Perumahan Cinta Kasih Kasih Padang

Jurnalis : Teddy Lianto, Fotografer : Teddy Lianto
 

foto
Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi Padang yang terletak di Lubuk Buaya Kecamatan Koto Tangah.

Bisa dikatakan jika jodoh tak akan lari ke mana. Mungkin itulah yang terjadi pada saya, pada bulan Maret 2013, lalu saya berkesempatan menyaksikan peletakan batu pertama kantor Penghubung Tzu Chi Padang, kini tepat satu tahun kemudian ternyata saya berjodoh kembali untuk menyaksikan gedung baru itu berdiri dan diresmikan.

Tanggal 9 Oktober 2013, saya telah tiba di Padang, Sumatera Barat dan berkesempatan berkunjung ke Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi Padang. Rencananya tanggal 10 Oktober 2013, perumahan ini juga akan diresmikan berbarengan dengan peresmian Kantor Perwakilan Tzu Chi Padang. Sayapun bertanya pada Irwan Shixiong, relawan yang bertanggung jawab di perumahan ini. Menurut relawan itu, cerita awalnya, setelah gempa Padang 2009, ada sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dari Malaysia yang ingin membangun sebuah perumahan untuk korban gempa padang 2009. LSM ini meminta bantuan ke pemerintah setempat untuk penyediaan lahan dan ke dana bantuan Dubai untuk bahan-bahan bangunan. Barang sudah di kirim tetapi hanya sampai ke Jakarta dan ternyata LSM Malaysia ini juga tidak ada lagi. Pemerintah Padang (walikota Padang : Fauzi bahar) pun meminta bantuan Tzu Chi untuk melanjutkan. Akhirnya Tzu Chi Padang setuju dan membangunkan perumahan. Lalu bekerja sama dengan pemerintah untuk mensurvei warga-warga miskin di Padang. Dan akhirnya seluruh bangunan kini sudah terisi semua. Di papan nama juga ada tulisan Perumahan Cinta kasih Padang bekerjasama dengan Dubai. Setelah berbincang sebentar, saya pun berangkat ke Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi Padang.

Sesampainya di perumahan, saya melihat perumahan yang dulunya gersang dan tandus telah berubah menjadi perumahan yang rindang dan bersih. Rata-rata warga yang tinggal di Perumahan cinta kasih Padang bekerja sebagai buruh, tani, nelayan, petugas kebersihan, dan pemulung. Sebanyak 50 bangunan yang di bagi menjadi dua. (satu bangunan, tetapi dibagi menjadi dua sehingga ada 2 kepala keluarga, tetapi bukan bersaudara). Yang tinggal  di sini adalah dari berbagai etnis, ada warga Padang, Nias, dan Tionghoa. Mereka hidup saling berdampingan. Mengapa? Karena sejak mereka masuk ke perumahan, relawan mengimbau mereka untuk mau ikut kegiatan pelestarian lingkungan di depo pelestarian lingkungan Tzu Chi Padang. Seminggu sekali, sebanyak 25 blok rumah berangkat  ke depo pelestarian Tzu Chi Padang untuk belajar memilah sampah dengan relawan setempat. (minggu pertama blok 1 – 25, minggu ke dua blok 25-50, seterusnya) dari kegiatan inilah sesama tetangga timbul rasa persaudaraan yang kuat dan tennggang rasa yang solid.

Di sini warga cukup menjaga kebersihan. Meskipun rata-rata warga di sini membuka usaha menjual snack dan minuman ringan, tetapi mereka selalu membuang sampah ke tempat sampah. Saya pun berbincang-bincang sebentar dengan beberapa warga di sana. Selain itu, mereka juga di imbau untuk mencelengkan 500 perak atau seribu rupiah ke dalam celengan bamboo dan di kumpulkan setiap bulannya. Kini sudah berjalan bulan yang keenam dan semua warga dengan penuh gembira mencelengkan sisa uang belanja mereka. Para warga juga mengadakan gotong royong untuk membersihkan lingkungan mereka setiap bulannya.

foto  foto

Keterangan :

  • Setiap Warga di Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi Padang, Menanam Berbagai Jenis Tanaman Untuk Memperindah Rumah Mereka Masing-Masing (kiri).
  • Ernita (Kanan) Sedang Melayani Pembeli Yang Sedang Berbelanja Di Depan Rumahnya (kanan).

Di perumahan ini juga terlihat satu keluarga punya banyak anak, mereka masih menganut banyak anak banyak rejeki. Sudah satu tahun lamanya mereka tinggal di sini. Karena transportasi yang jarang, beberapa warga sudah mulai dapat menyicil untuk membeli kendaraan bermotor. Letak perumahan yang dekat dengan sekolah dan puskesmas (lebih kurang 100 mtr), membuat warga juga lebih mudah untuk berobat dan bersekolah.

Kehidupan yang cerah dan bahagia.
Dikunjungan ini saya bertemu dengan  Zulharni yang berasal dari kecamatan batipuh panjang. Ia adalah  warga asli dari padang. Ia dan Syamsul suaminya beserta ke- 3 anaknya dulu tinggal di rumah yang tidak ada listrik dan terletak  di dekat sawah dan berupa pondok. Di sana  tidak fasilitas air pam (mereka harus berjalan menuju sumur dan menimba air), tidak ada listrik, mencuci juga masih harus di kali. “Kalau ada angin puting beliung, rumah bisa roboh sewaktu-waktu, makanya kalau cuaca buruk anak-anak suka lari ke rumah warga untuk berlindung,”kisah Zulharni. Dengan rumah yang tidak stabil itu, mereka sekeluarga selalu was-was bila cuaca buruk datang.

Dengan dapat bantuan rumah dari Tzu Chi, mereka merasa rumah yang sekarang serasa mewah (ada listrik, air, lantai keramik, dinding yang kokoh, genteng dari baja ringan, dan bebas banjir).  Zulharni juga rajin untuk menanam berbagai tanaman , mempercantik rumahnya. “biar banyak orang yang memuji rumah saya cantik,”katanya dengan gembira.

Zulharni memiliki 3 anak  (jadi satu rumah 5 orang). Anak yang paling besar tidak lagi bersekolah, karena tidak memiliki biaya dan memilih untuk bekerja membantu ayahnya yang bekerja sebagai pemulung yang memiliki penghasilan tidak tetap. Tetapi dengan seiringnya waktu, kini mereka sudah sanggup untuk menyicil kendaraan bermotor, karena akses transportasi di depan perumahan masih kurang banyak. Dengan adanya rumah yang baru, Zulharni juga membantu suami dengan berjualan minuman ringan dan sereal.  “Bersyukur rasanya, jadi Kita sudah dibantu orang sudah selayaknya juga bantu orang lain,” ujar Zulharni yang juga aktif mengikuti kegiatan pelestarian lingkungan dan menyisihkan celengan bambu.

foto  foto

Keterangan :

  • Rumah Zulharni Yang Di Hiasi Dengan Berbagai Jenis Tanaman. Sebelumnya Ia Menanam Bunga Dengan Bentuk Rumah Minang (kiri).
  • Gedung Kantor Perwakilan Tzu Chi Padang Yang Diresmikan Pada 10 Oktober 2013 (kanan).

Bersyukur dan kembali menanam berkah
Selain Zulharni, saya juga bertemu dengan  Ernita (44) yang berasal dari komplek Rahaka blok X/13 lubuk buaya. Ernita yang memiliki 7 anak ini juga merasa bersyukur mendapat bantuan perumahan dari Tzu Chi.  Pada tahun 2009, rumah yang ia huni bersama suami dan ke-7 anaknya rubuh akibat gempa. Dana bantuan dari pemerintah yang ia dapat tidak cukup untuk membangun kembali istana mereka. Sehingga ia hanya sanggup membangun sebuah bangunan kecil seadanya.

Ke empat anaknya yang lain kini tidak tinggal bersama mereka dan tinggal bersama ibu mertuanya di komplek Rahaka blok X/13 lubuk buaya. Mereka sebagian sudah memiliki penghasilan dan menanggung biaya pendidikan adik-adiknya yang masih duduk di bangku sekolah. Sejak pindah ke Perumahan Cinta Kasih, Ernita juga memiliki peluang untuk berjualan snack dan minuman ringan di depan perumahan hingga menjelang malam hari guna membantu menambah penghasilan untuk menafkahi keluarga. ”Lumayan setidaknya sehari ada pemasukan dan sekalian jaga perumahan,” ujar Ernita sembari tersenyum. Sayapun bertanya bagaimana kehidupan mereka sekarang. “Alhamdullilah, rumah da bagus sudah ada ledeng dan listrik. Daripada ngontrak biayanya kan lebih besar. Jauhlah bedanya, dulu rumah dari lubrik-lubrik juga hanya numpang, ubin rumah dari tanah dan diberi pelapis agar bisa untuk leluasa jalan serta depan rumah jalanan selalu becek. Sekarang rumah ini sudah keramik lantainya, jalannya juga mulus. Senang aja,” cerita Ernita dengan gembira.

Ernita pun menerangkan ia suka tinggal di perumahan ini karena ada rasa kekeluargaan yang tinggi. Hal ini tercipta berkat relawan Tzu Chi Padang yang sering mengajak warga untuk ikut pelestarian lingkungan di Depo Pelestarian Lingkungan Tzu Chi Padang.  “Kita sudah dibantu sudah selayaknya bantu juga. Makanya saya juga bantu-bantu di depo pelestarian. Tidak ada paksaan kok, kesadaran sendiri.  Soalnya enak, di sana (depo) tidak ada membedakan status. Mau bos mau karyawan sama-sama kerja memilah sampah. Bisa buat bercanda dengan teman-teman tetangga biar semakin akrab dan sekaligus refressing,” terang ERnita.

Melihat kehidupan warga Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi  Padang yang begitu menjaga lingkungan dan dapat hidup bahagia dengan warga sekitar, sungguh membuah hati ini menjadi teduh dan yakin jika memang Tzu Chi dalam memberikan tidak mengenal ras, suku bangsa, dan agama. Selain itu, misi dan visi Tzu Chi sendiri yang bersifat cinta kasih universal sudah dapat di terima dan dilaksanakan oleh para warga, yakni menjernihkan hati manusia, menciptakan dunia yang sejahtera dan bebas dari bencana.

  
 

Artikel Terkait

 Jasa Para Seniman Bangunan

Jasa Para Seniman Bangunan

16 Juni 2011
Jasa-jasa para seniman bangunan ini sangat dihargai oleh para insan Tzu Chi. Setiap sebulan sekali para insan Tzu Chi mengadakan Baksos Kesehatan (Umum dan Gigi) untuk memeriksa dan menjaga kondisi kesehatan para seniman bangunan
Persatuan Hati Berbasis Budaya Humanis

Persatuan Hati Berbasis Budaya Humanis

23 Februari 2015 Pada tanggal 12 dan 13 Januari 2015, Pelatihan Relawan Abu Putih 1 dan 2 dilaksanakan di Region Downstream, Lampung. Relawan yang mengikuti pelatihan tidak hanya berasal dari Region Downstream saja. Sebanyak enam relawan dari Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia Kantor Penghubung Lampung juga turut mengikuti pelatihan yang berlokasi di PT Sumber Indah Persada tersebut.
Kami adalah Sahabat Bumi

Kami adalah Sahabat Bumi

10 September 2015

Tanggal 31 Agustus 2015, relawan muda-mudi Tzu Chi (Tzu Ching) mengadakan kegiatan pelestarian lingkungan Tzu Chi yang dikenal dengan istilah WAVES (We Are Vegetarians and Earth Saviors) di lapangan Taman Apel, Grogol, Jakarta Barat. Kegiatan ini diikuti sebanyak 85 peserta.

Bila kita selalu berbaik hati, maka setiap hari adalah hari yang baik.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -