Puasa di Negeri Orang

Jurnalis : Sutar Soemithra, Fotografer : Sutar Soemithra
 
foto

Relawan Tzu Chi bersama dokter, tenaga medis dan seluruh staf RSKB Cinta Kasih Tzu Chi berkumpul melakukan buka puasa bersama sembari bersilaturahmi.

Ramadan kali ini terasa istimewa bagi Zr Daryanti yang sehari-hari bekerja sebagai perawat di Rumah Sakit Khusus Bedah (RSKB) Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng, Jakarta Barat. Untuk pertama kalinya ia merasakan menjalani puasa di negeri orang, tepatnya di Taiwan yang berbeda dengan Indonesia, mayoritas warganya bukan pemeluk agama Islam. Itu terjadi tanggal 11-16 September 2008 lalu ketika ia dan rombongan Tzu Chi International Medical Association (TIMA) Indonesia mengikuti TIMA Annual Meeting di Hualien, Taiwan. “Ini pertama kali saya ke Hualien, dimana saya sedang melaksanakan ibadah puasa,” tutur Daryanti.

Ia menceritakan pengalaman istimewanya tersebut di hadapan dokter, tenaga medis, dan staf RSKB Cinta Kasih, serta para relawan Tzu Chi yang Jumat sore, 19 September 2008 lalu sewaktu mengikuti acara buka puasa bersama bagi karyawan RSKB Cinta Kasih di Ruang Serbaguna lantai 3. Selain Daryanti, tampil juga dr Kurniawan Tjahajadi, dr Dharmasurya, Zr Bernadette, dan Fatimah. Mereka semua adalah peserta pertemuan tahunan TIMA juga.

Fasilitas Khusus Bagi yang Berpuasa
Daryanti tidak menemui kendala yang berarti selama menjalani puasa di Taiwan, apalagi relawan Tzu Chi di sana telah belajar dari pengalaman tahun sebelumnya dalam menghadapi peserta pertemuan tahunan TIMA yang sedang menjalankan ibadah puasa. Tahun lalu, pertemuan tahunan seperti ini juga diadakan di tengah bulan puasa. Ketika itu para relawan Tzu Chi di sana tidak terlalu mengerti bagaimana harus melayani orang yang sedang menjalankan puasa. Bahkan mereka tidak mengerti bahwa puasa adalah tidak makan dan minum sampai sore hari. Kali ini mereka telah mempersiapkan dengan lebih baik. Menurut Daryanti, relawan Tzu Chi menyediakan tempat khusus untuk sahur, shalat, dan semua pendukung menjalankan puasa.

Sedikit kendala yang ia hadapi adalah tentang tanda berbuka. “Karena di sana tidak ada adzan dan segala macam, pokoknya kalo waktu jam enam waktu Indonesia, kita buka puasa. Indonesia – Taiwan kan beda 1 jam,” cerita Daryanti sedikit terkekeh. Tapi itu bukan halangan baginya karena buktinya ia bisa melewatinya dengan lancar.

foto  foto

Ket : - Puasa tahun ini terasa istimewa bagi Zr Daryanti karena melewatinya di negeri orang, Taiwan, yang
           mayoritas warganya bukan penganut Islam. Belum lama ini ia mengikuti TIMA Annual Meeting di Hualien.
           Namun ia tidak menemui kendala berarti. (kiri)
         - Usai berbuka sebelum menikmati hidangan makan malam, tenaga medis dan staf RSKB yang beragama
           Islam melakukan shalat berjamaah di samping lokasi acara seremoni. (kanan)

Sebuah kesempatan yang selalu diidamkan oleh insan Tzu Chi adalah bertemu Master Cheng Yen, dan beruntung karena bisa memiliki kesempatan tersebut. Mungkin ini menjadi berkah Ramadan yang paling berharga baginya tahun ini. “Waktu saya berkunjung ke rumah Master, timbul rasa terharu saya waktu melihat Master (Cheng Yen) yang sehari-hari hanya saya bisa lihat di sharing (ceramah pagi yang ditayangkan oleh Da Ai TV Taiwan),” kata Daryanti yang ketika menceritakan pengalamannya tersebut ditemani oleh putri kecilnya yang ikut naik ke panggung. Rumah Master Cheng Yen sangat bertolak belakang dengan apa yang ia duga. Sebagai organisasi kemanusiaan yang telah berdiri di 43 negara, Daryanti membayangkan kediaman Master Cheng Yen besar dan megah, tapi ternyata Master Cheng Yen adalah orang yang benar-benar bersahaja. “Ternyata rumah dia kecil, bahkan lebih kecil daripada rumah sakit ini,” kata Daryanti membandingkannya dengan RSKB Cinta Kasih.

Aktivitas yang padat ia jalani selama menjadi peserta pertemuan tahunan ini sambil berpuasa. Hal ini tentu saja menguras energi, namun menurutnya, “Memang cape tapi kita punya banyak pengalaman di sana. Banyak perbedaan tapi kita tetap satu dalam usaha berbuat kebajikan terhadap sesama.” Salah satu pengalaman yang sangat berkesan baginya adalah cara relawan Tzu Chi di sana menyambut ia dan peserta pertemuan lain yang benar-benar bagaikan anggota keluarga sendiri. “Kesan pertama saya ke Hualien, yi jia ren, satu keluarga,” ucapnya.

foto  foto

Ket : - Bagi dr Inda Pribadi, berbuat amal di bulan Ramadan makin menjadikan perbuatan amal lebih bermakna.
           Puasa yang tidak makan dan minum dari pagi sampai malam baginya tidak terlalu mempengaruhi aktivitas
           sehari-hari. (kiri)
         - Hidangan vegetarian yang sehat dan menggugah selera menjadi menu makan malam yang istimewa
           setelah seharian berpuasa. (kanan)

Amal Lebih Bermakna di Bulan Puasa
Berbeda dengan Daryanti, dr Inda Pribadi melewatkan puasa kali ini seperti tahun-tahun sebelumnya karena ia tidak menjadi salah satu orang yang ikut pertemuan tahunan TIMA tersebut. Ia melewatkan puasa kali ini di Jakarta. “Rasanya nggak ada yang beda, gimana cara liatnya (saja),” ucap dokter spesialis bedah mulut ini. “Namanya puasa ini (sebenarnya) hanya memindahkan waktu makan yang tadinya kalau pagi atau siang hari makan, ini kita balik jadi makan malam hari. Kalau kegiatan nggak ada kendala, sama aja,” tambahnya.

Hari-harinya ia lewatkan dengan membuka praktek di sebuah klinik di Halim, Jakarta Timur, baru pada hari Sabtu ia praktek di RSKB. “Pada waktu di bulan berkah ini, rasanya lebih puas memberikan dharma bakti kegiatan bermakna bagi masyarakat. Lebih bermakna,” ucapnya penuh syukur.

 

Artikel Terkait

Suara Kasih: Mempraktikkan Dharma dalam Keseharian

Suara Kasih: Mempraktikkan Dharma dalam Keseharian

09 April 2013 Dengan menyerap ajaran Jing Si, kita akan menyadari bahwa pelatihan diri ini bertujuan untuk memberi manfaat bagi semua makhluk, bukan demi pencapaian pribadi. Kita melatih diri demi semua makhluk.
Tiga Kata Ajaib

Tiga Kata Ajaib

01 Oktober 2015
Tiga Kata Ajaib itu adalah Maaf, Tolong dan Terima Kasih. Melalui Kelas Budi Pekerti Tzu Chi pada Minggu, 20 September 2015, sebanyak 121 anak diajarkan tentang pentingnya menghargai orang lain.
Semua Tergerak Bersumbangsih untuk Tzu Chi

Semua Tergerak Bersumbangsih untuk Tzu Chi

15 Februari 2010
Christianto Perdana, pasien penderita Acute Myeloid Leukaemia yang telah menjalani tranplantasi tahun 2009 lalu, dengan sukacita menyerahkan 3 buah celengannya untuk disumbangkan kepada Tzu Chi.
Orang yang memahami cinta kasih dan rasa syukur akan memiliki hubungan terbaik dengan sesamanya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -