Para relawan Tzu Chi berfoto bersama dengan anak-anak sekolah Minggu Cetiya Puteri Dewi Trio berfoto bersama sambil memamerkan celengan cinta kasih yang baru diperoleh.
Pada tanggal 29 September 2024, pukul 07.00 WIB, satu rombongan relawan berseragam abu dan biru putih tampak berkumpul di Pelabuhan KPK Karimun. Wajah relawan sumringah, dengan semangat yang jauh lebih besar daripada tas punggung dan barang bawaan mereka. Siapapun yang melihat pasti akan berpikir, "Ini pasti mau jalan-jalan, ya?" Dan benar saja, para relawan Tzu Chi memang sedang bersiap jalan-jalan ke Pulau Buru. Tapi jangan salah paham, ini bukan sekadar jalan-jalan biasa, melainkan perjalanan untuk membagikan celengan cinta kasih. Ya, sambil liburan, sambil berbagi, kenapa tidak?
Kapal yang ditumpangi adalah kapal penumpang yang rutin singgah di pulau-pulau kecil. Seperti naik angkutan umum di daratan, namun dengan rute melintasi lautan, membawa relawan dari satu pulau ke pulau lainnya. Ketika kapal bergerak meninggalkan dermaga, relawan saling bertukar pandang dan tersenyum, seolah berkata dalam hati, "Asyik, jalan-jalan dimulai!"
Setelah menempuh perjalanan 25 menit, relawan pun tiba di Pulau Buru, suasanya amat seru dan gembira.
Kendaraan roda tiga milik warga setempat yang menjadi alat transportasi relawan selain sepeda motor. Umum disebut Tossa walau kendaraan tersebut bukan bermerk Tossa.
Tak lama kemudian, kapal singgah di Pulau Tanjung Batu Kecil untuk menjemput beberapa relawan tambahan. Salah satunya adalah Indra, atau sering dikenal dengan panggilan Kenti, anak muda yang sangat dikenal di kalangan masyarakat pulau-pulau sekitar karena kemurahan hatinya, memang cocok jadi relawan Tzu Chi. Indra yang juga dikenal kemampuan memasaknya yang hebat, tidak lupa membawa toples-toples berisi hidangan lezat yang telah dipersiapkan olehnya dengan bantuan relawan pulau lainnya.
Begitu tiba di Pulau Buru, rombongan disambut oleh guru agama setempat dan muda-mudi agama Buddha Pulau Buru. Mereka sudah menunggu dengan penuh antusias, siap bergabung dalam kegiatan hari itu. Sebelum memulai, semua berkumpul di Wihara Tri Dharma, sebuah wihara tua yang dibangun pada tahun 1832, letaknya hanya beberapa langkah dari pelabuhan. untuk melakukan briefing singkat. Romo Jurman, sekaligus relawan Tzu Chi koordinator celengan cinta kasih, menjelaskan kepada muda-mudi yang masih asing dengan celengan cinta kasih, dari fungsinya hingga cara penyampaiannya saat menitipkannya ke warga.
"Donasi yang terkumpul akan sepenuhnya digunakan untuk membantu mereka yang membutuhkan," jelasnya, membuat setiap orang yang mendengarkan mengangguk paham.
Anak-anak sekolah Minggu Cetiya Puteri Dewi Trio berfoto bersama sambil memperlihatkan celengan dan buletin di tangan.
Setelah briefing selesai, sebanyak 29 relawan beranjak menuju kendaraan roda dua dan roda tiga yang sudah menunggu. Perjalanan menuju Cetiya Puteri Dewi Trio dengan kendaraan ini adalah momen seru tak terlupakan. Jalanan pulau yang kecil dan berliku membuat kendaraan bergoncang, namun setiap goncangan disambut dengan tawaan terkekeh-kekeh.
Di Cetiya, anak-anak sekolah Minggu sudah menunggu dengan penuh rasa ingin tahu. Romo Jurman, mengambil alih untuk berbicara dengan mereka. Ia menjelaskan makna dari celengan cinta kasih ini. Anak-anak mendengarkan dengan penuh perhatian, mata mereka berbinar saat Romo Jurman menjelaskan bagaimana celengan itu bisa membantu banyak orang. Kemudian, satu per satu celengan, majalah, dan buletin Tzu Chi dibagikan kepada anak-anak.
Sebelum menitipkan celengan cinta kasih ke warga, relawan menjelaskan fungsi dari celengan sambil berbagi canda tawa.
“Sebelum memasukkan koin, harus berdoa dulu ya! Misalnya semoga semua makhluk hidup berbahagia, tring! (suara koin masuk ke celengan) Atau misalnya semoga mama papa sehat selalu, tring!” Sahut Romo Jurman kepada anak-anak.
Kegiatan tidak berhenti di situ. Para relawan melanjutkan perjalanan mereka, menelusuri jalanan pulau dan mengunjungi toko-toko. Mereka menitipkan celengan cinta kasih ini kepada para pemilik toko, berharap agar lebih banyak masyarakat yang terlibat dalam misi kebaikan ini.
Seusai kegiatan, seluruh relawan berkumpul di rumah warga untuk menyantap hidangan makan siang vegetarian yang dipersiapkan oleh relawan Pulau dan warga setempat.
Matahari hampir mencapai puncak tertingginya, kesibukan membagikan celengan berubah menjadi persiapan makan bersama. Para relawan dan warga setempat bekerja sama menyiapkan hidangan vegetarian. Tak lupa membuka toples-toples berisi makanan yang dibawa oleh relawan Pulau Tanjung Batu Kecil.
Aroma masakan memenuhi rumah warga tempat relawan berkumpul, dan tak lama kemudian semua orang duduk bersama untuk menikmati makan siang. Makan bersama di tengah suasana perkampungan, berhiaskan canda dan tawa adalah momen yang paling mengesankan bagi banyak relawan.
Seusai kegiatan dan makan siang, saatnya kembali berlayar menuju rumah. Para relawan tahu bahwa hari itu mereka tidak hanya memberi, tapi juga menerima. Mereka menerima kehangatan, menerima rasa syukur, dan merasakan betapa indahnya dunia ketika semua orang mau berbagi tanpa memandang perbedaan.
Editor: Metta Wulandari