Program Bedah Kampung Tzu Chi: Mendorong Perbaikan dengan Bergotong-Royong
Jurnalis : Anand Yahya, Fotografer : Anand YahyaAda rasa kesetiakawanan sosial dan sinergi antara relawan Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia dengan aparat Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Polisi Republik Indonesia (Polri), pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan masyarakat saat Program Bedah Kampung Tzu Chi mulai berjalan. Seperti yang terjadi pada Minggu, 14 Februari 2016 saat Tim Relawan Tzu Chi, aparat TNI dan Polri serta Pemerintah Kabupaten Bogor bersama-sama mengunjungi perkampungan warga di Desa Jagabita, Kampung Pabuaran, Kecamatan Parung Panjang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Relawan Tzu Chi dan rombongan berkunjung ke rumah Umar (75) yang hidup berdua dengan istrinya, Aminah (50). Mereka tinggal di sebuah rumah yang tidak layak huni di RT 01/05 No. 86 Kampung Pabuaran, Desa Jagabita, Parung Panjang, Bogor, Jawa Barat. Dalam kunjungan ini, Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia, Liu Su Mei dan Wakil Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia, Sugianto Kusuma beserta para relawan komite Tzu Chi berkunjung langsung dan berinteraksi dengan Umar. Relawan Tzu Chi juga masuk ke dalam rumah Umar yang berlantaikan tanah dengan suasana rumah lembab. Genting rumah Umar juga banyak yang telah bolong, rangka atap yang keropos dimakan usia ditambah tiang-tiang dari kayu yang sudah miring dengan berdindingkan anyaman bambu.
Umar serta istri hidup hanya berdua saja di hari tua mereka. Mereka tidak memiliki anak. Umar sudah tidak kuat lagi bekerja sebagai pembuat pengki dari anyaman bambu, hidup sehari-hari Umar bergantung dari ponakan yang tinggal di sebelah rumah.
Umar sangat terkejut ketika relawan bersama aparat TNI dan Polri sudah ada di depan rumahnya. Dengan menggunakan tongkat, Umar berjalan tertatih-tatih menyalami satu persatu relawan yang hadir. Rumah Umar berdiri di atas tanah seluas 200 meter persegi dan terdiri dari satu kamar tidur, satu ruang tamu, dan satu dapur. Umar tidak memiliki sarana sanitasi di dalam rumah. Sumur air berada di luar rumah Umar. Jika hujan turun, seluruh perabotan rumah ditaruh di atas lantai untuk menampung air hujan yang menerobos masuk melalui celah genteng yang bocor.
Sugianto Kusuma berbincang bersama Mayjen TNI dr. Ben Yura Rimba yang juga menjabat Kapuskes TNI ketika mengunjungi rumah ibu Sarmanah (80). Sugianto Kusuma mengatakan kesehatan itu paling penting. Hal ini menurutnya ditunjang dengan kondisi rumah yang layak huni.
Rumah Umar adalah fenomena salah satu rumah yang tidak layak huni dari 41 rumah yang telah di survey oleh relawan Tzu Chi. Berdekatan dengan rumah Umar relawan Tzu Chi berjalan mendatangi rumah Sarmanah (80) seorang janda yang tinggal di rumah dari gubuk yang sudah doyong. Samanah memiliki 9 orang anak dan yang hidup kini tinggal 6 orang anak yang sudah berkeluarga semua. Rumah Samanah berdiri diatas tanah 150 meter persegi terdiri dari satu kamar tidur yang sudah tidak terpakai karena bocor, jadi Samanah tidur di ruang tamu, satu dapur dan tidak memiliki MCK. Anak Samanah yang tinggal berdekatan sudah mangajak Samanah untuk tinggal bersama, namun ibu 9 anak ini berkeras hati tidak mau takut menyusahkan orang keluarga anaknya.
Wakil ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia Sugianto Kusuma mengatakan bahwa sejarah Tzu Chi bersama TNI dan Polri saling bekerja sama terjalin saat membangun bedah kampung di Dadap Cengkareng, Pademangan Barat, dan Kelapa Gading. “Semua bedah Kampung ini terlaksana berkat kerja sama antara Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia, TNI, dan Polri. Kepedulian untuk menangani masalah tersebut diharapkan terus ditingkatkan. Hal Ini melibatkan seluruh komponen masyarakat, pemerintah pusat, dan pemerintah daerah serta masyarakat itu sendiri. Semua unsur ini bekerja dengan sinergi mewujudkan perkampungan yang sehat, bersih, dan pemberdayaan warga untuk meningkatkan perekonomian,“ ujarnya.
Warga kampung Pabuaran hampir semua tidak memiliki sarana sanitasi di rumah mereka. Mereka mengandalkan sumur tanah yang ada di luar rumah sementara pembuangan limbah mengalir ke pekarangan rumah.
Menurutnya, masyarakat harus dilibatkan untuk saling bergotong royong membangun rumahnya. “Agar mereka merasa memiliki juga lingkungan mereka. Hasil Program Bedah Kampung itu wujud nyata masyarakat masih merindukan perilaku bergotong royong kembali hidup, hanya saja dibutuhkan hal pendorong yang tepat,” tambah Sugianto Kususma. Dia berharap bedah kampung ini akan berjalan dengan baik dengan adanya dukungan dari pemerintah pusat, Pemerintah Provinsi Jawa Barat, dan Pemerintah Kabupaten Bogor, serta dari para pengusaha.
Menurut Ketua DPRD Bogor Ade Rohandi, Program Bedah Kampung dari Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia ini adalah salah satu upaya untuk memotong mata rantai daerah tertinggal di wilayah Parung Panjang ini. Relawan Tzu Chi sudah berulang kali menyalurkan bantuan kepada warga Parung Panjang sejak baksos kesehatan tahun 2009 silam. Bantuan itu kemudian berkembang ke pembuatan prasarana sanitasi, penanganan pasien kaki gajah, gizi buruk, pemberian beasiswa, sekolah binaan, dan pengembangan lingkungan. Sejak 2009, itu juga bantuan penyuluhan dan kesehatan terus bergulir di Desa Jagabita ini.
Rombongan relawan Tzu Chi di sambut oleh anak-anak yang memakai seragam tentara dengan bernyanyi sambil melambaikan bendera merah putih di tangan mereka.
Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia berharap pemerintah pusat maupun daerah mendukung Program Bedah Kampung ini dengan memperbaiki sarana dan prasarana lingkungan kampung sesuai kebutuhan masyarakat. Misalnya saja parit-parit, jalan-jalan di perkampungan, jembatan, dan gedung sekolah. Sugianto Kusuma mengatakan Program Bedah Kampung ini dapat merubah pola pikir masyarakat untuk hidup sehat dan meningkatkan perekonomian warga dengan adanya bimbingan dari pemerintah daerah bersama relawan Tzu Chi yang akan mendampingi warga hingga mereka hidup mandiri. “Jadi kita saling bersinergi dalam memotong rantai daerah tertinggal,”ujar Sugianto Kusuma.