Pertengkaran Berujung Duka

Jurnalis : Apriyanto, Fotografer : Apriyanto
 
 

fotoRelawan Tzu Chi saat memberikan paket bantuan kebakaran kepada Ketua RW dan warga. Relawan Tzu Chi membungkukkan badan sebagai tanda menghormati kepada para penerima bantuan.

Kemarahan yang tak dapat diredam dapat mengkibatkan petaka. Bukan hanya untuk mereka berdua saja, tetapi juga dapat merugikan orang lain di sekitarnya. Itulah yang terjadi pada Botel dan Safitri. Pasangan muda yang tinggal di bantaran rel kereta api Pademangan ini hidup dalam kondisi yang serba pas-pasan dan selalu diselimuti oleh pertengkaran.

Botel, sang suami, yang bekerja sebagai sopir mikrolet, pada Sabtu sore, 6 November 2010 bertengkar dengan Safitri istrinya yang masih belia. Tak sabar menghadapi pertengkaran itu, Botel lantas meninggalkan rumahnya untuk kembali bekerja. Namun rupanya kepergian Botel tak membuat Safitri berlapang dada. Merasa tak diindahkan lagi, maka Safitri pun kemudian membakar pakaian Botel. Namun di luar dugaannya, apa yang ia lakukan justru menjadi petaka. Pakaian Botel yang ia bakar dengan cepat berubah menjadi kobaran api yang terus merambat di dinding rumahnya yang terbuat dari tripleks.

Merasa panik, Safitri berusaha mencari air untuk memadamkan api. Tetapi yang ia dapatkan justru bukan air, melainkan cairan yang mudah terbakar. Maka setelah cairan itu ia siramkan, api semakin berkobar dan melahap semua bagian rumahnya. Melihat kobaran yang terus membesar dan merambat ke rumah-rumah di sebelahnya, warga sekitar langsung berusaha memadamkan api. Namun kurangnya fasilitas air dan besarnya angin membuat api sulit dihentikan.

foto  foto

Keterangan :

  • Menjelang sore, relawan bergegas menyiapkan paket bantuan kebakaran untuk dibagikan kepada para korban kebakaran. (kiri)
  • Melihat kepanikan seorang ibu, Matoyib (kiri) langsung menaikki rumah kayu berlantai 2 untuk menyelamatkan anak ibu itu. (kanan)

Mengambil Resiko untuk Menyelamatkan Orang Lain
Kepanikan warga untuk menyelamatkan diri mengundang simpati Matoyib, seorang warga Pademangan Timur, terutama ketika ia melihat seorang ibu yang meraung-raung karena anaknya terjebak di antara kepulan api di lantai 2. Seketika itulah jiwa kerelawan Matoyib terpanggil untuk menyelamatkan anak tersebut. Dengan sigap ia menaikki tangga rumah berdinding kayu itu, lalu menyelamatkan si anak dari kepulan api. “Waktu itu tak ada lagi pikiran takut. Yang ada rasa kasihan pada si anak,” aku Matoyib.

Setelah belasan mobil pemadam kebakaran dikerahkan ke wilayah itu akhirnya sekitar pukul 23.00 WIB api bisa dipadamkan. Sebanyak 21 rumah terbakar dan 7 rumah rusak yang terdiri atas 28 keluarga atau 156 jiwa. Sedangkan sebanyak 350 jiwa yang menghuni pinggiran rel Kereta Api kehilangan tempat tinggal mereka. Akibatnya, sebanyak 506 orang harus mengungsi dan membutuhkan uluran tangan dari para relawan. Selain membakar rumah-rumah, api juga melumatkan kabel listrik kereta api yang memisahkan kawasan Pademangan Barat dengan Pademangan Timur.

foto  foto

Keterangan :

  • Kebakaran pada Sabtu, 6 November 2010 telah membuat ratusan warga kehilangan tempat tinggalnya dan mengungsi di tenda darurat.  (kiri)
  • Di tengah derita yang dihadapi, banyak warga yang merasa bersyukur dan sedikit terhibur atas bantuan yang diberikan oleh berbagai pihak. (kanan)

Perhatian dan Kepedulian
Melihat keprihatinan warga di Pademangan ini, relawan Tzu Chi berusaha meringankan derita mereka dengan memberikan paket bantuan kebakaran pada Selasa, 9 November 2010. ”Tadinya bantuan Tzu Chi ingin diberikan sejak dua hari yang lalu, tetapi karena banyak relawan yang terkonsentrasi di Merapi (membantu korban letusan Gunung Merapi di Yogyakarta –red) maka bantuan baru bisa diberikan pada hari ini,” jelas Gunawan, relawan Tzu Chi.

Sore itu, sekitar pukul 15.00 WIB, Tzu Chi mulai membagikan sebanyak 102 paket bantuan kebakaran yang berlokasi di Kantor Rukun Warga (RW) 05, Pademangan Barat. Perhatian relawan Tzu Chi ni setidaknya membuat warga merasa ada yang memperhatikan dan peduli pada penderitaannya. Seperti yang diungkapkan Untung, salah seorang warga yang tinggal di bantaran rel, yang merasa tersentuh lantaran dalam keadaan sulit masih ada pihak lain yang peduli padanya. ”Meskipun saya kesusahan, tetapi saya bersyukur masih selamat dan (ada) banyak pihak yang peduli pada kami,” ujarnya.

  
 

Artikel Terkait

Pemberkahan Akhir Tahun 2017 di Biak yang Terasa Istimewa

Pemberkahan Akhir Tahun 2017 di Biak yang Terasa Istimewa

17 Januari 2018

Pemberkahan Akhir Tahun 2017 yang diadakan di Aula Vihara Buddha Dharma Biak terasa spesial karena bersamaan dengan Ethical Eating Day. Para tamu diajak untuk berkomitmen dengan 1 orang, 1 hari bervegetaris untuk 1 bumi.

Baksos untuk Warga Kelurahan 13 Ilir

Baksos untuk Warga Kelurahan 13 Ilir

21 Juni 2016

Warga Kelurahan 13 Ilir, Palembang mengikuti baksos kesehatan degeneratif tahap II yang diadakan oleh Tzu Chi Palembang untuk memeriksa perkembangan kesehatan mereka.

Menyayangi diri sendiri adalah wujud balas budi pada orang tua, bersumbangsih adalah wujud dari rasa syukur.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -