Relawan Tzu Chi dari berbagai komunitas di Jakarta dan Tangerang serta guru dan siswa Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng melakukan latihan bersama dalam persiapan Persamuhan Dharma yang akan dilaksanakan pada Desember 2022.
Persamuhan Dharma yang akan dilaksanakan pada Desember 2022 nanti tengah dipersiapkan dengan matang oleh relawan Tzu Chi. Kali ini persiapan tersebut dilakukan dengan latihan gabungan antara siswa Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng (SMA dan SMK) dengan relawan Tzu Chi dari berbagai komunitas di Jakarta dan Tangerang pada Minggu, 20 November 2022 di Aula Jing Si, lt.4, Tzu Chi Center, PIK, Penjaringan, Jakarta Utara.
Persamuhan Dharma sendiri merupakan gerakan-gerakan isyarat tangan yang diambil dari Gatha Pembukaan Sutra, Sutra Makna Tanpa Batas yang terangkum dalam 13 lagu. Intinya lewat kegiatan Persamuhan Dharma ini, para relawan dan peserta diajak untuk menghayati kembali pembabaran Dharma oleh Buddha 2.500 tahun yang lalu di Puncak Burung Nasar.
Pengajar gerakan-gerakan isyarat tangan dalam Pesamuhan Dharma, Lim Ai Ru (kiri) dan salah satu anggota tim khusus Persamuhan Dharma, Yusniaty (kanan) sedang memberi instruksi kepada operator saat latihan bersama Persamuhan Dharma.
Ratusan relawan Tzu Chi, guru dan siswa Sekolah Cinta kasih Tzu Chi Cengkareng secara kompak memperagakan isyarat tangan. Dalam satu sesi diperlukan 500 orang untuk menyusun formasi dalam Persamuhan Dharma.
“Kita memperagakan gerakan-gerakan itu untuk mengajarkan kepada kita bahwa di jalan Bodhisatwa ini kita harus membangkitkan keyakinan kita sendiri. Selain yakin kita juga berikrar untuk menerima dan mempraktikkan ajaran tersebut,” jelas Lim Ai Ru, yang menjadi pengajar gerakan-gerakan isyarat tangan dalam Persamuhan Dharma.
Tentunya bukan hal yang mudah dalam mempersiapkan Persamuhan Dharma ini. Dibutuhkan ratusan peserta untuk susunan formasi dan gerakan-gerakan isyarat tangan yang diperagakan juga cukup banyak serta rumit. “Satu sesi Persamuhan Dharma itu kita perlu 500 relawan (di panggung (D) 90 orang, kiri kanan panggung (AB) 120 orang, dan peserta yang duduk (C) 288 orang). Jadi untuk mengajarkan kepada peserta yang masuk formasi kita membentuk tim khusus sebanyak 24 orang,” ungkap Lim Ai Ru.
Latihan untuk Persamuhan Dharma dilakukan secara rutin sejak Mei 2022 hingga saat ini. Para peserta yang terlibat juga menggunakan pelindung kaki di bagian lutut dan tumit untuk mengurangi rasa sakit saat mengulang gerakan-gerakan isyarat tangan.
Tim khusus yang dibentuk ini pun terdiri dari para relawan muda. Setiap minggu dari bulan Mei 2022 sampai sekarang, tim ini intens belajar gerakan-gerakan isyarat tangan untuk Persamuhan Dharma. “Kendalanya pasti ada, karena tidak semua sudah menguasai. Jadi ada lagu yang panjang dan pendek, kita tidak bisa sembarangan, gerakannya harus detail. Sedangkan untuk siswa kita buatkan PPT dengan dibantu oleh guru yang juga ikut dalam formasi Persamuhan Dharma,” lanjut Lim Ai Ru.
Salah satu relawan yang tergabung dalam tim khusus untuk Persamuhan Dharma ini adalah Yusniaty, relawan Tzu Chi dari komunitas He Qi Utara 1. Ia ditunjuk menjadi salah satu penanggung jawab pada bagian AB khusus untuk grup wanita. Bersama dengan anggota tim khusus lainnya, Yusniaty mendapat video tutorial dari Tzu Chi Taiwan untuk mempelajari gerakan-gerakan isyarat tangan Persamuhan Dharma.
“Dari situ kita masing-masing belajar gerakannya, terus akan dibahas bersama detail gerakannya dan membuat PPT tutorial dan tim akan coba memperagakannya. Setelah ada kesepakatan bersama dan belajar bersama, baru kita ajarkan ke para peserta sesuai bagian masing-masing,” jelas Yusniaty.
Peserta yang masuk dalam formasi duduk (C) juga mendapatkan pengarahan langsung saat mengikuti pelatihan gerakan isyarat tangan Persamuhan Dharma.
Sebagai tim khusus, tentunya perjalananya juga tidak selalu mulus untuk mengkoordinir ratusan orang dengan latar belakang yang berbeda-beda. Banyak tantangan yang harus dihadapi dalam mempersiapkan kegiatan Persamuhan Dharma.
“Tantangannya ya ada peserta yang baru pertama kali ikut, ada peserta yang tidak mengerti bahasa Mandarin, ada yang cepat belajar dan juga ada yang harus mengulang. Masing-masing pasti ada kesibukan lainnya, sehingga bisa dikatakan sulit bagi peserta bisa hadir semuanya di waktu yang sama. Jadi untuk menyeragamkan gerakan dan alur perubahan formasi ini perlu usaha ekstra dan waktu,” ungkap Yusniaty.
Yusniaty juga bersyukur bisa menjadi bagian dari tim khusus untuk kegiatan Persamuhan Dharma. “Saya sangat gan en kepada tim PIC semuanya, semua kompak bisa saling melengkapi. Bersatu, bergandeng tangan menapaki selangkah demi selangkah. Semoga semua orang yang ikut bersukacita, menyelami, dan memaknai Persamuhan Dharma ini,” ungkapnya di sela-sela sesi latihan bersama.
Memaknai Dharma Lewat Isyarat Tangan
Selain relawan, yang terlibat dalam kegiatan Persamuhan Dharma ini adalah guru dan siswa dari SMA serta SMK Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng. Para siswa dan guru juga ikut masuk dalam formasi baik yang berada di panggung dan yang berada sisi panggung (AB). Untuk gerakan isyarat tangan, para siswa mendapatkan gerakan pada bagian Gatha Pembukaan Sutra, Bab Pembabaran Dharma dan Bab Sepuluh Pahala dari Sutra Makna Tanpa Batas.
Menjadi salah satu peserta Persamuhan Dharma yang berada di panggung, Adi Kristanto, guru Mandarin di SMA Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng terlihat bersungguh hati memperagakan salah satu gerakan isyarat tangan.
Dalam Persamuhan Dharma ini, Adi Kristanto, guru Mandarin di SMA Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng menjadi salah satu penanggung jawab untuk tim AB. Selain itu, ia juga bergabung menjadi salah satu tim yang formasinya berada di panggung dalam memperagakan isyarat tangan. Tentunya banyak tantangan yang harus ia selesaikan untuk membuat para siswa bisa membagi waktu antara belajar dengan kegiatan Persamuhan Dharma.
“Tantangannya tentu ada untuk mengatur orang sebanyak itu. Di samping harus membagi waktu dengan kesibukan sehari-hari, kita juga harus menyesuaikan dengan waktu siswa serta berkomunikasi dengan pihak pengelola sekolah,” jelas Adi.
Dengan durasi latihan yang panjang dan bertahap, Adi berharap para siswa yang terlibat dalam Persamuhan Dharma bisa lebih memahami tentang arti kehidupan. “Yang kita harapkan di sini anak-anak nantinya bisa lebih memahami tentang kehidupan, bagaimana bisa memanfaatkan kehidupan bisa bermanfaat bagi orang lain, diri sendiri, dan mengembangkan sifat bajik yang ada dalam diri mereka.
Roberth Louwos, siswa SMA Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng berada di posisi paling depan pada formasi di samping panggung. Ia merasa bangga menjadi salah satu siswa yang ikut dalam Persamuhan Dharma.
Para siswa yang ikut dalam kegiatan Persamuhan Dharma juga begitu antusias. Salah satunya Roberth Louwos, siswa SMA Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng yang tergabung dalam formasi A3-1 Persamuhan Dharma. Dalam kegiatan ini, ia menjadi kapten karena posisinya berada paling depan dalam formasi yang berada di samping panggung. Roberth pun senang menjadi salah satu pesrta dalam kegiatan ini.
“Pastinya senang dan bangga terpilih menjadi salah satu peserta Persamuhan Dharma. Karena ini kan bukan hanya Indonesia saja, tetapi melibatkan insan Tzu Chi dari seluruh dunia,” kata Roberth bersukacita.
Untuk menghafalkan gerakan-gerakan isyarat tangan, ia bersama teman-temannya di SMA Cinta Kasih Tzu Chi latihan sepekan 3 kali. Ini bukan hal yang mudah, karena menyita tenaga dan waktu. Belum lagi jika harus mengulang-ulang gerakan karena tidak pas, pasti membuat beberapa bagian tubuh seperti kaki terasa sakit. Untuk itu ia dan beberapa temannya menggunakan pelindung kaki di bagian lutut dan tumit.
“Latihan berulang-ulang itu kadang pegal dan sakit. Tapi semua itu untuk mendapatkan hasil yang maksimal,” kata Roberth saat latihan bersama. Walaupun lelah dan sakit, Roberth pun tetap bersemangat. “Yang membuat semangat itu kepikiran di hari H, bakal ramai dan kita sama-sama melakukan Persamuhan Dharma,” imbuhnya.
Walaupun awalnya sulit, namun Steffany, siswi SMK Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng perlahan bisa menghafal gerakan-gerakan isyarat tangan untuk Persamuhan Dharma. Ia pun senang karena bisa lebih mendalami Dharma dalam kegiatan ini.
Hal yang sama dirasakan Steffany, siswi SMK Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng yang tergabung dalam formasi A2-3 yang berada di sisi panggung. Saat pertama belajar isyarat tangan, ia pun mengaku kesulitan menghafalkannya. “Awal-awalnya susah, tapi sudah sering jadi lumayan bisa. Tapi ada beberapa gerakan juga yang sulit dan cepat,” jelas Steffany.
Saat belajar isyarat tangan untuk Persamuhan Dharma, Steffany dan teman-temannya di SMK Cinta Kasih Tzu Chi yang ikut dalam Persamuhan Dharma menghafal dua lagu terlebih dahulu, setelah itu kemudian di-review kembali oleh tim guru dengan ditambah lagu baru.
“Jadi guru buat grup whatsapp dan share hasil video pas latihan. Kalau ada yang salah ya bisa diperbaiki untuk next-nya. Selain di sekolah, kalau di rumah ya di waktu senggang menghafalkan lagi gerakannya,” ungkap Steffany.
Steffany pun berharap dengan ikut kegiatan Persamuhan Dharma ini bisa semakin mendalami Sutra yang isinya Dharma dan mendapatkan manfaat. “Ya kita jadi lebih paham tentang Dharma itu apa dan diterapkan langsung dalam kehidupan kita. Apalagi kita juga disuruh untuk menghafal liriknya juga, kebetulan liriknya itu ya menjelaskan tentang Dharma, jadi ada manfaatnya buat kita,” kata Steffany di akhir kegiatan latihan bersama Persamuhan Dharma.
Editor: Khusnul Khotimah