Ramah Tamah Imlek: Bangga Bekerja di Tzu Chi
Jurnalis : Juliana Santy, Fotografer : Hendry Tando (He Qi Utara), Juliana Santy Tiga Belas Tahun sudah, Martini, salah satu staf Yayasan Buddha Tzu Chi yang akrab di sapa Hong-Hong, bekerja di yayasan ini. Dan apresiasi pun diberikan bagi staf yang bekerja lebih dari 10 tahun. |
| ||
Sejak 13 tahun lalu ia telah bekerja di Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia, saat itu Tzu Chi belum sebesar saat ini dan staf badan misi masih belum diisi banyak orang, sehingga berbagai bagian pun sudah pernah ia rasakan, “Bu Su Mei bilang di sini kerja semua harus bisa,”ucap wanita yang kerap disapa Hong Hong ini. Ia merasa gembira bekerja di Tzu Chi karena sebagai karyawan mereka juga disarankan ikut serta menjadi relawan, sehingga memberikan kegembiraan tersendiri baginya, sembari bekerja bisa berbuat sesuatu untuk membantu dan melayani orang lain. Pekerjaan di Tzu Chi yang menuntut untuk bisa banyak hal ini terkadang membuat banyak orang merasa tertekan dan ingin menyerah, itupula yang sempat dirasakannya. “Pernah merasa kerjaan seperti beban, pernah ada rasa jenuh, tapi kalo sudah lewat ya udah. Kadang pernah keluh kesah sama ibu Su Mei dan ibu Su Mei memberikan nasihat agar tidak berpikir seperti itu. Suka duka pasti ada, tapi kadang mikir balik, kadang saya lebih salut sama relawan. Lihat meraka itu nggak di gaji, tapi mereka bisa begitu sepenuh hati bekerja Tzu Chi. Jadi kita salut sama relawan. Kita pernah dibilang karyawan itu support relawan. Relawan di depan, dan kita di belakang relawan untuk membantu kegiatan relawan, biar bisa jalan itu butuh kita,” tuturnya.
Keterangan :
Master Cheng Yen juga menjadi salah satu sosok teladan baginya. Ia melihat Master yang setiap hari bekerja tiada henti dan waktunya terisi penuh untuk kegiatan Tzu Chi, sehingga ia menganggap pekerjaannya masih tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan Master yang tidak pernah berhenti bekerja di Tzu Chi seumur hidupnya. Selain itu sosok Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia, Liu Su Mei, juga menjadi sosok teladan bagi dirinya dalam bekerja, “Lihat ibu Su Mei sudah lebih lama lagi bekerja di Tzu Chi Indonesia, sampai saat ini ia masih dengan sepenuh hati memberikan waktunya di Tzu Chi. Ia suka perhatian juga dengan karyawan. Kadang ia juga pernah berkeluh kesah, tapi hatinya tetap teguh banget. Walaupun tubuhnya kecil tapi melihat dia begitu semangat seperti Master, sangat hebat. Ibu Su Mei menjadi teladan.” Bekerja di bagian yang berhubungan dengan banyak relawan juga secara tak langsung memberikan perubahan di dalam dirinya, terutama dari sisi emosi, “Dulu saya di bilang galak banget, soalnya dulu apa-apa saya yang kerjain, waktu itu Tzu Chi masih kecil, karyawan nggak banyak. Saya pernah dikasih tahu terhadap orang jangan terlalu ketus atau gimana. Kadang Shigu-shigu juga seperti orang tua saya, kalau saya pas lagi galak, mereka kadang ingetin saya untuk tidak begitu. Pernah ada satu Shigu yang hatinya sakit lalu bilang ke saya, kalau dia nggak ngomong, saya nggak tahu sudah begitu judes sampai Shigu itu tersinggung. Kadang Shigu bisa seperti itu, bisa saling mengingatkan kita ada salah apa, dan mereka juga anggap kita seperti anaknya. Seperti ibu Su Mei yang juga sering ngomong saya sudah kayak anak dia,” ucapnya dengan penuh rasa syukur. Tzu Chi adalah sebuah jalinan jodoh yang memberikannya sukacita hingga ia pun telah menjadi relawan komite Tzu Chi sejak tahun 2009. Awalnya orang tuanya pernah tak mengizinkannya bekerja di Tzu Chi, tapi sekarang Tzu Chi sudah di kenal banyak orang sehingga saat ini keluarga pun sangat mendukung pekerjaannya. “Mereka merasa bangga aku kerja di Tzu Chi,” tuturnya dengan bahagia dan berharap dapat terus ikut bersumbangsih bersama Tzu Chi. | |||