Program Pertanian Amal, Menuju Pertanian Berkelanjutan (Bag 1)

Jurnalis : Bambang (Tzu Chi Singkawang), Fotografer : Bambang (Tzu Chi Singkawang)
 
 

foto
Yayasan Buddha Tzu Chi memberikan bimbingan dan penyuluhan kepada para petani di Singkawang untuk pemberdayaan pertanian jagung.

Provinsi Kalimantan Barat terdiri dari 12 Kabupaten dan 2 Kota, 174 Kecamatan, 89 Kelurahan, dan 1.987 Desa. Daerah Kalimantan Barat dihuni oleh aneka ragam suku yang ada di Indonesia. Suku yang mayoritas adalah Dayak, Melayu, dan Tionghoa sekitar 90%, sedangkan suku lainnya seperti Bugis, Madura, Jawa, Minangkabau, Sunda dan lain-lain berjumlah 10%.

Sebagian besar wilayah Provinsi Kalimantan Barat merupakan dataran rendah dengan luas sekitar 146.807 km atau setara 1,13 kali luas pulau Jawa. Wilayah ini membentang lurus dari Utara ke Selatan sepanjang lebih dari 600 km dan sekitar 850 km dari Barat ke Timur. Penduduk Kalimantan Barat dalam tahun 2012 tercatat 4.583 juta jiwa, terdiri dari 2.377 juta jiwa laki-laki dan 2.246 juta jiwa perempuan.

Masih dari data 2012 jumlah penduduk Kalimantan Barat yang berada di bawah garis kemiskinan sebanyak 9,7% atau sekitar 444.551 jiwa,   hampir seluruhnya bermata pencaharian sebagai petani, nelayan, dan buruh. Dengan meningkatnya jumlah penduduk di tahun 2013 menjadi 5,3 juta jiwa, ternyata jumlah penduduk miskin di Kalimantan Barat tidak berkurang secara nyata.

Dalam rangka membantu meningkatkan kesejahteraan taraf hidup masyarakat Kalimantan Barat khususnya para petani,  Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia Kantor Penghubung Singkawang mewujudkan ‘program pertanian amal’ yang difokuskan kepada petani kurang mampu. Persoalan yang dihadapi petani miskin pada umumnya tidak memiliki akses permodalan, tidak punya akses informasi teknologi budidaya yang berwawasan lingkungan serta tidak memiliki akses pasar. Untuk memenuhi tiga hal tersebut, Yayasan Buddha Tzu Chi memberi bantuan pinjaman sarana produksi pertanian berupa benih, pupuk, herbisida/pestisida, dan bimbingan teknologi budidaya. Pinjaman sarana produksi pertanian dibayar setelah panen dengan tidak dibebani bunga. Sedangkan bimbingan teknis budidaya mendapatkan secara cuma-cuma dari tenaga ahli pertanian Tzu Chi.

Adapun jaminan pasar yang diberikan kepada petani adalah kesanggupan Tzu Chi dalam menyerap hasil panen dalam jumlah tak terbatas. Berapa pun jumlah jagung yang dihasilkan oleh petani diserap semua. Kendala pasca panen yang dihadapi petani selama ini, yakni pemipilan dan pengeringan yang mengandalkan penjemuran di bawah terik matahari. Hal ini diatasi oleh Tzu Chi dengan pembelian dalam bentuk kering tongkol. “Pembelian jagung dalam bentuk kering tongkol ini pun merupakan sebuah solusi, karena selama ini curah hujan di Kalimantan Barat cukup tinggi. Petani mengeringkan jagung pipil dengan menjemur dibawah sinar matahari, sehingga kadar air masih terlalu tinggi. Dalam pertanian amal ini, petani cukup menjual jagung kering tongkol yang kami beli dengan harga Rp 1.800/kg. Nilai ini setara dengan harga jagung pipil kering sekitar Rp 3.000/kg (kadar air 14%),” ungkap Sangian Soedjono Anggie, relawan Tzu Chi bagian pembelian jagung.

Donatus, Ketua Kelompok Tani ‘Sabung Satu’ di Dusun Pelanjak, Desa Caonk, Kecamatan Mempawah Hulu, Kabupaten Landak menuturkan bahwa program pertanian amal ini sangat membantu petani. Pinjaman berupa sarana produksi pertanian yang dibayarkan setelah panen tidak dikenakan bunga sepeser pun. “Pembelian jagung hasil panen dalam rupa tongkol kering ladang, juga sangat membantu petani, petani tidak perlu repot-repot memipil lalu menjemurnya,” tutur ayah tiga anak ini. Sebelum ikut program pertanian amal, Donatus pernah menanam jagung sendiri. Jarak tanam serta dosis pemupukan dikira-kira saja, sehingga hasilnya tidak memuaskan. Lalu berhenti menanam jagung. Di atas lahan sawahnya seluas 2,5 hektar itu, ditanami padi kembali. Hasilnya pun kurang memuaskan karena tidak mendapat bimbingan dari tenaga penyuluh pertanian. Kemudian berjodoh dengan program pertanian amal ini, lahan yang satu hektar ditanami jagung dan yang satu setengah hektar untuk padi. Hasilnya bisa mencapai tiga kali lipat dibandingkan sebelum mendapat bantuan bimbingan dari Tzu Chi.

foto

Keterangan :

  • Pembelian jagung dalam bentuk kering tongkol ini pun merupakan sebuah solusi, karena selama ini curah hujan di Kalimantan Barat cukup tinggi.

Ir. M. Sinambela, selaku tim ahli pertanian Tzu Chi mengaku keberhasilan program pertanian tidak lepas dari peran pembinaan, penyuluhan, dan pendampingan.  Program penyuluhan pertanian di Kalimantan Barat selama ini belum bisa mendongkrak tingkat produktifitas hasil tanaman.  Di satu sisi harus diakui bahwa kendala yang dihadapi petani dan kelompoknya adalah terbatasnya jumlah penyuluh pertanian di setiap wilayah yang mengakibatkan keterbatasan berbagai sumber informasi pertanian. Menjawab tantangan ini, program pertanian amal Tzu Chi secara intensif melakukan pendampingan.  “Faktanya para petani sebenarnya ingin dan dapat mengadopsi berbagai teknologi budidaya, penanganan panen dan pasca panen, serta pemasaran hasil pertanian.  Petani menyadari dengan hanya mendengar berbagai informasi tanpa dibarengi tindakan nyata dan perlakuan,  membuat keyakinan mereka dengan paket teknologi yang akan diterapkan sangat rendah.  Pendampingan sangat mutlak dilakukan untuk mendongkrak peningkatan produktivitas hasil panen yang diinginkan.  Dengan mendampingi petani, membuat tingkat keyakinan dan kepercayaan petani semakin baik. Dengan pendampingan, pengambilan keputusan dalam usaha tani menjadi lebih cepat dan akurat,” tutur sarjana pertanian yang juga seorang dosen ini.

Menggerakkan Pemuda di Desa
Zakarius Joni, salah satu pemuda desa yang optimis menekuni kegiatan bertani setelah mendapat pendampingan dari program pertanian amal. Ia ingin menjadi teladan bagi pemuda desa lainnya untuk mencintai desanya. Ia juga tekun mengerjakan pertanian dan tidak buru-buru mencari pekerjaan ke kota besar apalagi keluar negeri menjadi TKI. “Lahan di Kalimantan ini masih sangat luas dan subur. Apabila kita giat dan bersemangat mengerjakannya, kemudian di bawah bimbingan orang yang ahli dan berpengalaman, maka hasilnya pasti memuaskan,” tegas Joni. Joni yang setiap hari Minggu membantu kegiatan peribadatan di Gereja, sehari-hari membantu orang tuanya menggarap sawah. Joni adalah anak laki-laki pertama dari delapan bersaudara. Satu kakak perempuanya sudah lulus kuliah dan bekerja, sedangkan dua adiknya sedang melanjutkan kuliah di Jawa. Sementara dua adiknya bersekolah di tingkat menengah atas dan pertama, dua lagi masih duduk di bangku Sekolah Dasar. “Bergabung dengan program pertanian amal sangat membantu ekonomi keluarga, termasuk mengirim sebagian hasil panen untuk biaya pendidikan adik di Jawa,” ujar Joni lugu.

Selaku guru Sekolah Dasar yang tinggal di Desa Salumang Kecamatan Mempawah Hulu Kabupaten Landak, Apin merasa gembira dengan program pertanian amal. Program ini mampu menggerakkan pemuda desa untuk terjun kembali menggarap sawah, disamping menyadap getah karet yang hasilnya cenderung turun akhir-akhir ini. Bimbingan teknis yang diberikan oleh tenaga ahli dari Tzu Chi, membuktikan hasil yang berlipat. Sehingga banyak menarik minat masyarakat. Apin sendiri yang memiliki lahan pertanian dua hektar ikut pula dalam program pertanian amal ini.

Menurut Ir. Tono Trileksono, minat petani untuk mengikuti program pertanian amal ini sangat tinggi, terbukti semenjak digulirkannya dari tahun 2012 hingga 2013. Untuk pertanian jagung sebanyak 900 petani yang terlibat, dengan luas lahan garapan 950 hektar di seluruh Kalbar, dengan rincian :
Kabupaten/Kota Luas (ha)

  1. Kubu Raya          40
  2. Pontianak        400
  3. Landak             200
  4. Bengkayang    250
  5. Sambas               20
  6. Singkawang        40

          Total                 950

“Benih jagung yang sudah terdistribusikan kepada petani dalam kurun setahun ini sebanyak 16,5 ton. Sedangkan untuk pertanian amal komoditi padi, dalam kurun waktu setahun, luas areal garapan baru 90 hektar, milik 90 orang petani,” ungkap Trileksono.  Perkembangan program pertanian amal ke depan berbanding terbalik dengan kemampuan petani. Kalau sudah banyak petani yang mampu membeli sarana produksi pertanian, tentu saja pinjaman tidak diperlukan lagi. Sehingga pengalokasian dana untuk keperluan yang lain, misalnya penanganan pasca panen. Tentu penyerapan hasil panen, jagung maupun padi bakal mengalami peningkatan yang nyata dari tahun ke tahun.

(bersambung Ke Bag 2 )

  
 

Artikel Terkait

Relawan Tzu Chi Adu Kebolehan Memasak Vegan, Hasilnya Semua Enak!

Relawan Tzu Chi Adu Kebolehan Memasak Vegan, Hasilnya Semua Enak!

12 Agustus 2024

Menyambut Bulan Tujuh Penuh Berkah, Tzu Chi Indonesia menyelenggarakan Tzu Chi Vegan Cooking Competition 2024 yang merupakan perlombaan memasak menu vegan yang pertama diadakan di Tzu Chi Center.

Dari Washington ke Margaguna

Dari Washington ke Margaguna

23 Februari 2010
Tetapi harapan kadang tak selalu sesuai dengan keinginan. Sekembalinya dari luar negeri, janji sang adik pun tak terbukti. Adiknya beralasan bahwa ia juga telah merawat orangtuanya yang terkena stroke, sehingga tak ada tempat lagi di rumah untuk sang kakak.
Belajar Bervegetaris? Yuk Mulai Sekarang Bareng Menu Vegan Catering Tzu Chi

Belajar Bervegetaris? Yuk Mulai Sekarang Bareng Menu Vegan Catering Tzu Chi

10 Agustus 2020

Aroma harum dan gurih dari Nasi Pandan Wangi yang dimasak tim relawan Xie Li Cipondoh, Tangerang pagi itu sungguh menggugah selera. Warna hijau muda dari nasinya juga sangat cantik. Lauk-pauknya ada tempe orek, rendang, bihun, acar, sambal, dan emping. Hmm.. tak sabar rasanya untuk mencicipi menu vegan yang lezat ini. 

Hanya orang yang menghargai dirinya sendiri, yang mempunyai keberanian untuk bersikap rendah hati.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -