Qin Zi Ban Goes To DAAI TV

Jurnalis : Erli Tan (He Qi Utara), Fotografer : Erli Tan (He Qi Utara)
 
 

foto
Para siswa berbaris rapi sebelum memasuki studio DAAI TV.

Minggu yang cerah, 23 Juni 2013 pukul 09.00 WIB di Gedung DAAI Tzu Chi Center, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara, sudah terdengar keramaian. Di sepanjang hall lantai 1 gedung itu, cuap-cuap, pekik canda dan tawa khas anak-anak sesekali terdengar bercampur dengan dengung suara orang dewasa. Beberapa anak terlihat berlarian dengan gembira, beberapa memang sangat pendiam, sebagian lagi hanya mengamati yang lain dan sesekali tersenyum.

Begitu polosnya anak-anak yang bergabung dalam kelas budi pekerti Qin Zi Ban(kelas budi pekerti tingkat taman kanak-kanak). Program kegiatan Qin Zi Ban biasanya diadakan sebulan sekali dengan topik yang berbeda-beda. Tujuannya adalah menanamkan benih kebajikan pada diri anak, menumbuhkan rasa bakti terhadap orang tua, membina akhlak dan moral, budi pekerti luhur serta mempererat hubungan harmonis antara orang tua dan anak.

Pagi itu, 40 siswa kelas budi pekerti didampingi orang tua mereka datang untuk mengikuti kegiatan Qin Zi Ban. Berbeda dengan kegiatan-kegiatan sebelumnya, kali ini mereka akan masuk ke studio DAAI TV, mengisi sebuah program acara anak bertajuk Rumah Dongeng. Sebelum memasuki studio yang juga terletak di lantai 1 Gedung DAAI, para siswa kelas budi pekerti diarahkan terlebih dahulu oleh Airu Shigu dibantu oleh beberapa Shigu lainnya, mereka berbaris dengan rapi di depan pintu studio. “Nanti di dalam tidak ada yang bersuara ya, harus diam, tidak boleh ribut,” ujar Airu Shigu sembari mengacungkan jari telunjuknya mendekati bibir dengan mimik wajah serius yang kemudian berubah menjadi senyuman. Ada rasa bangga sekaligus bahagia melihat para siswa akan memasuki studio menampilkan isyarat tangan hasil bimbingan para Shigu. Para siswapun diam dan menunggu aba-aba berikutnya. Saat itu sekitar pukul 10.00 WIB, pintu studio pun terbuka dan mereka dipersilahkan masuk oleh kru yang memang sudah menunggu di dalam. Namun para entah karena tegang atau terpana melihat studio dan semua peralatan kamera yang belum pernah mereka lihat sebelumnya, para siswa terpaku diam di tempat, seolah-olah tidak berani masuk. Melihat itu, beberapa kru pun tertawa gemas melihat mereka, “Ayoo...masuk aja..” ujar salah satu kru. Mereka benar-benar sangat alim dan tidak berani bersuara.

“Balas Budi Semut” dan “Didi Tidak Sabar”
Setelah beberapa persiapan dilakukan dan dirasa matang, maka pengambilan gambar pun dimulai. Tiga kamera video lengkap dengan kameramen sudah stand by, formasi barisan siswa budi pekerti juga sudah rapi. Terdengar seruan kru DAAI TV, “Kamera.. Rolling..”, “Lima, Empat, Tiga, Dua, Satu.. Action”, lalu lagu GÇŽnxiè pun diputar. Para siswa terlihat memeragakan isyarat tangan dengan penuh keyakinan dan percaya diri, tidak lupa disertai senyuman. Semangat mereka terpancar, memberi getaran harapan bagi dunia. Para orang tua terlihat sibuk mengambil gambar anak mereka melalui handphone, kamera, dan gadget lainnya.

foto  foto

Keterangan :

  • Airu Shigu (kiri) mengatur beberapa persiapan dan mengarahkan siswa sebelum tampil memeragakan isyarat tangan (kiri).
  • Para Siswa memeragakan isyarat tangan “Dìqiú De Háizi“ untuk program acara anak DAAI TV (kanan).

Isyarat tangan pun selesai, tiba-tiba Kak Heru yang biasanya disebut Paman Dongeng, muncul. Paman Dongeng lalu mengajak para siswa untuk duduk dan mendengarnya bercerita. Paman Dongeng sangat piawai menangani tingkah anak, berkomunikasi, dan mengumpulkan perhatian mereka. Bahkan setiap ucapan dan gerakan serta mimik wajah Paman Dongeng saat memainkan boneka di tangannya, terlihat sangat lucu dan menarik, membuat mereka larut dalam dongeng dan seringkali tertawa cekikikan. Dongeng yang diceritakan Paman Dongeng juga memiliki makna dan pelajaran yang bisa dipetik anak-anak. Dongeng berjudul Balas Budi Semut, para siswa belajar menjadi orang yang memiliki hati penuh syukur, kemudian belajar bagaimana membalas budi kepada orang yang telah berjasa kepadanya.

Jam menunjukkan pukul 11.00 WIB, kemudian dilanjutkan ke episode berikutnya dengan dongeng berjudul Didi Tidak Sabar. Melalui dongeng ini, para siswa belajar bagaimana menjadi orang yang lebih sabar, dengan bersabar dan menjadi orang yang lebih bertoleransi, mampu mengendalikan emosi, sehingga hubungan dengan sesama akan lebih harmonis.

foto  foto

Keterangan :

  • Para siswa sedang mendengar cerita Paman Dongeng dengan penuh perhatian (kiri).
  • Siswa kelas budi pekerti memeragakan isyarat tangan “Ganxiè” untuk program acara anak DAAI TV, yaitu Rumah Dongeng (kanan).

Di antara semua siswa yang hadir, ada satu yang selalu terlihat diam, seolah-olah memahami situasi dan tahu menempatkan diri, penampilan isyarat tangannya pun tidak meleset. Saat berumur 3 tahun ia mengutarakan niatnya untuk menyumbang celengan tabungannya untuk korban gempa Padang saat itu. Mamanya, Yong Che (36) pun mendukung keinginannya dan membawa Marchieto beserta celengan ke ITC Mangga Dua (kantor Yayasan saat itu). Ketika ditanya apakah sekarang sedang menabung lagi untuk disumbang? “Ada, di celengan botol minum.” “Lho, kok bukan di celengan bambu?” Dengan sedikit tersipu dan senyum manis ia menjawab, “ Nggak punya.. Pake botol aqua, dikasih lubang, udah jadi celengan,” jawabnya ringkas dengan ekspresi polos.  

Saya malah merasa, inilah kebijaksanaan. Persis seperti yang Master Cheng Yen katakan, hati seorang anak kecil adalah sangat polos dan suci. Sucinya mendekati kesucian hati Buddha. Tiada pikiran buruk apapun dalam hati mereka, amat polos, bebas dari kerisauan dan kekhawatiran.

Saya kembali bertanya, “Sudah penuh belum celengannya?” “Belum, sedikit lagi,” jawabnya semangat.  Selalu ada sesuatu yang bisa kita pelajari dari orang lain, bahkan dari seorang anak kecil sekalipun, kita bisa terinspirasi. Pendidikan budi pekerti bagi anak adalah sangat penting, menjaga agar jiwa polos nan suci dapat terus terjaga, tidak tercemar oleh pengaruh buruk dunia luar. Master Cheng Yen mengatakan, melihat kepolosan anak-anak, kita harus senantiasa berintrospeksi apakah kita telah mencemari hakikat sejati diri sendiri yang murni dan bajik tanpa noda tersebut?

  
 

Artikel Terkait

Tiga Puluh Tujuh Jalan Menuju Pencerahan

Tiga Puluh Tujuh Jalan Menuju Pencerahan

15 Juni 2012 Setelah mengisi gambar dan menguraikan setiap poin, Hong Tjhin Shixiong bersama para peserta menjumlahkan seluruh poin tersebut yang totalnya berjumlah 37  poin.
Menggalang Cinta Kasih dari Lingkungan Sekitar, untuk Amal Besar

Menggalang Cinta Kasih dari Lingkungan Sekitar, untuk Amal Besar

11 April 2018

Untuk mendukung acara Pekan Amal Tzu Chi yang akan diadakan pada 21 dan 22 April 2018 mendatang, Relawan Tzu Chi komunitas Jakarta Barat mengadakan kegiatan bazar murah di balai warga Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng.

Benih yang kita tebar sendiri, hasilnya pasti akan kita tuai sendiri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -