Liam Kim sangat menyadari pengorbanan kedua orang tuanya dalam memperjuangkan pendidikan. Kim membalas perjuangan kedua orang tuanya dengan belajar dengan tekun hingga memperoleh beasiswa pendidikan dari Tzu Chi.
Kasih sayang orang tua terhadap anak sungguh tiada batasnya. Perjuangan orang tua tanpa kenal lelah merawat dan membesarkan sang buah hati, bahkan ketika menghadapi persoalan hidup dan mati, orang tua akan selalu mengutamakan anaknya. Orang tua juga selalu mengusahakan apa saja asalkan sang anak bahagia, mandiri dan sukses dalam kehidupan. Seperti perjuangan Nadia (50) ibu dari Liam Kim (16) murid Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng yang berusaha keras bekerja apa saja dengan berjualan kacang goreng demi membiayai sekolah Liam Kim.
Kisah Liam Kim ini menyentuh hati para guru-guru Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng dan relawan komunitas He Qi Barat 1. Liam Kim adalah anak tunggal dari pasangan Nadia dan Johanes.
Mereka setiap harinya menggoreng kacang dan dikemas 200 gram per bungkusnya dan diberi merek agar terlihat menarik dilihat orang. Usaha kerja Nadia dan Johanes didasari keinginannya untuk bisa terus menyekolahkan Liam Kim hingga perguruan tinggi. Di samping untuk membiayai sekolah Kim, Nadia juga berusaha keras untuk membantu pengobatan sang ibu (nenek Liam Kim) yang sedang sakit.
Sadar akan kesulitan ekonomi keluarga, Kim membantu mengemas kacang goreng dan mengantarkan kacang goreng yang dipesan oleh guru-guru SCK. “Saya sempatkan untuk bantu mama masukin kacang goreng dan nempelin mereknya,” ucap Kim.
Liam Kim sangat sayang dengan kedua orang tuanya yang pekerja keras. Untuk itu Kim bertekad untuk terus berupaya membahagiakan kedua orang tua.
Terpuruk Karena Pandemi
Pada awal masa pandemi Covid-19 Nadia yang bekerja sebagai tenaga administrasi di perusahaan swasta dan Johanes yang sebagai pengirim barang-barang sembako, terdampak pemutusan hubungan kerja (PHK). Mereka tak putus asa dan berusaha menyambung hidup dengan berjualan mi dan pangsit, namun usaha ini tak bertahan lama. Nadia kembali berusaha dengan berjualan kue lapis, usaha ini pun tak bisa mengangkat perekonomian mereka sampai pada akhirnya Nadia dan Johanes berjualan kacang goreng yang bisa dititipkan di warung-warung. Usaha berjualan kacang goreng ini sedikit memberi harapan. Nadia mengenalkan kacang goreng ini hingga ke guru-guru Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng. Tak disangka banyak guru-guru yang memesan kacang goreng hasil gorengan Nadia.
Pesanan kacang goreng yang dipesan oleh guru-guru Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng (SCK) ini di titipkan kepada Kim saat pergi ke sekolah. Kim begitu biasa Nadia memanggil adalah anak yang berprestasi dibidang pelajaran matematika sejak kelas 7 hingga 9. Kim menerima beasiswa dari SCK, artinya sejak kelas satu SMP Kim tidak dikenakan biaya, alias gratis. Kim juga selalu masuk juara kelas.
Setiap hari Kim membantu kedua orang tuanya mengemas kacang goreng yang dibikin ibunya kedalam kantong plastikk berukuran 200 gram setiap bungkusnya.
Thomas Aquino yang adalah wali kelas Liam Kim sewaktu di kelas 9 mengutarakan bahwa Kim punya satu keistimewaan dalam pelajaran eksak yang sangat luar biasa sekali. “Kim itu kalo di pelajaran matematika nilainya pasti lebih dari siswa lainnya hingga guru-guru SCK sudah banyak yang mengetahui kalau Kim ini memang sangat menguasai pelajaran matematika.”
Memperoleh Beasiswa Pendidikan dari Tzu Chi
Ketika lulus SMP, orangtua Kim merasa tak berdaya untuk menanggung biaya sekolah Kim melanjutkan ke SMA. Padahal prestasinya sangat banyak. Nadia lalu memberanikan diri untuk menemui manajeman SCK untuk meminta keringanan biaya untuk sekolah Kim. Manajemen SCK menyarankan agar Nadia mengajukan beasiswa pendidikan ke Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia yang berada di Pantai Indah Kapuk (PIK).
“Setelah menerima saran dari Ibu Grace, saya langsung datang ke Kantor Tzu Chi di PIK sekitar akhir Desember 2022. Di bulan Januari 2023 berselang beberapa hari, datang relawan Tzu Chi ke rumah saya, tanya-tanya dan melihat kondisi kami, sangat cepat sekali prosesnya. Puji Tuhan,” ucap Nadia. Nadia memutuskan untuk memohon bantuan beasiswa ke Yayasan Tzu Chi karena sudah tidak ada jalan lain lagi.
Di Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng, Kim adalah anak yang sangat pendiam namun masih bisa bersosialisasi dengan teman dekatnya. Guru-guru Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng sudah sangat mengenal Kim yang sangat menguasai mata pelajaran matematika.
Sebelum mengajukan permohonan bantuan Nadia dan Johanes tiap malam sering berdiskusi mencari solusi agar Kim dapat melanjutkan sekolah ke jenjang SMA, apa pun kesulitannya. “Kami bertekad untuk terus menyekolahkan Kim. Itu yang diutamakan, pendidikan anak yang utama,” ucap Nadia.
Pada awalnya Nadia mendapat larangan dari Johanes untuk mengajukan bantuan ke Tzu Chi karena malu. Johanes meminta untuk menunggu beberapa bulan berharap mendapat pekerjaan. “Saya bilang mau tunggu sampai kapan sedangkan biaya sekolah harus dibayar di bulan Januari 2023,” ujar Nadia. Pada akhirnya saya bertekad untuk mengajukan bantuan beasiswa pendidikan untuk Kim ke Yayasan Tzu Chi. Begitu pun dengan Johanes yang mengizinkan untuk mengajukan bantuan ke Yayasan Tzu Chi.
Nadia sangat bersyukur sejak pengajuan beasiswa pendidikan Tzu Chi untuk Kim sudah berjalan pendampingan dan perhatian relawan Tzu Chi di Komunitas Barat sangat baik sekali, perhatian untuk Kim sangat dekat. Beberapa kali Nadia terlibat dalam kegiatan Tzu Chi seperti memilah barang daur ulang dan sosialisasi kerelawanan Tzu Chi.
Ingin Jadi Matematikawan
Di tengah-tengah istirahat jam sekolahnya, Kim mengutarakan kegemarannya pada mata pelajaran matematika. “Awalnya saya senang mata pelajaran matematika itu sejak saya kelas 3 SD. Dan saya belajar itu satu jam hingga dua jam setiap hari.” Selain belajar matematika sesuai pelajaran di sekolah Kim juga rajin membaca buku-buku yang ada di rumahnya. “Saya membaca sebuah materi kemudian materi tersebut akan saya buat rangkuman, lalu latihan soal-soal di buku itu,”tutur Kim.
Buku-buku yang dipelajari oleh Kim tidak semua berkaitan dengan pelajaran formal di sekolah. Mulai dari buku fisika, komputer hingga filosofi, hanya sebagian saja yang hampir sama dengan materi pelajaran di sekolah.
Relawan Tzu Chi dari komunitas He Qi Barat 1 berkunjung ke rumah Liam Kim dan berbincang dengan kedua orang tua Kim dan sekaligus melihat kondisi keluarga Kim.
Nadia mengungkapkan Kim di rumah belajar sendiri. “Kim ini biasanya dia belajar sendiri, waktu TK iya saya mendampingi belajar menulis huruf dan angka, tetapi lima menit kemudian dia sering tertidur.” Sejak itu Kim lebih senang belajar sendiri. Nadia mengamati bahwa Kim senang dengan matematka itu sejak kelas 2 SD. “Waktu kelas 2 itu dia sudah mengerti rumus-rumus sumbu X dan sumbu Y, dan parabola. Terkadang Kim tanya ke saya tetapi saya kurang paham tentang rumus-rumus ini,” kata Nadia, “saya sudah mulai ambil kesimpulan matematika Kim sudah melewati teman-teman di kelasnya. Sejak kelas 4 SD Nadia mendaftarkan Kim ke kursus KUMON hingga kelas 8 untuk pendampingan pelajaran matematikanya.”
Kim sangat menghormati pengorbanan kedua orang tuanya yang berjuang agar ia bisa terus melanjutkan sekolah. “Saya sangat sayang sekali pada Mama Papa karena mereka sosok pekerja keras walaupun keadaan ekonomi sedang susah, tapi saya tetap diperjuangkan untuk terus melanjutkan sekolah. Effort kedua orang tua saya ini sangat besar untuk saya,” tegas Kim dengan bangga.
Untuk itu Kim bertekad untuk terus, berupaya untuk selalu membahagiakan kedua orang tua. Ia juga ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang universitas sesuai dengan minatnya, yakni ilmu matematika sesuai dengan cita-citanya menjadi matematikawan.
Nadia menaruh harapan kepada Liam Kim agar kelak Kim bisa sukses dan mandiri. Ia yakin Kim akan mendapatkan pendidikan yang lebih baik sehingga bisa hidup yang lebih baik lagi dan bisa berkontribusi untuk masyarakat melalui Tzu Chi atau dimana pun.
Doa untuk Kim
Suhandi, relawan Tzu Chi komunitas He Qi Barat 1 bersama Herni Kim dan Aiping yang pertama kali menyurvei rumah keluarga Liam Kim mengatakan bahwa selain ingin melanjutkan sekolah Kim, Nadia juga tengah membantu pengobatan sang ibu. Kondisi ini membuat Suhandi mengenang bakti anak terhadap orang tua yang berpengaruh terhadap ekonomi keluarga Liam Kim.
Relawan komunitas dari He Qi Barat 1 juga sudah menyosialisasikan tentang Tzu Chi kepada kedua orang tua Kim. Pada waktu senggang, Nadia Ibu dari Kim bergabung menjadi relawan pelestarian lingkungan dengan memilah barang-barang yang bisa didaur ulang.
Dengan terbantunya pendidikan Liam Kim dari Tzu Chi Indonesia, Suhandi ikut merasa sangat bersyukur. “Saya sangat gembira akhirnya Liam Kim dapat melanjutkan sekolah ke jenjang SMA apalagi Liam Kim ini mempunyai prestasi di sekolah,” ujar Suhandi.
Relawan dari komunitas He Qi Barat 1 sangat berharap semoga Liam Kim bisa terus meningkatkan prestasi dan semoga cita-cita Liam Kim bisa tercapai hingga nantinya bisa berkontribusi di masyarakat.
Editor: Metta Wulandari