Persiapan Menjadi Relawan Sejati

Jurnalis : Noorizkha (He Qi Barat), Fotografer : Halim (He Qi Barat)

doc tzu chi

Mariany (paling kiri) beserta relawan lainnya sedang melakukan shou yu (isyarat tangan) dalam acara pelatihan abu putih ke-2 He Qi Barat.

Pada Minggu, 19 Maret 2017, para relawan seragam abu putih Tzu Chi komunitas He Qi Barat mendaftarkan diri untuk mengikuti pelatihan Abu Putih ke-2 di aula C, TK Cinta Kasih Tzu Chi, Cengkareng. Selain relawan yang telah berseragam, ada juga relawan yang belum menggunakan seragam karena belum pernah mengikuti training. Setiap relawan Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia diwajibkan mengikuti training yang diadakan pada setiap tahunnya.  Training ini berguna sebagai sarana pelatihan diri untuk terjun ke masyarakat dan menjadi individu yang lebih baik lagi.

Materi training yang disajikan untuk pelatihan pun berbeda-beda setiap tingkatannya. Untuk relawan yang baru ikut, disajikan materi yang berisi tentang pengenalan Master Cheng Yen, Visi dan Misi Tzu Chi, serta budaya humanis Tzu Chi. Dengan mengambil tema menyadari berkah, menghargai berkah, dan menciptakan berkah, para peserta diharapkan semakin mengerti dan menjalani kegiatan dengan bersungguh hati. Kegiatan dimulai dengan penjelasan pradaksina atau meditasi berjalan oleh Marco. Pradaksina dilakukan untuk membantu peserta training lebih fokus dalam menerima materi training. Setelah itu, Rossa menjelaskan kisah Master dari kecil hingga menjadi seorang biksuni yang kemudian mendirikan Yayasan Buddha Tzu Chi. Sebanyak 78 peserta training pun menyimak dan mencatat materi-materi yang disajikan. 

doc tzu chi

Robert memberikan penjelasan tentang pelestarian lingkungan kepada para peserta training abu putih.

Kegiatan dilanjutkan dengan mendengarkan sharing dari Robert tentang Pelestarian Lingkungan. Bumi yang semakin tua serta pemanasan global bukan menjadi isu melainkan kenyataan yang harus diterima. Robert menggambarkan secara gamblang kondisi bumi yang memprihatinkan untuk menyadarkan para peserta pentingnya menjaga lingkungan. Selain itu, Robert juga memberikan tips dan cara untuk melestarikan lingkungan meski dengan cara yang sederhana. ”Jangan menggunakan sumpit bambu, tidak menggunakan plastik, styrofoam dan barang-barang yang susah terurai” ujarnya.

Usia Tidak Menjadi Hambatan

Diantara para peserta yang menyimak, tampak lao pu sha (Bodhisatwa lansia) yang berkumpul di kelompok 12. Para lao pu sha ini berusia sekitar 70-80 tahun dan aktif di kegiatan Pelestarian Lingkungan di depo Duri Kosambi setiap minggunya. Salah satunya Mariany. Nenek berusia 77 tahun ini mengaku sudah datang ke Tzu Chi sejak tahun 2014. Meski rumahnya cukup jauh dari Depo, Ia mengaku rutin datang seminggu dua kali untuk melakukan daur ulang sampah.

Peserta training abu putih ke-2 yang berjumlah 78 dengan seksama memperhatikan materi-materi yang diberikan.

Selain melakukan daur ulang, Mariany dan para lao pu sha  lainnya juga dapat berlatih isyarat tangan atau shou yu dan membuat kerajinan tangan atau shou gong di Depo. Usianya yang tak lagi muda tidak melunturkan semangatnya untuk berguna bagi bumi dan orang lain. Setelah mendengar penjelasan Robert mengenai Pelestarian Lingkungan, Mariany mengaku senang bisa mengikuti training hari itu.

Menjalin Jodoh Baik

Sesi keempat diisi dengan penjelasan Lisa mengenai budaya humanis Tzu Chi. Peserta diajarkan tata cara berpakaian seragam, makan, dan berbaris untuk terjun ke masyarakat yang berbeda-beda sifat dan budayanya. Setiap relawan diharapkan dapat berpenampilan yang baik dan nyaman, untuk itu diperlukan keseragaman setiap individu sebagai identitas organisasi. Setelah makan siang, materi kelima dilanjutkan oleh Suherman mengenai jalinan jodoh. Dengan berbagi pengalamannya sebagai relawan misi amal, Suherman menjelaskan pentingnya menyentuh hati pasien untuk ikut menyebarkan cinta kasih. Pada sesi terakhir, peserta diajak untuk menggalang hati dan menggalang dana oleh Jhonny. Beliau memaparkan fungsi dana bantuan untuk pasien dan berharap para peserta dapat menyentuh hati orang lain untuk ikut bersumbangsih.

Lydia Cendrawati (ketiga dari kiri), salah satu peserta yang baru pertama kali mengikuti training relawan Tzu Chi.

Salah satu peserta yang baru pertama kali mengikuti training adalah Lydia Cendrawati. Ibu berusia 32 tahun ini bercerita awalnya mengenal Tzu Chi dari celengan bambu yang dibagikan salah seorang relawan. Ibu yang biasa ikut ke panti jompo ini mengaku terkesan dengan training yang diadakan. ”Training ini sangat bermanfaat. Kita bisa lebih melatih diri, terus belajar sosialisasi, meyakinkan akar pemikiran kita tentang Master Cheng Yen,” ujarnya. Ia juga merasa terinspirasi dari kisah Master Cheng Yen yang mendirikan Yayasan Buddha Tzu Chi dari nol. Ia bertekad menjalankan visi misi Tzu Chi salah satunya dengan melakukan pelestarian lingkungan dan berbuat kebajikan guna membersihkan karma buruknya di dunia.

Editor: Arimami Suryo A


Artikel Terkait

Persiapan Menjadi Relawan Sejati

Persiapan Menjadi Relawan Sejati

22 Maret 2017

Pada Minggu, 19 Maret 2017, para relawan seragam abu putih Tzu Chi komunitas He Qi Barat mendaftarkan diri untuk mengikuti pelatihan Abu Putih ke-2 di aula C, TK Cinta Kasih Tzu Chi, Cengkareng.

Seulas senyuman mampu menenteramkan hati yang cemas.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -