Rahmad, Sarif, dan Samsul (Bag. 2)
Jurnalis : Hadi Pranoto, Fotografer : Hadi Pranoto Hok Cun saat tengah mengunjungi rumah Nursyamsi dan Imas di Cikini. Dari keempat anak yang dimiliki Nursyamsi dan Imas, hanya Julia, putri bungsu mereka yang terlahir normal seperti anak-anak pada umumnya. |
| ||
Tetapi karena terkendala biaya, akhirnya Rahmad pun hanya menghabiskan waktunya dengan bermain di rumah. “Kadang saya suka bingung, salah saya apa, dosa saya apa, kok anak saya bisa begini? Tapi mau gimana lagi, namanya ini pemberian Tuhan ya kita terima aja, jalanin aja. Kalau dipikir-pikir orang tua mana sih yang mau punya anak mengalami kekurangan seperti ini,” ungkap Nursyamsi lirih. Rupanya apa yang dialami Rahmad juga dialami oleh kedua adik laki-lakinya, sehingga mereka pun tak bisa bersekolah di sekolah biasa seperti anak-anak sebaya mereka. Bahkan Sarif juga mengalami hypospadia, namun dengan kadar yang sedikit lebih ringan. Ia juga mengalami kelainan bentuk alat kelamin, meski dalam kadar yang lebih ringan. Karena merasa buntu akhirnya Imas kemudian memasrahkan pendidikan dasar ketiga putranya ini kepada Sofie dan Hok Cun. “Ya minimal mereka supaya bisa baca tulis dan berhitung supaya nanti nggak dibohongin orang,” terang Hok Cun mengulang harapan ibu dari 3 anak tersebut. Hanya putrid bungsu Julia (4) anak pasangan Nursyamsi dan Imas Rodiah yang berkembang normal.
Keterangan :
Bantuan Beasiswa
Keterangan :
Ditemui di rumahnya yang sangat sederhana di Jl. Kimia Ujung, Cikini Kramat RT 006/001, Jakarta Pusat, Nursyamsi dan Imas tak bisa menyembunyikan kebahagiaan mereka hari itu. Rumah yang berada tepat di bibir sungai itu sendiri menempel dengan rumah orang tua Nursyamsi. “Alhamdulillah, saya berharap anak-anak nantinya bisa berguna untuk diri sendiri, agama, dan bangsa,” kata Imas. Harapan yang sama juga diungkapkan Nursyamsi, sang ayah, “Ya minimal mereka bisa baca tulis dan mengerti angka. Saya juga nggak mau memaksa mereka seperti apa, sesuai dengan kemampuan mereka aja.” Namun di luar itu, keduanya bersyukur sebelumnya Hok Cun dan Sofie berkenan untuk membimbing ketiga putra mereka. “Karena kalau saya yang ngajarin mereka nggak pernah mau. Ada aja alasannya, ngantuklah, malas, dan kadang langsung kabur main,” terang Imas, “tapi sejak diajarin sama Bu Sofie dan Pak Acun, mereka sekarang mau bangun pagi setiap hari, padahal dulu kalau dibangunin susah banget.” “Terima kasih sama Tzu Chi, kami seperti punya harapan lagi. Saya berharap anak-anak ini nantinya bisa hidup mandiri dan tidak bergantung sama orang lain,” tambah Nursyamsi. Selesai. | |||
Artikel Terkait
Masyarakat Sehat, Negara Kuat
05 November 2009Curahan Kasih Sayang di Panti Wreda
25 Oktober 2012 Dalam kesempatannya ini para relawan Tzu Chi menebarkan cinta kasihnya kepada opa dan oma yang hidup jauh dari keluarganya. Cinta kasih tersebut diwujudkan dengan memberikan berbagai pelayanan seperti bernyanyi bersama, mencukur rambut, membagikan makanan hingga mengajar senam.Topping Off Aula Jing Si Batam: Menuju Rumah Baru
22 November 2016Untuk menandai selesainya satu tahap pembangunan, tanggal 20 November 2016 Tzu Chi Batam mengadakan acara Topping Off (Pemasangan Atap) “rumah baru” mereka. Meski tidak mudah, relawan Tzu Chi Batam meyakini bahwa pembangunan Aula Jing Si Batam harus dan bisa diselesaikan, karena ini juga tempat pelatihan bagi pulau-pulau di sekitarnya.