Petani Myanmar Membalas Budi

Jurnalis : Mao Ang-bai, Wang Lu-mian , Fotografer : Dok. Tzu Chi

Sejak Topan Nargis menghancurkan Myanmar di tahun 2008, Tzu Chi terus bekerja di negara itu untuk membantu para korban yang selamat dalam membangun kembali rumah dan komunitas mereka. Di daerah terpencil, Tzu Chi juga membantu anak-anak agar dapat bersekolah, serta memberikan bibit padi kepada para petani.

Sebagai cara membalas budi, para petani menyisihkan satu genggam beras setiap hari untuk membantu orang lain yang membutuhkan. Salah satu petani itu adalah U Thein Tun. Sebagai petani, ia memilih untuk tidak menggunakan pestisida dan setiap hari mengucapkan kata-kata baik pada tanaman padinya. Setelah sekian tahun berlalu, kondisi keuangannya meningkat karena hasil panen yang baik. Lalu ia menyewa satu hektar lahan pertanian dan berencana menyumbang beras yang dihasilkan lahan itu untuk Tzu Chi. Tahun 2014 ini, U Thein Tun mengikuti pelatihan relawan Tzu Chi dan berharap dapat menjadi bagian dari keluarga Tzu Chi.

“Saya berharap bibit ini dapat tumbuh dengan baik dan setiap orang di dunia bisa mendapatkan cukup makanan. Saya juga mendoakan Master Cheng Yen agar selalu sehat,” ujar U Thein Tun.

U Thein Tun menjelaskan ia sangat berterima kasih atas bantuan bibit padi dari Tzu Chi. Setelah terjadinya Topan Nargis, ia hanya memiliki sisa setengah keranjang beras di rumah. Barang bantuan pascabencana telah menyelamatkannya dan keluarganya.

U Thein Tun memahami konsep Tzu Chi yang berkeinginan melindungi semua makhluk hidup, karenanya ia memutuskan untuk tidak menggunakan pestisida dalam membasmi hama tanaman, melainkan mengucapkan kata-kata baik pada tanaman padinya. Setiap hari, sebelum ia memasak nasi, ia mengambil segenggam beras dan memasukkannya ke dalam celengan beras. Setelah penuh, celengan beras ini akan disumbangkan kepada orang yang membutuhkan. Ide celengan beras ini diambil dari konsep tabungan bambu Tzu Chi, yaitu melakukan perbuatan bajik dimulai dari hal kecil dan menumbuhkan niat baik setiap hari.

Syukurlah, dengan niat baik dan ucapan baiknya, kehidupan U Thein Tu juga kian membaik. Hasil dari empat hektar lahannya terus berlipat ganda. Tahun ini ia menyewa satu hektar lahan tambahan dan berencana menyumbangkan beras hasil lahan tersebut untuk  Tzu Chi.

Kao Tzu-ren, relawan Tzu Chi Myanmar bercerita, “Sekarang U Thein Tun memiliki ladang dan ternak sendiri, padahal dulu ia harus meminjam ataupun menyewanya dari orang lain.”

Saat pelatihan relawan, U Thein Turn memakai baju putih dan celana panjang. Sebagai petani, ia tidak memiliki kaos kaki putih, sehingga para relawan menyiapkan sepasang kaos kaki untuknya. “Pada saat saya dalam kesulitan, Tzu Chi datang menolong saya. Saya rasa cara satu-satunya untuk membalas budi adalah dengan melanjutkan menyebarkan cinta kasih ini kepada orang lain,” katanya.

Ia sangat berniat tulus untuk membalas budi. Saat ia mendengar Tzu Chi membantu membangun 12 sekolah yang rusak di daerah terpencil, ia turut menyumbangkan bantuan. Di mata relawan lain, ia adalah contoh teladan. 

Sumber: www.tzuchi.org, Penerjemah: Susy Grace Subiono

Artikel Terkait

Hanya dengan mengenal puas dan tahu bersyukur, kehidupan manusia akan bisa berbahagia.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -