Ragam Tindak Membantu Sesama
Jurnalis : Veronika Usha, Fotografer : Anand Yahya * Para santri pesantren Al Ashriyyah Nurul Iman membantu mengeluarkan lumpur yang ada di dalam rumah (Almh) Tan Pungut. Selain memberikan seragam sekolah dan sembako, Tzu Chi juga membantu membersihkan rumah warga korban jebolnya tanggul Situ Gintung, Tangerang. | Banyak cara dilakukan pemerintah, masyarakat, dan lembaga sosial lainnya, untuk menunjukkan kepedulian terhadap terhadap korban bencana Situ Gintung, Cirendeu, Tangerang, Banten. Tidak hanya bantuan seragam sekolah dan peralatan masak, Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia juga mengadakan kegiatan bersih-bersih rumah para korban bencana. |
Bersarung tangan, bersepatu boot, dan masker yang menutupi sebagian wajahnya, membuat Anie Wijaya, salah satu relawan Tzu Chi, tampak seperti seorang prajurit yang siap tempur di medan perang. Bersama sekitar 120 relawan lainnya, Anie mulai membersihkan rumah keluarga almarhumah Tan Pungut, salah seorang korban bencana Situ Gintung dari lumpur pekat setebal betis orang dewasa. Ini adalah pengalaman pertama Anie terjun langsung ke lokasi bencana. “Biasanya saya aktif di bidang pendidikan, tapi saya juga ingin sekali berbuat kebajikan di misi Tzu Chi yang lain. Dan kebetulan ada kesempatan, maka saya mencoba mengambilnya,” ungkap Anie. Awalnya Anie mengaku terkejut ketika mengetahui jumlah relawan mencapai lebih kurang 120 orang, yang terdiri dari relawan He Qi utara, He Qi selatan, Hu Ai Sinarmas, dan para santri pondok pesantren Al Ashriyyah Nurul Iman). Padahal menurut informasi yang diperolehnya, Sabtu, 4 April 2009, Tzu Chi diagendakan hanya membersihkan dua rumah warga dan mengadakan pembagian paket bantuan peralatan masak serta seragam sekolah. “Tadinya saya berpikir, apakah jumlah relawan yang datang tidak terlalu banyak untuk melakukan itu semua? Tapi ternyata, membersihkan rumah dari lumpur yang dibawa oleh air dari Situ Gintung memang cukup sulit, sehingga membutuhkan banyak tenaga,” jelas Anie. Tanpa memedulikan cipratan lumpur yang mengotori celana putihnya, Anie tetap bersemangat membersihkan sudut demi sudut rumah tersebut, “Saya hanya berpikir apabila musibah ini terjadi kepada saya, mungkin saya juga perlu waktu yang lama untuk membersihkan rumah ini. Apalagi dalam keadaan berduka, tentu bukan hal yang mudah untuk dilakukan.” Ket : - Para relawan Tzu Chi dengan sepatu boot dan sarung tangan membersihkan seisi rumah almarhumah Tidak hanya Anie, 50 santri dari Pondok Pesantren Nurul Iman, Parung, Bogor pun tidak mau kalah untuk saling bahu-membahu memindahkan barang-barang, mengeluarkan lumpur secara estafet, menyikat tembok, bahkan mencuci peralatan makan yang berbalut lumpur. "Kami tahu berita Situ Gintung jebol dari televisi, dan tidak lama kemudian Heming Shibo, mengajak kami untuk turut serta dalam kegiatan ini,” jelas Ari, selaku koordinator para santri hari itu. Ari mengaku, meskipun lelah namun ia dan kawan-kawan sangat senang bisa membantu membersihkan rumah keluarga almarhumah Tan Pungut. Para santri ini, bertolak dari pesantren menuju lokasi bencana, sejak pukul 06.00 pagi dengan mencarter angkutan umum. Cobaan Bagi Liaw Hok Chan Ket : - Bagian dalam rumah keluarga almarhumah Tan Pungut setelah selesai dibersihkan oleh para relawan Pagi itu, seperti biasa Citawaga beserta ketiga saudaranya sudah siap untuk berangkat ke sekolah. Ketika sarapan, Liaw Hok Lin, adik laki-laki dari ayah mereka, berteriak-teriak menyuruh seluruh keluarganya untuk segera keluar dari rumah dan menggungsi. “Shu shu (panggilan untuk adik laki-laki ayah -red) sudah berteriak-teriak supaya kami cepat keluar, tapi waktu kami keluar, air cepat sekali tinggi,” ucap Citawaga. Tanpa ekspresi, Citawaga menjelaskan bahwa ibu yang membawa adiknya (8 bulan) dan kedua kakaknya, terhempas terbawa arus air Situ Gintung saat ingin menyelamatkan diri. Bahkan ia mengaku sudah tahu akan kehilangan orang-orang yang sangat dikasihinya tersebut. “Aku lihat mereka terbawa arus, melayang-layang sebentar di air, dan kemudian hilang,” jelas Citawaga.Ketika ditanya bagaimana perasaannya saat ini, bibir kecil Citawaga terkunci rapat, namun tiba-tiba kepalanya menggeleng pelan, dan akhirnya, “Ga apa-apa.” Trauma mungkin sudah mulai membekas di kepala Citawaga, tapi Liaw Hok Chan bersyukur ketiga anaknya terlihat seolah saling menguatkan. “Saya tau mereka pasti sedih. Apalagi Citawaga, tentu dia sudah mengerti apa yang terjadi. Tapi buktinya dia terlihat berusaha untuk tabah, jarang menangis, dan berusaha selalu dekat dengan kedua adik-adiknya,” ucap Liaw Hok Chan. Liaw Hok Chan sadar bahwa apa yang telah terjadi sudah menjadi kehendak dari Sang Pencipta. “Ini memang sudah jalannya. Saat ini, kami sekeluarga berusaha untuk tabah dan mencoba merintis kehidupan kami selanjutnya,” tuturnya pasrah. Tidak hanya istri dan ketiga anaknya, Liaw Hok Chan juga harus menerima kehilangan sosok seorang nenek yang bersahaja, “Ini memang cobaan terberat, tapi saya harus bisa menjalaninya.” Ket : - Dengan gembira para warga yang terkena bencana jebolnya tanggul Situ Gintung menerima paket seragam Terima Kasih Tzu Chi Hal ini pun diakui oleh Lily Sukijat, “Waktu satu bulan mungkin tidak cukup untuk membersihkan seluruh rumah. Oleh sebab itu, saya selaku perwakilan dari keluarga, mengucapkan terima kasih kepada Tzu Chi.” Tidak hanya membersihkan rumah, di tempat yang berbeda, Tzu Chi juga mengadakan pembagian kurang lebih 150 paket peralatan memasak dan 117 paket seragam sekolah untuk para korban bencana. “Kegiatan pemberian bantuan ini kami lakukan sekarang karena sebelumnya keadaan masih sangat kacau. Para korban masih sibuk mencari keluarga yang hilang, namun kini mereka sudah bisa lebih tenang,” jelas Adi Prasetyo, salah satu relawan Tim Tanggap Darurat Tzu Chi. Namun meskipun demikian, satu hari pascabencana terjadi, para insan Tzu Chi sudah berada di lokasi bencana untuk memberikan pendampingan kepada para korban. “Bantuan dalam bentuk materi memang diakui sangat dibutuhkan oleh para korban bencana, tapi mereka juga membutuhkan tempat untuk berbagi cerita dan berkeluh kesah, dan untuk itulah kami hadir menemani mereka,” jelas Hermanto, salah satu relawan Tzu Chi yang rutin melakukan pendampingan kepada para korban. | |
Artikel Terkait
Manfaatkan Kembali Harta Duniawi
18 Juni 2014 Para Relawan tetap bersemangat walaupun sampah plastik terlihat kotor, berbau, dan kadang menjijikkan dengan air bercampur debu atau tanah. Dari sinilah para relawan Tzu Chi mendapatkan pengalaman dan pelajaran berharga.Kunjungan Presiden Jokowi ke Perumahan Tzu Chi di Palu
29 Oktober 2019Hari ini, Selasa, 29 Oktober 2019, Presiden Republik Indonesia, Ir. H. Joko Widodo berkesempatan mengunjungi Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi Tadulako dalam kunjungan kerjanya. Presiden mengapresiasi pembangunan perumahan yang dilakukan Tzu Chi bagi para korban bencana di Palu, Sigi, dan Donggala, Sulawesi Tengah.