makhluk”, Master Cheng Yen menjalankan visi dan misi Tzu Chi dengan cara menginspirasi orang yang mampu untuk membantu sesama dan menolong yang kurang mampu agar memiliki kekayaan batin.

Selanjutnya pengunjung dibawa untuk merasakan cinta kasih yang telah berlabuh di Indonesia pada tahun 1993. Karena adanya peristiwa banjir besar yang melanda Jakarta pada tahun 2002 lalu, atas petunjuk dari Master Cheng Yen, dijalankan program 5P (Pengeringan, Pembersihan, Penyemprotan, Pengobatan dan Perumahan) yang merupakan program normalisasi Kali Angke beserta warganya.

Pengunjung juga akan diajak menelusuri semangat Celengan Bambu, di mana ketika itu Master Cheng Yen mengajak 30 ibu rumah tangga untuk menyisihkan uang sebesar 50 Sen Mata Uang Taiwan atau setara dengan 150 rupiah, yang tidak mempengaruhi uang belanja di pasar, untuk menolong orang.

Melalui stand produk-produk Jing Si semakin menegaskan prinsip kemandirian Master dan murid-muridnya dengan prinsip Sehari Tidak Bekerja, Sehari Tidak Makan. Dana yang telah dihimpun sepenuhnya digunakan untuk kegiatan kemanusiaan Tzu Chi. Hingga saat ini, Master beserta murid-muridnya tetap hidup sederhana dan bekerja keras dengan bercocok tanam dan menjalankan industri rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Salah satu pengunjung yang sangat bersukacita dapat menuangkan langsung celengan yang telah ia isi penuh.


Setelah melihat, mendengar, dan merasakan setengah abad kasih sayang Tzu Chi, pengunjung yang merasa tergugah saat itu langsung menuliskan ikrar baiknya.

Setelah itu, ada corner Pelestarian Lingkungan dengan konsep 5R (Rethink, Reduce, Reuse, Repair, Recycle). Di stand ini, pengunjung bahkan dapat langsung memilah barang yang sudah tak terpakai sesuai jenisnya. Pengunjung juga dapat melihat produk DAAI Tech yang dibuat dari barang daur ulang, di antaranya ada baju, selimut, dan tas.

Membangun Ikrar Baik

Amy Parmi, salah satu relawan yang bertugas selama dua hari di bagian celengan bambu mengaku senang dan beruntung bisa ikut berpartisipasi di acara pameran ini. Amy yang juga merupakan orangtua dari salah satu anak murid kelas budi pekerti Tzu Chi Pekanbaru ini mengatakan dengan ditugaskan di bagian celengan bambu, ia semakin memahami makna celengan bambu Tzu Chi. Kondisi fisik yang kurang stabil tidak membuatnya mundur. Justru sebaliknya. Amy terlihat begitu bersemangat ketika bersumbangsih. “Saya orangnya sering sakit. Disini, disini, dimana-mana (sambil menunjukkan tangan di bagian kepala, dan badan ). Tapi ntah kenapa, kalau saya ikut bantu di Tzu Chi, sakit itu nggak datang. Bearti saya sekarang udah tau. Kalau ngga mau sakit, saya harus kerja Tzu Chi” ujar Amy. 

Dicky Wahyudi, seorang anak 15 tahun yang sedang berjuang melawan penyakit kanker, menuliskan doa dan harapannya di selembar kertas daun bodhi.

Hal yang sama dirasakan Dicky Wahyudi, seorang anak 15 tahun yang sedang berjuang melawan penyakit kanker. Keinginan untuk melanjutkan sekolah sepertinya hilang sudah. Namun, impian dan harapan Dicky tidak pernah hilang. Tetapi terus menggelora di dalam hati. Setelah menyelesaikan tour setengah abad kasih sayang, Dicky menuliskan ikrar dan harapan di selembar daun bodhi. “Tadi saya menuliskan harapan agar penyakit saya lekas sembuh supaya bisa melanjutkan sekolah dan bisa menolong orang lain seperti shigu shibo di Tzu Chi,” kata Dicky.

Sementara itu para pengunjung tampak antusias mendengarkan para relawan menjelaskan tentang Tzu Chi. Mereka juga mengajukan beberapa pertanyaan seperti bagaimana caranya bergabung atau ikut dalam kegiatan-kegiatan Misi Amal Tzu Chi. Para relawan Tzu Chi Pekanbaru bersyukur pameran berlangsung lancar dan meriah.


Artikel Terkait

Apresiasi BNPB untuk Kiprah Tzu Chi Indonesia

Apresiasi BNPB untuk Kiprah Tzu Chi Indonesia

05 Februari 2020

Bertempat di Sentul Internasional Convention Center (SICC), Bogor, Jawa Barat, Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia meraih Anugerah Penghargaan organisasi masyarakat oleh BNPB atas kontribusinya dalam penanggulangan bencana di Indonesia.

Gempa Nepal : Berharap Bencana Segera Berlalu

Gempa Nepal : Berharap Bencana Segera Berlalu

04 Mei 2015 “Dengan membantu sesama hati saya bahagia dan batin saya jadi lebih tenang.”
Bersama Untuk Masa Depan Tzu Chi

Bersama Untuk Masa Depan Tzu Chi

26 September 2018

Tzu Chi Bandung menggelar kegiatan gathering relawan agar para relawan Tzu Chi Bandung dapat mempererat tali persaudaraan dan mendengarkan sharing pengalaman 16 relawan yang telah kembali dari mengikuti kegiatan kamp pelatihan relawan 4 in 1 di Tzu Chi Taiwan.

Menggunakan kekerasan hanya akan membesarkan masalah. Hati yang tenang dan sikap yang ramah baru benar-benar dapat menyelesaikan masalah.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -