Permainan dan Penghargaan

Jurnalis : Juniwati Huang (He Qi Utara), Fotografer : Juliwanto Lee
 

fotoPara dokter, perawat, staf, dan relawan pemerhati pasien RSKB Cinta Kasih Tzu Chi melakukan gathering di Lembang, Bandung. Dalam gathering tersebut diadakan permainan untuk memupuk kebersamaan dan kekompakan.

 

 

Pepatah Jing-si menyebutkan, ”Untuk membangun kekuatan bersama, perlu menyatukan hati setiap orang. Dengan satu kesatuan, akan tercipta kekuatan yang besar.” Menyatukan hati dan kebersamaan bagi keluarga besar Rumah Sakit Khusus Bedah (RSKB) Cinta Kasih Tzu Chi, demikianlah tema gathering RSKB Tzu Chi pada tanggal 15-16 Agustus 2009 lalu di Java Joglo Lestari, Lembang, Bandung. “Tujuannya untuk kebersamaan bagi para karyawan RSKB dan relawan pemerhati RSKB, sekalian merayakan HUT RI 17 Agustus 2009 ini,” ujar Oey Hoey Leng Shijie, pembina RSKB Tzu Chi. Demi menjaga kelangsungan dan kelancaran operasional RSKB Tzu Chi dalam memberikan pelayanannya, gathering dibagi dalam 2 gelombang, yaitu 83 orang pada hari pertama dan 103 orang di hari kedua.

Semangat Kebersamaan dan Keceriaan
Selama 2 hari di akhir pekan panjang tersebut, keluarga besar RSKB Tzu Chi yang terdiri dari staf, dokter, perawat, dan relawan pun berkesempatan melepaskan kejenuhan dan kepenatan kerja. Keluarga karyawan (suami, istri, ataupun anak) juga ikut berpartisipasi dalam keluarga besar RSKB Tzu Chi, sehingga karyawan tidak kehilangan waktu bersama keluarga. Walaupun menempuh jarak yang cukup jauh menuju Lembang dengan kemacetan yang ada, para peserta tetap menjalani dengan penuh keriangan.

Beragam games menarik yang dirancang panitia semakin menyemarakkan suasana gathering. Dengan seragam kaos putih RSKB, para peserta tampak mendominasi lingkungan Java Joglo, dan menebarkan aura keceriaan bagi sekitar. Dimulai dengan games tempel gambar, kuda-kuda besi, bakiak, tali kasih, hingga jaring laba-laba, para peserta berpartisipasi dengan penuh antusiasme. Keseluruhan permainan ditujukan untuk memperat kebersamaan dan menumbuhkan semangat toleransi, serta memperkuat kerja sama tim.

Dr Kurniawan sebagai pimpinan RSKB Tzu Chi tampak tidak segan turut turun tangan, merancang, dan bahkan memandu acara dari awal hingga akhir, walau di bawah panas terik matahari Lembang. Mendampingi dr Kurniawan, dr Henri yang kesehariaannya sebagai dokter gigi RSKB dan Hok Lay Shixiong sebagai koordinator relawan pemerhati pasien melengkapi tim pemandu acara dengan kompak. Dengan segenap hati, tim pemandu acara berusaha menghidupkan suasana dengan harapan bahwa para peserta dapat menikmati setiap detik dan memetik manfaat dari setiap kegiatan. Sejak awal hingga akhir, di hari pertama maupun kedua, senyum lebar dan tawa ceria mewarnai perjalanan para peserta gathering. ”Sangat menyenangkan dan penuh persahabatan. Relawan bercampur dengan dokter dan perawat, bisa bersama nyanyi-nyanyi dan bermain, jadi penuh dengan suasana keakraban,” kesan Asien Shijie, salah seorang relawan yang hampir kesehariaannya mengabdi di RSKB Tzu Chi.

 

foto  foto

Ket : -Peserta gathering dibagi dalam beberapa kelompok untuk saling diadu kekompakannya. Salah satunya           adalah dalam lomba balap bakiak. (kiri)
       - Meskipun sedang bergembira menikmati acara libur bersama, kelurga besar RSKB Tzu Chi tetap peduli           kepada sesama dengan mendoakan para korban topan Morakot di Taiwan. (kanan)

Ungkapan Terima Kasih
Keluarga besar RSKB Tzu Chi menjalankan tugas kesehariannya dengan semangat dan tekad untuk memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Para dokter, perawat, dan staf dari berbagai bidang di RSKB menjalankan tugas pelayanan tanpa kenal waktu. Kesiap-siagaan staf RSKB selama 24 jam menjadi syarat mutlak dalam memberikan pelayanan rumah sakit. Para relawan pemerhati di RSKB juga turut memberikan warna baru dan kehangatan di RSKB Tzu Chi. Kesatuan ini telah meningkatkan kekuatan dalam menebarkan cinta kasih di RSKB Tzu Chi.

Tanpa mengabaikan dedikasi dan kontribusi jerih payah, serta kerja keras karyawan RSKB Tzu Chi, dr Kurniawan sebagai pimpinan RSKB Tzu Chi memanfaatkan kesempatan tersebut untuk menyatakan rasa syukur dan terima kasih melalui pemberian penghargaan kepada beberapa karyawan medis maupun non medis yang telah diseleksi. Selain kriteria masa kerja, prestasi dan dedikasi karyawan menjadi nilai utama sebagai dasar seleksi. Dari bagian medis, terpilih dr Elkelina, zr Jumiah, zr Sutinah, zr Winarni, dan zr Risnawati. Sedangkan dari bagian non medis, penghargaan diberikan bagi Dwi Prasetyawati dari bagian kasir dan Kuswara Dinata dari cleaning service.

Bangga dan Haru
Ekspresi kaget dan tercengang umumnya menjadi reaksi sebagian besar para penerima penghargaan. ”Kaget. Saya kirain uda ga masuk daftar,” komentar Pak Kus –panggilan akrab Kuswara Dinata. Serupa dengan Pak Kus, dr Elke pun menyatakan keheranannya, ”Waktu denger nama dipanggil, senang juga sih. Terkejut gitu, kenapa ya bisa dapat penghargaan.” Kebanggaan juga menyelimuti hati kecil mereka. ”Seneng dan bangga!” ucap zr Risnawati yang selalu tampak ceria dengan lantang sambil tertawa renyah.

 

foto  foto

Ket : - Doa bersama dilanjutkan dengan pengumpulan dana secara sukarela. Para peserta gathering seolah                      berebut memberikan sumbangsihnya. (kiri)
         -Dengan khusyuk para peserta gathering melakukan doa bersama untuk para korban topan Morakot di             Taiwan. (kanan)

Kebahagiaan dan keharuan muncul dalam diri mereka, menyadari bahwa pengabdian dan kerja keras yang dilakukan dihargai. Walaupun demikian, kerendahan hati tetap mengikuti ketulusan mereka. ”(Saya) merasa dapat support, ternyata jerih payah selama ini dihargai. Tapi saya kok merasa belum pantas, sepertinya kerja saya belum maksimal gitu. Seperti misalnya ada pasien yang gawat, perlu observasi lebih intens, tapi kadang tidak berdaya karena waktu dan tenaga terbatas, maunya kasih pasien (pelayanan) yang maksimal. Jangan sampai masuk sini, lukanya malah makin parah,” ujar zr Winarni dengan nada merendah. Melayani dengan cinta kasih menjadi sumber semangat tersendiri bagi zr Winarni. ”Melayani dengan baik, dengan cinta kasih, tidak usah bilang sayang atau apa. Tapi dengan merawat dengan baik, (merawat) luka lebih baik, datangnya parah, tapi pulangnya bisa lebih bersih. Itu juga wujud cinta kasih,” tegas zr Winarni yang bertekad untuk konsisten memberikan pelayanan yang maksimal. 

Rasa haru juga mengubah cara pandang Dwi terhadap pekerjaannya selama ini. ”Dulu saya masih perhitungan jam kerja, tapi sekarang jadi lebih sadar, ternyata tidak semua diukur dengan materi,” aku Dwi yang dalam kesehariannya sebagai kabag kasir harus selalu siap lembur menggantikan staf di bagiannya yang berhalangan hadir. Dengan kerendahan hati, Dwi pun merasakan dirinya belum layak menerima penghargaan, dan masih banyak rekan sejawatnya dengan masa kerja yang hampir sama (6 tahun) dianggapnya bekerja dengan lebih baik. Beban karena menerima penghargaan menjadi motivator bagi Dwi untuk mengemban tanggung jawab dan memberikan contoh baik bagi rekan-rekannya. Suaminya pun turut mendukung dan mengingatkan, ”Ayo kamu udah dapat penghargaan, harus memberikan contoh yang baik, jangan sampai telat.”

Serupa dengan Dwi yang menggenapi masa kerjanya selama 6 tahun di RSKB per Agustus 2009 ini, zr Sutinah yang bertugas di poli gigi menyatakan tekadnya untuk memberikan kontribusi terbaik. ”Saya mau tetap berusaha maksimal, semangat terus!” tekadnya dengan lantang diiringi senyuman manis. Bukan hadiah penghargaan yang menjadi ukuran, namun perhatian dan pengakuan terhadap kerja keras telah menyentuh hati mereka. Rasa syukur di dalam hati para penerima penghargaan berubah menjadi motivasi dan pendorong semangat untuk melanjutkan dan meningkatkan kualitas pelayanan cinta kasih mereka.

Dedikasi dan ketulusan para penerima penghargaan menjadi refleksi dan panutan tersendiri bagi semua yang hadir. Semangat kebersamaan dan jalinan jodoh baik yang semakin terjalin erat menjadi sumber kekuatan baru bagi para peserta gathering untuk bekerja dengan sepenuh hati dan melayani dengan cinta kasih. Dengan rasa empati yang mendalam terhadap saudara di Taiwan yang mengalami bencana Morakot, acara gathering ditutup dengan doa bersama dan pengumpulan dana bantuan bagi para korban bencana.

 
 

Artikel Terkait

Jalan Tanpa Penyesalan

Jalan Tanpa Penyesalan

03 Juli 2012 Sulit untuk terlahir sebagai manusia, dan sulit untuk bertemu dengan guru yang bijaksana. Dapat bergabung menjadi relawan komite Tzu Chi adalah jalinan jodoh istimewa yang telah terjalin di kehidupan ini.
Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-135 :  Janji Seorang Ibu yang Akhirnya Terpenuhi

Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-135 : Janji Seorang Ibu yang Akhirnya Terpenuhi

30 November 2022
Ada pemandangan tak biasa di Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-135. Jika biasanya pasien operasi bibir sumbing umumnya anak-anak, kali ini ada pasien yang sudah berusia 29 tahun, M. Eryan Wahyudi namanya. 
Kamp 4in1: Mewariskan Keteladanan dan Membina Insan Berbakat

Kamp 4in1: Mewariskan Keteladanan dan Membina Insan Berbakat

17 September 2023

Usia 30 tahun Tzu Chi Indonesia adalah suatu perjalanan yang cukup panjang. Tentunya banyak sejarah yang telah diukir melalui sumbangsih dan kontribusi insan Tzu Chi di Indonesia, terutama dari Misi Amal.

Kita hendaknya bisa menyadari, menghargai, dan terus menanam berkah.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -