Posko Kesehatan yang Menenteramkan
Jurnalis : Indri Hendarmin (He Qi Utara), Fotografer : Yusniaty (He Qi Utara)
|
| ||
Baksos yang diadakan secara spontan tersebut bisa dikatakan berjalan dengan lancar, meskipun ada beberapa kendala. Antara lain, para warga korban banjir terlihat sedikit tidak sabar saat harus menanti giliran mereka karena memang memang hanya ada seorang perawat yang datang membantu untuk mengukur tekanan darah. Sementara dokter yang yang bertugas di posko juga hanya dua orang, ditambah dengan seorang apoteker. Kondisi yang terbatas ini membuat deretan antrian cukup panjang. Untunglah setelah baksos berjalan beberapa saat, menyusul seorang dokter yang membantu mengurangi panjangnya antrian. Menghadapi kondisi ini, Liwan Shixiong dengan gayanya yang polos dan lucu menasehati para warga yang antri untuk bersabar menanti giliran.
Keterangan :
Di antara barisan antrian warga, terlihat seorang ibu yang cukup berusia dengan nafas yang agak tersengal-sengal. Kondisinya membuat relawan khawatir sehingga memberikan prioritas kepada ibu tersebut untuk diperiksa. Ibu yang bernama Asiah tersebut berusia 50 tahun. Pada saat dokter memeriksanya ternyata ia menderita sakit paru-paru yang cukup serius dan memerlukan penanganan yang lebih lanjut. Sebagai pertolongan pertama, alat oksigen untuk bantuan pernapasan pun didatangkan. Dengan sabar perawat memasangkan alat tersebut kepada Ibu Asiah. Sambil berbaring di ranjang kain sambil menghirup oksigen, tampaknya keadaan Ibu Asiah sedikit lebih baik.
Keterangan :
Ada juga seorang ayah yang membawa putranya untuk berobat, yakni Pak Mamad bersama putranya Ridwan (4 tahun). Relawan sempat mengira putranya hanya sakit ringan mengingat keluhan penyakit semua warga korban banjir hampir semua yaitu flu, batuk, demam, dan gatal-gatal. Namun, ternyata pada saat banjir Ridwan terjatuh dan kepalanya terluka. Lukanya cukup dalam dan bernanah. Setelah membersihkan lukanya, dokter langsung menyampaikan pada Pak Mamad bahwa luka di kepala Ridwan harus segera dijahit agar tidak menjadi lebih buruk nantinya. Pak Ridwan pun langsung setuju setelah mendengar penjelasan dokter. Sambil menunggu Ridwan dijahit, Pak Mamad bercerita, “Ridwan anak angkat saya.” Setelah dilahirkan, orang tua kandung Ridwan meninggal dunia. Karena Pak Mamad dan istrinya belum mempunyai anak laki-laki, ia dan istrinya mengadopsi Ridwan. Namun malang tak dapat diduga, dua tahun yang lalu istri Pak Mamad meninggal dunia sehingga ia sendiri yang terus membesarkan Ridwan. Selama dijahit, Ridwan merasa takut, ia meronta-ronta. Relawan membantu dengan menghiburnya, dan ada juga yang memegang kakinya. Dokter sempat memberikan suntikan penghilang rasa sakit, dan untunglah pada akhirnya berhasil menyelesaikan tiga jahitan untuk menyembuhkan luka di kepala Ridwan. | |||
Artikel Terkait
Peresmian Aula Jing Si Batam: Masyarakat Sekitar yang Turut Bersukacita
18 Agustus 2018Sukacita tak hanya dirasakan oleh relawan Tzu Chi yang hari ini hadir dalam peresmian Aula Jing Si Batam. Banyak harapan dan doa disampaikan para tamu undangan yang selama ini melihat secara nyata kontribusi Tzu Chi Batam bagi warga sekitar.
Baksos Papua: Sebuah Panggilan Jiwa (Bag. 2)
08 Juni 2012 Jumlah pasien baksos kesehatan yang banyak juga menuntut kecepatan, ketepatan, dan kesempurnaan dalam melakukan operasi. Dan sebagai dokter, tugas berat tentunya bagi dr. Danny untuk menangani pasien yang jumlahnya melebihi waktu normal praktiknya.Menghormati Kehidupan dengan Pola Hidup Vegetarian
12 Agustus 2019Dengan mengadakan bazar kuliner vegetarian, relawan Tzu Chi Batam juga bisa mensosialisasikan pola makan vegetarian kepada puluhan ribu warga Batam. Berbagai persiapan pun dilakuan oleh tim konsumsi Tzu Chi Batam sejak tanggal 20 Juni, satu bulan sebelum bazar diadakan.