Perubahan yang Lebih Baik untuk RSCK Tzu Chi

Jurnalis : Skolastika Dhita Martatyawidi (He Qi Barat 1), Fotografer : Aditia Saputra, Merry Christine, Halim Kusin (He Qi Barat 1)


Dokter Ong Tjandra, MMPd.,Sp.OG menjelaskan tentang sejarah perjalanan  Tzu Chi.

Tidak terasa waktu cepat berlalu, Kamp Rumah Sakit Cinta Kasih Tzu Chi sampai juga pada gelombang III. Kamp kali ini tidak kalah meriah dari kamp gelombang I dan II yang digelar beberapa bulan yang lalu. Kamp yang diselenggarakan pada 24-25 November 2018 di Aula Jing Si Tzu Chi Center, Jakarta ini diikuti sebanyak 97 karyawan. Kamp gelombang III ini merupakan gelombang terakhir dari kamp karyawan Rumah Sakit Cinta Kasih Tzu Chi.

Wajah yang bahagia masih menjadi tema kamp gelombang III. Dengan penuh sukacita karyawan mengikuti pelatihan dan menyimak setiap materi yang diberikan. Kamp dibuka dengan sambutan yang meriah dan hangat dari Rudi Suryana, selaku pembawa acara. Setelah acara resmi dibuka, peserta mulai diajak untuk mendalami dan mengenal Tzu Chi lebih dekat. Melalui pemaparan yang disampaikan dr. Ong Tjandra, MMPd.,Sp.OG peserta semakin memahami ajaran dan sikap welas asih yang diajarkan oleh Master Cheng Yen.


Salah satu peserta kamp antusias mengikuti kelas merangkai bunga.

Dalam materi yang diberikan, Hok Lay juga mengajak para peserta untuk bersyukur dan menghargai hidup serta menjadikan hidup ini sebagai ladang berkah. Seluruh peserta hendaknya mampu menyadari berkah, menghargai berkah, dan menciptakan berkah, terutama di lingkungan tempat bekerja dan kehidupan sehari-hari.

Tidak hanya melalui materi yang sifatnya memberi semangat dan motivasi, peserta juga diajak untuk praktik langsung dalam kegiatan merangkai bunga dan meracik teh. Kedua kegiatan ini merupakan hal yang baru bagi para peserta, sehingga mereka begitu antusias. Hal ini juga disampaikan oleh dr. Toto Suryana yang merasa terkesan dengan kegiatan merangkai bunga.


Sikap menghormati dan saling menghargai menjadi salah satu filosofi dalam meracik teh.

“Materi yang paling berkesan bagi saya yaitu merangkai bunga. Mungkin kalau perempuan sudah biasa untuk merangkai bunga, tapi sebagai laki-laki diminta untuk merangkai bunga rasanya lucu, karena kita harus menentukan bagian bunga mana yang lebih panjang atau yang harus dipotong sehingga menjadi rangkaian bunga yang cantik,” ujarnya.

Merangkai bunga dan meracik teh tentu memiliki makna yang mendalam bagi para peserta. Terdapat filosofi yang terkandung dalam setiap gerakan yang dilakukan. Dalam meracik teh, peserta diajarkan untuk menuang teh dengan gerakan dari luar ke dalam. Gerakan ini mempunyai arti untuk bisa saling menghargai dan menghormati sesama serta tidak saling mendahului orang yang ada di depan kita.


Suasana semakin meriah ketika setiap kelompok menampilkan drama tentang kondisi dan keseharian di Rumah sakit Cinta Kasih Tzu Chi.

Semakin malam para peserta pun semakin larut dalam kebersamaan. Puncak kebersamaan mereka dapat terlihat pada saat malam keakraban, 12 kelompok digabung dan dibagi menjadi 5 kelompok siap menampilkan pertunjukkan drama mengenai budaya humanis. Drama dibagi menjadi lima tema yang menggambarkan suasana kerja yaitu pendaftaran dan rawat jalan, rawat inap, farmasi, IGD, dan pelestarian Tzu Chi di RSCK. Masing-masing kelompok saling berdiskusi dan berusaha menampilkan yang terbaik.

Hampir sebagian peserta merupakan unit pelayanan, sehingga mereka benar-benar bisa merasakan dan menampilkan pelayanan secara nyata. Ada yang berperan sebagai dokter, karyawan rumah sakit dan ada pula yang berperan sebagai pasien. Mereka memerankan dengan sangat baik sehingga tidak sedikit pula peserta yang tertawa melihat pertunjukan drama yang dipentaskan.


Peserta sangat antusias mengikuti olahraga di hari ke-2.

Di hari kedua ternyata tidak kalah seru dengan hari pertama. Kegiatan dimulai dengan olahraga pagi untuk menambah semangat dan kebugaran peserta. Acara dilanjutkan dengan kegiatan Pelestarian Lingkungan. Peserta diajak untuk melakukan pemilahan sampah botol plastik antara tutup dengan label botol serta memilah kertas yang masih bisa dipakai untuk digunakan di perkantoran. Hal ini bertujuan untuk mengurangi sampah kertas dan bersumbangsih dalam pelestarian lingkungan.

Manfaat kegiatan pelestarian lingkungan juga sangat dirasakan oleh Tri Ajeng Dias Putri, salah satu peserta yang mengikuti kamp. ”Sangat bagus sekali, di sini kita bisa belajar memilah barang-barang daur ulang yang bisa diolah dan hasilnya juga bisa dimanfaatkan untuk membantu orang-orang yang membutuhkan sehingga bisa terus bersumbangsih. Tentunya saya juga berharap melalui kegiatan ini kehidupan di masa mendatang akan menjadi lebih baik, agar kita dapat lebih peduli terhadap bumi dan lingkungan,” tutur Tri Ajeng Dias Putri.


Peserta diajak untuk berpola hidup sehat dengan bervegetaris. DR. Drs. Susianto, MKM menjelaskan tentang mudahnya bervegetaris.

Selain materi budaya humanis, peserta juga diajak untuk berpola hidup sehat dengan bervegetaris. Hal ini disampaikan oleh DR. Drs. Susianto, MKM, yang lebih terkenal sebagai dokter Tempe. yang menjadikan tempe terkenal ke mancanegara karena tempe mengandung nutrisi yang berkualitas tinggi. Dr. Susianto juga mengajak peserta untuk mulai bervegetaris dari sekarang, karena bervegetaris bukanlah hal yang sulit dan sangat mudah.

Dalam kamp ini, salah satu peserta yang hadir dr. Hardy Indradi, Sp. PD juga berbagi atau sharing pengalaman selama ia mengikuti studi banding di Hualien Tzu Chi Hospital. Ia menggambarkan keadaan dan nilai-nilai ajaran cinta kasih dan welas asih terhadap pasien yang tidak jauh berbeda dari budaya Tzu Chi di Indonesia.


Dokter Hardy Indradi, Sp. PD berbagi pengalamannya ketika berkunjung ke Rumah sakit Tzu Chi di Taiwan.

Sebelum melakukan sesi foto dan penutupan, peserta diminta untuk menyampaikan sharing kesan mereka selama mengikuti Tzu Chi Camp dua hari satu malam ini. Terdapat 4 karyawan dan 3 dokter yang menyampaikan sharing di depan. Tidak ketinggalan Eva Fitriana yang merasa senang dengan adanya kegiatan ini. Pasalnya selama sembilan tahun ia bekerja di Rumah Sakit Cinta Kasih Tzu Chi, baru kali ini ada kamp khusus karyawan rumah sakit yang bagus dan ramai.


Seluruh peserta kamp gelombang III berfoto bersama dengan Ketua Yayasan Budha Tzu Chi Indonesia, Liu Su Mei.

“Semoga bisa lebih banyak lagi camp dan kegiatan yang bisa saling sharing antar karyawan lama jadi bisa membuat motivasi untuk karyawan baru,” jelasnya.

Wajah yang bahagia benar terpancar di wajah peserta. Tidak hanya materi yang mereka dapatkan tetapi para peserta juga pulang dengan membawa buku Master Cheng Yen “Teladan Cinta Kasih” yang diberikan oleh dr. Ong Tjandra, MMPd.,Sp.OG. Beliau  berharap dengan mendonasikan buku ini peserta dapat lebih memahami ajaran Master dan menerapkan ajaran cinta kasih dalam kehidupan sehari-hari.


Editor: Khusnul Khotimah


Artikel Terkait

Menjadi Bagian dari Humanisme Rumah Sakit Cinta Kasih Tzu Chi

Menjadi Bagian dari Humanisme Rumah Sakit Cinta Kasih Tzu Chi

10 Desember 2019

Sebanyak 55 karyawan dan calon karyawan Rumah Sakit Cinta Kasih (RSCK) Tzu Chi mengikuti Tzu Chi Camp di Tzu Chi Center, PIK. Kegiatan ini bertujuan agar peserta camp bisa mengenal Tzu Chi sekaligus visi misinya sehingga bisa diterapkan di lingkungan rumah sakit, sekaligus dalam setiap pelayanan terhadap pasien.

Perubahan yang Lebih Baik untuk RSCK Tzu Chi

Perubahan yang Lebih Baik untuk RSCK Tzu Chi

28 November 2018

Tidak terasa waktu cepat berlalu, Kamp Rumah Sakit Cinta Kasih Tzu Chi sampai juga pada  gelombang III. Kamp kali ini tidak kalah meriah dari kamp gelombang I dan II yang digelar beberapa bulan yang lalu. Kamp yang diselenggarakan pada 24-25 November 2018 di Aula Jing Si Tzu Chi Center, Jakarta ini diikuti sebanyak 97 karyawan. Kamp gelombang III ini merupakan gelombang terakhir dari kamp karyawan Rumah Sakit Cinta Kasih Tzu Chi.


Orang yang memahami cinta kasih dan rasa syukur akan memiliki hubungan terbaik dengan sesamanya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -