Puluhan Aktivis Muda Kristen Asia Kunjungi Tzu Chi Center
Jurnalis : Khusnul Khotimah, Fotografer : Khusnul Khotimah
Puluhan aktivis kaum muda Kristen dari berbagai negara di Asia mengenal lebih dalam tentang Tzu Chi di Tzu Chi Center Jakarta, Rabu, 12 Juli 2017.
Sebanyak 51 aktivis kaum muda Kristen yang tergabung dalam Youth in Asia Training for Religious Amity (YATRA) siang tadi menyambangi kantor Tzu Chi Indonesia. Mereka berasal dari berbagai negara di Asia seperti Myanmar, Tiongkok, Jepang, India, Pakistan, Bangladesh, New Zealand, dan juga ada dari Australia. Beberapa fasilitator kegiatan ini ada pula yang berasal dari Amerika Serikat.
Kedatangan kaum muda gereja Asia ke Tzu Chi ini untuk melatih belarasa dan belajar menjalin kerja sama dengan orang-orang yang berbeda iman untuk menemukan akar kemanusiaan bersama. Jelas Erich Von Martin, selaku koordinator YATRA.
“Kenapa kami memilih Tzu Chi? karena beberapa tahun ini kami mendengar karya Tzu Chi di Indonesia dan di berbagai belahan dunia cukup kuat menunjukkan kemanusiaannya. Dan karya Tzu Chi kita tahu lintas agama, lintas negara, tidak melihat latar belakang orang yang ditolong selama yang ditolong memang membutuhkan,” kata Erich Von Martin di Tzu Chi Center, Pantai Indah Kapuk Jakarta, Rabu, 12 Juli 2017.
Dalam kunjungan ini, relawan Tzu Chi memperkenalkan sejarah Tzu Chi dan empat misi utama Tzu Chi, yakni Misi Amal, Misi Kesehatan, Misi Pendidikan, serta Misi Budaya Kemanusiaan. Para aktivis gereja juga diajak melihat Aula Jing Si yang di dalamnya terdapat ruang pameran yang menceritakan perjalanan Tzu Chi sejak awal didirikan oleh Master Cheng Yen hingga kini.
“Kunjungan ini diajukan oleh Sekolah Tinggi Teologi Jakarta, di mana mereka menjadi pelaksana dalam kegiatan pertemuan kaum muda Kristen Asia. Mereka melihat bagaimana cinta kasih disebarkan melalui kerjasama antar umat beragama di Indonesia,” kata Andre Zulman dari Sekretariat yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia.
Thomas Geevarghese (baris tengah, kedua dari kanan) terkesan dengan teladan nyata dari Master Cheng Yen.
Wing Wa (32) dari Hongkong sudah pernah mendengar tentang Tzu Chi sebelumnya. Namun kunjungan ini membuatnya semakin mengenal lebih banyak tentang Tzu Chi.
Bagi Thomas Geevarghese (26) yang datang dari Kota Kerala, India, Master Cheng Yen adalah seorang panutan. “Kita memang memerlukan role model di lingkungan kita karena biasanya memang lebih mudah untuk sekedar bicara. Adalah pesan yang bagus, tidak hanya membicarakan saja, tapi Master Cheng Yen melakukannya, dia sungguh-sungguh membantu orang-orang yang membutuhkan,” kata Thomas.
Thomas juga mengagumi Tzu Chi yang memiliki begitu banyak relawan. “Ini adalah konsep yang bagus untuk ditanyakan kepada saya. Komitmen serta dedikasi relawan ini juga sebagai contoh bagi anak muda yang mudah terjerumus di jalan yang salah,” imbuh Thomas.
Saat sesi tanya jawab, para aktivis muda gereja ini umumnya kaget sekaligus antusias melihat kontribusi Tzu Chi di Indonesia. Mereka tahu Indonesia adalah negara Muslim terbesar di dunia, namun kontrubusi Tzu Chi di masyarakat sangat terasa dan menyentuh banyak kalangan.
“Saya kira itu sesuatu yang sangat bagus. Relawan terjun ke tempat-tempat berbeda yang ditimpa bencana, sangat-sangat penting bantuan yang segera. efesiensi dan manajemen adalah hal yang pertama harus dilakukan. Tidak hanya di Jakarta, tapi tadi dicontohkan di Aceh dan di provinsi lainnya,” kata Wing Wa (32) dari Hongkong.
Editor: Metta Wulandari