Pikiran dan Perasaan Welas Asih
Jurnalis : Leo Samuel Salim (Tzu Chi Bali), Fotografer : Maggie, Lili Chen (Tzu Chi Bali)Salah seorang anak dari Panti Asuhan Ebe Haezer menanamkan kebajikannya demi korban gempa di Haiti. |
| ||
Tema acara pemberkahan akhir tahun kali ini adalah Dengan Giat Menjalankan Ajaran Jing Si, Tzu Chi Bersumbangsih dalam Masyarakat, Menumbuhkan Welas Asih di dalam Penderitaan, Menempa Kebijaksanaan di dalam Kehidupan. Leo Samuel Salim, pembawa acara memulai pemberkahan dengan mengatakan, “Berupa sebuah hal yang patut disyukuri, kita bisa berkumpul di sini bersama dengan orang-orang yang kita kasihi. Marilah kita mengucapkan selamat kepada orang-orang yang duduk di samping kita.” Semua hadirin pun lantas saling mengucapkan selamat. Setelah itu, acara dilanjutkan dengan menyaksikan kilas balik Tzu Chi Bali di tahun 2009. Kilas balik ini ditayangkan sebagai wujud pertanggungjawaban Tzu Chi Bali kepada semua orang yang selama ini mendukung Tzu Chi khususnya di Bali, baik dalam bentuk materi maupun tenaga. Kali ini, Tzu Chi Bali mengundang para penerima bantuan dari Tzu Chi untuk sharing kepada para hadirin. Salah satunya, I Wayan Sumartayasa yang menerima beasiswa penuh. Wayan bercerita tentang kondisi dirinya sekarang yang sudah berubah menjadi lebih baik dan menunjukkan prestasi di sekolah karena tak lagi khawatir akan putus sekolah. Selain Wayan, masih ada seorang lagi yang sharing, mereka adalah orangtua dari Akira, seorang balita (2 tahun) yang menderita Hydrocepallus. “Saya berterima kasih kepada Tzu Chi yang telah membantu anak kami, Akira, sehingga Akira bisa dioperasi. Sekarang kondisi Akira sudah membaik dan kepalanya sudah mulai mengecil,” cerita Bu Indra, ibu Akira. “Saya sangat pasrah saat itu, anak saya dianjurkan oleh dokter untuk dioperasi, tapi dari mana dana itu. Tapi memang benar, kita tidak boleh pasrah, saya diberitahu mengenai Tzu Chi dan akhirnya ada ditanggapi dengan baik oleh Tzu Chi,” tambah Bapak Indra Gunawan. Pada kesempatan kali ini, anak-anak dari Panti Asuhan Ananda Marga yang setiap bulan mendapatkan bantuan sembako dari Tzu Chi juga menunjukkan kebolehan mereka dalam bahasa isyarat tangan. Dengan lagu yang berjudul “Satu Keluarga”, bahasa isyarat tangan yang mereka peragakan pun lantas diikuti semua hadirin.
Ket : - Salah seorang anak didik Yayasan Pembinaan Anak Cacat menerima celengan bambu pada acara Pemberkahan Akhir Tahun. (kiri) Saat penayangan kilas balik Tzu Chi Internasional, banyak orang yang tersentuh melihatnya. Tayangan tersebut benar-benar membuka mata semua orang apa yang sebenarnya terjadi pada bumi kita ini. Bumi ini sudah rentan dan tua serta akibat kelalaian dari umat manusia, sekarang begitu banyak bencana yang tak henti-hentinya terjadi. Tzu Chi di seluruh dunia dengan tanggap segera memberikan bantuan langsung kepada korban bencana. Bencana badai Morakot yang memporak-porandakan Taiwan bagian selatan, gempa di Samoa, gempa di Padang, dan banjir di Filipina, semua itu adalah bukti bahwa bumi ini telah marah. Master Cheng Yen juga mengatakan, “Apakah hanya dengan doa, semua bencana dan malapetakan ini semua bisa berlalu? Kita harus bertindak dan turun ke lapangan.” Setelah para hadirin menerima angpau pemberkatan Master Cheng Yen, Leo Samuel Salim, menjelaskan makna di balik angpao tersebut. “Ada koin 5 dollar pada setiap angpao. Dalam bahasa mandarin, 5 dollar disebut Wu Yuan, yang dalam bahasa Tai Yu, bisa diartikan “berjodoh”. Ada 6 bulir padi, itu melambangkan Sad Paramita (Dana, Sila, Ksanti, Virya, Dhyana, Prajna) dan ada satu buah apel di sana. Apel yang dalam bahasa mandarin disebut Ping Guo. Penyebutan kata Ping pada Ping Guo, mirip kata Ping pada Ping An, Master mendoakan semoga semua orang dalam keadaan aman dan sejahtera.” kata dia. Pada tanggal 8 Agustus 2009, Taiwan bagian selatan dilanda badai Morakot yang sangat dahsyat. Badai itu meninggalkan banyak sekali kepedihan pada warga di sana. Bukan hanya harta benda yang habis, banyak sanak keluarga pun yang ikut tewas. Master Cheng Yen segera mengucapkan rasa dukanya yang mendalam di ceramah paginya, “Dari wujud penderitaan, kita bisa menumbuhkan kewelasasihan; di dalam perubahan, kita menguji kebijaksanaan; dalam kondisi yang sulit, kita membangkitkan daya tahan dan dalam keruwetan, lebih-lebih harus berlatih kesabaran.” Kata-kata Master Cheng Yen tersebut membuat seorang penulis lagu terkenal Li Jia Quan menuliskan sebuah lagu yang berjudul Ci Bei De Xin Lu (Pikiran dan Perasaan Welas Asih). Jika disimak lebih dalam, syair dari lagu tersebut benar-benar menyampaikan pesan dari Master Cheng Yen kepada kita semua dan kini lagu tersebut pun dinyanyikan oleh semua relawan dan hadirin.
Ket : - Anak-anak dari Panti Asuhan Ananda Marga memegang angpau pemberkatan dan celengan bambunya. (kiri) Dalam ceramahnya, Master Cheng Yen mengatakan alam telah memberikan pelajaran kepada kita semua, hendaknya kita bisa sadar dan bertobat. Ini bisa kita lihat dari semakin banyaknya bencana yang terjadi dan bencana yang terjadi pun, semakin lama semakin parah. Oleh karena itu, pada salah satu sesi acara pemberkatan akhir tahun, semua hadirin dianjurkan untuk berdoa demi dunia ini agar dunia ini selalu dalam keadaan damai, aman sentosa, dan bebas dari bencana. Mengenai kesan terhadap acara pemberkatan akhir tahun ini, salah seorang hadirin, Pak Yusnardy mengatakan,”Meskipun saya adalah seorang Kristiani, saya melihat adanya kesamaan esensi antara Kristen dan Tzu Chi, sama-sama mewujudkan kewelasasihan dan memang itulah yang harus kita lakukan pada saat ini.” Salah satu hadirin lain yang bernama Sofyan, setelah melihat tayangan-tayangan selama acara berlangsung, dia langsung bertekad hendak menjadi relawan biru putih seperti shixiong shijie lainnya dan bisa bersumbangsih kepada masyarakat. | |||
Artikel Terkait
Memperpanjang Barisan TIMA Medan
29 November 2018Bersamaan dengan HUT TIMA Indonesia ke-16 di bulan November ini, pada Minggu 25 November 2018 sebanyak 66 relawan Tzu Chi Medan mengadakan acara Ramah Tamah TIMA Medan di lantai V Gedung Yayasan Buddha Tzu Chi Komplek Jati Junction No P1 Medan.
Kembali ke Banaran Pascaoperasi
22 Desember 2017“Ajik….! Ajik….!” Suara teriakan anak-anak usia taman kanan-kanak itu menyambut kedatangan Ajik Saputra. Kebanyakan adalah kawan-kawan Ajik di TK Dharma Mulia, Dusun Banaran, Desa Wates, Kecamatan, Getasan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Teman-teman Ajik mengenakan pakaian tradisional Jawa (beskap dan kebaya).