Ramah Tamah Imlek: Menjaga Pikiran Menjaga Ucapan

Jurnalis : Juliana Santy, Fotografer : Anand Yahya, Metta Wulandari, Stephen Ang (He Qi Utara),
 
 

foto
Pada Ramah Tamah Imlek 2013 ini ditampilkan sebuah drama yang berjudul “Empat Karma Buruk Melalui Ucapan”.(Foto :Stephen Ang (He Qi Utara) )

Karma buruk ucapan ada empat bagaikan mata pisau
Dapat melukai orang hingga berdarah
Yang pertama adalah tutur kata kasar
Karma buruk ucapan kedua adalah berbohong
Yang ketiga adalah kata-kata kosong
Dan karma buruk ucapan keempat adalah berlidah dua
(Empat Karma Buruk Melalui Ucapan-Sutra Pertobatan Air Samadhi)

Seorang peri muncul dengan gaya yang menggoda dan jahat. Mempengaruhi orang sekelilingnya untuk menciptakan karma buruk melalui ucapan sehingga terjadi perselisihan dan pertengkaran. Itu adalah sedikit gambaran dari sebuah penampilan drama pada acara Ramah Tamah Imlek tanggal 23 Februari 2013. Drama ini ditampilkan karena masih berhubungan dengan isi Sutra Pertobatan Air Samadhi dan salah satu tujuan menampilkan drama ini adalah untuk menyadarkan setiap orang bahwa karma melalui ucapan yang terdiri dari empat, yaitu tutur kata kasar, berbohong, kata-kata kosong, dan berlidah dua, sangat berbahaya karena membuat masyarakat bergejolak dan jauh dari keharmonisan. Ucapan-ucapan tersebut bagaikan candu berbungkus bungkusan permen yang jelas-jelas diketahui beracun namun malah disukai.

Menyelami Dharma
Bukan hanya sekedar menampilkan drama, tapi pemain juga diajak mendalami Dharma dan bervegetarian selama 108 hari. Dengan menyelami makna dari Dharma dalam drama ini, setiap orang diharapkan dapat menemukan pemahaman yang baik dan benar. Seperti yang dirasakan oleh Nelly Kosasih, seorang relawan yang melatih drama ini menuturkan kisahnya. Saat bersembayang untuk almarhum ayahnya di sebuah wihara. Ia melihat seorang ibu yang marah kepada seorang biksu karena biksu itu berkata bahwa di wihara tersebut tidak boleh mempersembahkan daging. Ibu itu mengeluarkan kata-kata kasar kepada biksu. Ia pun terkejut, dan karena sudah menyelami Dharma “empat karma buruk melalui ucapan”, akhirnya ia memberanikan diri menghampiri ibu itu untuk menenangkannya dan menasehatinya agar tidak lagi marah, sehingga akhirnya ibu itu pun terdiam dan menenangkan dirinya.

foto  foto

Keterangan :

  • Drama yang berasal dari Sutra Pertobatan Air Samadhi ini ditampilkan dengan tujuan setiap orang bisa menyadari dan menjaga setiap ucapannya (kiri) (Foto : Anand Yahya ).
  • Sebanyak 23 pemain drama tidak hanya menampilkan drama, tetapi mereka juga menyelami Dharma yang terkandung dalam drama tersebut. Mereka pun bervegetarian selama 108 hari (kanan) (Foto :Metta Wulandari).

“Saya berani karena saya pikir saya sudah menyelami Dharma, jadi saya juga harus menyadarkan orang.” Nelly juga berpesan kepada pemainnya agar mereka yang sudah menyelami Dharma, jika bertemu hal-hal seperti itu, mereka juga bisa menyadarkan orang tersebut. “Harus berani mengatakan kepada orang lain, sehingga orang itu bisa tahu bahwa ini adalah karma buruk,” tambah Nelly.

foto  foto

Keterangan :

  • Salah satu pemeran, Dewi Sisilia juga mendapatkan pelajaran dari Dharma ini. Ia pun berusaha untuk senantiasa dapat menjaga pikiran dan tutur katanya (kiri)(Foto :Metta Wulandari).
  • Nelly Kosasih, relawan yang melatih drama ini berharap setiap pemainnya dapat menerapkan Dharma yang mereka pelajari ini dalam kehidupan sehari-hari (kanan)(Foto :Metta Wulandari).

Mendalami Dharma juga dirasakan oleh salah seorang pemainnya Dewi Sisilia. Ia mendapatkan peran yang disebut sebagai peri. Setelah melihat tayangan video tersebut, ia menganggap bahwa peran yang ia mainkan bukanlah peri, namun sebuah wujud semangat dari karma ucapan buruk itu sendiri, “Dia bukan peri, tapi dia adalah penggoda, Mara”, jelas Dewi, relawn Tzu Chi  yang juga merupakan alumni Tzu Ching (relawan muda-mudi Tzu Chi).  

Memainkan peran tersebut membuat Dewi juga berinstropeksi diri. Ia pun mereview diri sendiri sebelum memerankan peran ini.  Dewi merasa dalam kesehariannya atau dalam pergaulan, dan keluarga, ia sering bertindak yang mungkin ia tidak pernah memikirkan kalau dulu ia bisa seperti “Mara”. “Maksudnya saya nggak pernah menduga mungkin ada tindakan-tindakan saya yang ternyata sebenarnya menghasut orang. Jadi kedepannya, setelah saya memerankan drama ini saya makin menjaga tutur kata. Menjaga pikiran supaya stay positive. Jadi dengan stay positive pikiran kita, maka otomatis ucapan kita keluarkan tidak akan negatif,” ungkap Dewi.

  
 

Artikel Terkait

Sentuhan Hati untuk Sumedang

Sentuhan Hati untuk Sumedang

07 Oktober 2016
Sabtu, 1 Oktober 2016, relawan Tzu Chi Bandung membagikan bantuan kepada korban bencana longsor yang terjadi pada 20 September 2016 di Kecamatan Sumedang Selatan, Jawa Barat.
Kebersamaan Tzu Shao Dalam Melestarikan Lingkungan

Kebersamaan Tzu Shao Dalam Melestarikan Lingkungan

31 Maret 2022

Dengan menurunnya kasus Covid-19, Tzu Chi Batam mulai mengadakan kelas budi pekerti secara offline. Kelas Budi Pekerti Tzu Shao di Tzu Chi Batam ini diadakan di Posko Daur Ulang Tzu Chi Batam pada 20 Maret 2022.

Bersumbangsih Terus Menerus

Bersumbangsih Terus Menerus

29 Juli 2015 Sebagian besar dari kita mungkin tidak asing dengan kegiatan donor darah. Tapi, tak semua dari kita pernah mendonorkan darah karena berbagai alasan.
Cara kita berterima kasih dan membalas budi baik bumi adalah dengan tetap bertekad melestarikan lingkungan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -