Dokter Valentina Lini Gunawan, Sp.A dan Prof. Dr. Seto Mulyadi, M.Si, Psikolog berkesempatan mengisi seminar tim Bakti Amal Tzu Chi bertajuk Tumbuh Kembang Anak Secara Fisik dan Psikis.
Departemen Bakti Amal Tzu Chi Indonesia mengadakan seminar bertajuk Tumbuh Kembang Anak Secara Fisik dan Psikis akhir pekan lalu, 16 Maret 2024. Seminar ini dibawakan secara menarik dan informatif oleh dr. Valentina Lini Gunawan, Sp.A dan Prof. Dr. Seto Mulyadi, M.Si, Psikolog atau yang biasa dikenal dengan nama Kak Seto.
Menghadirkan narasumber yang mumpuni di bidangnya, Rina, staf bakti amal sekaligus koordinator kegiatan menuturkan ingin memberikan yang terbaik bagi para peserta seminar yang terdiri dari relawan dan penerima bantuan Tzu Chi.
“Masing-masing pengisi materi memang ahli di bidangnya, sehingga saat mencari dokter untuk membahas tentang tumbuh kembang anak, kami meminta saran dari Tzu Chi Hospital dan pihak rumah sakit menyarankan Dokter Valen,” ungkap Rina, “sedangkan dari sisi psikologi, Kak Seto merupakan sosok yang telah dikenal publik dalam pendampingan bagi anak-anak sehingga menjadi sasaran utama untuk mengundang beliau,” lanjutnya.
Rina (kanan), staf bakti amal sekaligus PIC kegiatan mengajak anak-anak mempersiapkan diri untuk berpisah sejenak dari orang tua mereka dan bermain ke ruang daycare yang sudah mereka sediakan.
Rina berharap seminar Bakti Amal ini betul-betul bisa bermanfaat bagi relawan dan penerima bantuan Tzu Chi. Dari sisi relawan, Rina ingin mereka mempunyai bekal karena relawan lah yang menjadi garda terdepan untuk berinteraksi dengan para penerima bantuan. “Sehingga di saat memberikan arahan dan saran, relawan bisa lebih tepat dan juga memahami kondisi. Jangan malah ikut panik,” tuturnya.
Begitu juga dari sisi penerima bantuan, Rina paham bahwa banyak penerima bantuan Tzu Chi yang memiliki anak dari usia Balita sampai SMA di mana setiap tahap perkembangan anak merupakan tahapan yang sangat penting. “Untuk itu semoga dengan adanya seminar ini bisa menjadi tambahan wawasan bagi para orang tua dalam mendidik dan mendampingi anaknya, serta memotivasi orang tua untuk menjadi figure orang tua yang positif di dalam kehidupan anak,” paparnya.
Yully Kusnadi, Kepala Departemen Bakti Amal Tzu Chi mengajak orang tua bisa membuka hati dan pikiran untuk belajar bersama agar termotivasi menjadi orang tua yang lebih baik.
Sejalan dengan Rina, Yully Kusnadi, Kepala Departemen Bakti Amal Tzu Chi mengajak orang tua bisa membuka hati dan pikiran untuk belajar bersama agar nantinya bisa termotivasi sehingga mereka bisa menjadi orang tua yang lebih baik, menjadi guru yang baik, bisa menjadi terapis yang lebih baik, dan menjadi relawan Tzu Chi yang lebih baik lagi.
“Dan yang paling penting, kita menjadi sosok orang dewasa yang mengerti anak, yang ramah anak, dan juga kita merupakan pelindung anak dimana pun kita berada. Anak-anak itu merupakan tanggung jawab kita, mari kita sama-sama belajar tumbuh kembang mereka sehingga kita lebih mengerti ketika kita bicara, mendidik, hingga ketika kita menegur pun, kita menjadi lebih mengerti,” pungkas Yully.
Tumbuh Kembang Fisik
Seperti yang dipaparkan dan diharapkan oleh Rina dan Yully, yang mewakili Bakti Amal, dr. Valentina menjelaskan secara jelas dan gamblang bagaimana perkembangan tubuh manusia dari awal kehidupan yang mana harus dicermati dan dijaga agar tidak terjadi stunting atau kondisi gagal tumbuh. “Karena anak ini adalah generasi muda yang kita harapkan ke depannya sehingga tumbuh kembang anak sangat penting sekali kita perhatikan,” ucap dr. Valentina.
Dokter Valentina menjelaskan secara jelas dan gamblang bagaimana perkembangan tubuh anak yang harus dicermati dan dijaga agar tidak terjadi stunting atau kondisi gagal tumbuh.
Beliau juga menuturkan, buku KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) yang pasti dimiliki oleh semua orang tua bisa menjadi acuan dan pegangan. Mulai dari perkembangan di masa 0 (nol) bulan hingga perkembangan per tahunnya. Ada pula kurva tinggi badan anak per usia, berat badan anak per usia, serta status gizi pun bisa mudah terlihat. Sehingga orang tua bisa mendeteksi kondisi anak dari berbagai kurva yang tersedia. Apabila ada keterlambatan, para orang tua bisa langsung ke dokter untuk diperiksa lebih lanjut.
“Tak perlu langsung ke petugas medis ketika menghadapi beberapa kondisi, karena pertanyaan ibu-ibu mungkin bisa terjawab di buku KIA itu. Jadi buku itu sudah sangat lengkap dan bisa menjadi pegangan,” tutur dr. Valentina. Hanya saja beliau mengingatkan memang ada beberapa kondisi tertentu dimana orang tua harus langsung membawa buah hatinya ke petugas medis. “Ketika demam tidak turun dalam waktu 2 atau 3 hari, orang tua harus waspada dan segera periksa. Ketika demam disertai kejang, lalu ketika muncul bintik-bintik di badan, itu juga harus segera dibawa ke fasilitas medis,” paparnya.
Orang Tua VS Gadget
Melengkapi penjelasan dr. Valentina yang berbicara tentang penampilan luar, Kak Seto menjabarkan bagaimana penampilan di dalam diri atau psikis, yang berhubungan dengan perkembangan mental anak-anak. Dimana ia serius dalam mengimbau orang tua saat ini untuk lebih kreatif dalam bergaul dengan anak sehingga psikologisnya bertumbuh dengan baik. Pasalnya, saingan para orang tua ini bukan lagi tetangga sebelah rumah saja, melainkan gadget, yang notabene sangat mudah mengambil peran dalam kehidupan anak-anak.
Kak Seto menjelaskan bahwa sebetulnya anak-anak hanya tertarik pada sesuatu yang membuat dia gembira. Gadget, membuat dia gembira, karena ada banyak alternatif, warna-warni, nada-nada indah, dan sebagainya. Ia menambahkan, orang tua memang harus berani bersaing dengan gadget, jadi dianjurkan orang tua bisa menjadi seniman yang bisa nyanyi, mendongeng, menari, dan lain-lain.
Kak Seto menjabarkan bagaimana penampilan di dalam diri atau psikis, yang berhubungan dengan perkembangan mental anak-anak.
“Jadilah orang tua yang aktif, jangan maunya mager, main bentak, main suruh. Karena kan gadget ini menjadi sahabat anak yang menarik sekali. Jadi orang tua harus kreatif, tidak kaku, harus fleksibel. Berubahlah menjadi sahabat anak karena anak mencari sumber kebahagiaan yang bisa menjadi sahabatnya. Kadang-kadang orang tua lupa pada dasarnya mereka juga kreatif, hanya sering tidak dikembangkan atau dilatih,” jelas Kak Seto.
Anak Luar Biasa, Punya Ibu yang Lebih Luar Biasa
Melihat latar belakang Tzu Chi yang banyak memberikan bantuan kepada orang tua dengan anak-anak berkebutuhan khusus, ia salut. Menurutnya, para orang tua dengan anak spesial ini, sangat kuat. Karena, namanya saja kebutuhan khusus, jadi perhatian para orang tua juga khusus sehingga kita harus membawa segudang kesabaran, ketelatenan, penuh kekuatan cinta dan sebagainya.
“Saya sendiri juga cukup lama menangani kasus-kasus berkebutuhan khusus, ya intinya itu, harus sangat penuh cinta demi kepentingan dan memberikan yang terbaik untuk sang anak,” katanya. “Memang harus sungguh sabar dan mengulang-ulang, kalau sudah mentok, kita bisa konsultasikan ke profesional. Jadi kita juga belajar bagaimana mengelola emosi dengan baik,” pesan Kak Seto.
Ia menambahkan, daripada meluapkan emosi sampai membentak anak, lebih baik membangun kekuatan cinta karena bagaimanapun mereka butuh cinta. Kak Seto juga mengingatkan para orang tua untuk tidak berlaku diskriminatif dan membeda-bedakan kasih sayang, melainkan harus tetap memberikan penghargaan kepada anak karena ada satu titik tertentu dimana mereka pasti memahami maksud orang tuanya.
“Kita jangan sampai merendahkan dan mendiskriminasikan. Semua anak mempunyai kebutuhan yang harus kita penuhi kebutuhan itu. Dan yang paling diharapkan dari anak adalah orang tuanya sendiri. Jadi selain sebagai orang tua, bisa juga sebagai sahabat, teman, guru, dokter, suster, apapun itu sesuai apa yang anak butuhkan. Dengan begitu anak merasa bahwa orang tua adalah tumpuan, tempat untuk mendapatkan hak bertumbuh dan berkembang secara optimal,” lanjut Kak Seto.
Suasana seminar berlangsung penuh keceriaan dan manfaat bagi 230 peserta di Guo Yi Ting (lantai 3 Aula Jing Si) dan 150 peserta di kanal Zoom Tzu Chi Indonesia.
Tak Hanya Dibantu Namun Juga Didampingi
Materi dari dua pembicara itu rasanya sungguh memberikan manfaat bagi 230 peserta di Guo Yi Ting (lantai 3 Aula Jing Si) dan 150 peserta di kanal Zoom Tzu Chi Indonesia. Ini adalah wujud pendampingan yang sangat bermanfaat yang diberikan bakti amal Tzu Chi.
Nining Sukmara misalnya, ia betul-betul merasa didampingi. Setelah setiap bulannya menerima bantuan berupa susu pertumbuhan untuk sang anak, ternyata ia masih juga mendapatkan ilmu yang mahal dari para ahli anak.
Hari itu pun, Nining jadi menemukan banyak cara dalam menasihati anak-anaknya. Biasanya, seperti ibu-ibu pada umumnya, pasti jurus yang pertama adalah berteriak atau membentak. Tapi hari itu, ia menuturkan akan mengurangi kebiasaan itu. “Nanti coba diomongin baik-baik dulu deh sama anak,” katanya tersenyum.
Ibu tiga anak ini sebenarnya paham bahwa kesabaran adalah hal yang sangat penting dalam mendidik anak, namun kadang apabila dua anak lelakinya tidak menuruti perintahnya, ia pasti akan meledak. Apalagi ketika ia juga harus mengurus anak ketiganya yang tunarungu juga ada kelainan jantung, laringomalasia, tongue tie.
Nining Sukmara (kanan), Elis Lisnawati (tengah), dan Tri Suparwini (kiri) berbagi tentang manfaat seminar serta menceritakan tentang perkembangan kondisi anak-anak mereka yang telah dibantu oleh Tzu Chi.
“Memang menguras kesabaran. Tapi alhamdulillah, anak ketiga saya ini mudah mengerti dan cepat menerima. Makanya ketika dengar Kak Seto cerita tentang kesabaran, saya langsung relate.. wah kalau saya mah sudah sabar di level paling tinggi kali ya. Hahaha…,” tutur Nining bangga.
“Tadi Kak Seto juga bilang, setiap anak berhak tumbuh dengan penuh cinta. Makanya saya pun sebisa mungkin kasih yang bisa saya kasih ya ke anak. Saya paling nggak terima kalau ada orang ngomongin anak saya karena saya yakin anak saya suatu saat bisa seperti anak-anak lainnya,” imbuh Nining berkaca-kaca.
Sama halnya dengan Nining, Elis Lisnawati juga mendapatkan manfaat yang luar biasa dari seminar ini, yakni menjadi paham betul akan pertumbuhan fisik anak. Saat ini, anak Nining mengalami masalah pertumbuhan, dimana pada usia 8 tahun, tingginya masih seperti anak berusia 4 tahun.
“Dengar dari materi tadi, saya sangat jelas. Jelas bahwa ya harus sabar lebih ekstra lagi dengan pertanyaan-pertanyaan anak yang kadang dia tanya, ‘Mah kok aku bisa sakit, Mah kok aku kalau sekolah banyak diliatin orang.’ Jadi saya yang harus lebih kuat, lebih melindungi anak, biar dia juga tahu kalau nggak ada yang salah dalam diri dia, biar dia tahu kalau orang tuanya ini sayang sama dia,” tutur Elis.
Saat ini, buah hati Elis masih dalam perawatan karena selain masalah pada pertumbuhan, ternyata ada hal lain yang menyertai seperti infeksi juga kelainan tulang. Ia pun berterima kasih kepada Tzu Chi karena telah memberi dukungan berupa susu pertumbuhan setiap bulannya. Bantuan itu membuat berat berat badan sang anak meningkat lebih cepat di usianya sekarang. Apalagi ditambah dengan seminar ini, Elis juga merasa seperti mendapat dukungan dari para pembicara maupun peserta lain yang mempunyai anak dengan kondisi yang beragam.
“Alhamdulillah semoga ke depannya, kita, para ibu, bisa semangat dan terus kuat untuk anak-anak kita,” harapnya.
Editor: Hadi Pranoto