Ramah Tamah Imlek: Menjaga Pikiran Menjaga Ucapan
Jurnalis : Juliana Santy, Fotografer : Anand Yahya, Metta Wulandari, Stephen Ang (He Qi Utara),
|
| ||
Seorang peri muncul dengan gaya yang menggoda dan jahat. Mempengaruhi orang sekelilingnya untuk menciptakan karma buruk melalui ucapan sehingga terjadi perselisihan dan pertengkaran. Itu adalah sedikit gambaran dari sebuah penampilan drama pada acara Ramah Tamah Imlek tanggal 23 Februari 2013. Drama ini ditampilkan karena masih berhubungan dengan isi Sutra Pertobatan Air Samadhi dan salah satu tujuan menampilkan drama ini adalah untuk menyadarkan setiap orang bahwa karma melalui ucapan yang terdiri dari empat, yaitu tutur kata kasar, berbohong, kata-kata kosong, dan berlidah dua, sangat berbahaya karena membuat masyarakat bergejolak dan jauh dari keharmonisan. Ucapan-ucapan tersebut bagaikan candu berbungkus bungkusan permen yang jelas-jelas diketahui beracun namun malah disukai. Menyelami Dharma
Keterangan :
“Saya berani karena saya pikir saya sudah menyelami Dharma, jadi saya juga harus menyadarkan orang.” Nelly juga berpesan kepada pemainnya agar mereka yang sudah menyelami Dharma, jika bertemu hal-hal seperti itu, mereka juga bisa menyadarkan orang tersebut. “Harus berani mengatakan kepada orang lain, sehingga orang itu bisa tahu bahwa ini adalah karma buruk,” tambah Nelly.
Keterangan :
Mendalami Dharma juga dirasakan oleh salah seorang pemainnya Dewi Sisilia. Ia mendapatkan peran yang disebut sebagai peri. Setelah melihat tayangan video tersebut, ia menganggap bahwa peran yang ia mainkan bukanlah peri, namun sebuah wujud semangat dari karma ucapan buruk itu sendiri, “Dia bukan peri, tapi dia adalah penggoda, Mara”, jelas Dewi, relawn Tzu Chi yang juga merupakan alumni Tzu Ching (relawan muda-mudi Tzu Chi). Memainkan peran tersebut membuat Dewi juga berinstropeksi diri. Ia pun mereview diri sendiri sebelum memerankan peran ini. Dewi merasa dalam kesehariannya atau dalam pergaulan, dan keluarga, ia sering bertindak yang mungkin ia tidak pernah memikirkan kalau dulu ia bisa seperti “Mara”. “Maksudnya saya nggak pernah menduga mungkin ada tindakan-tindakan saya yang ternyata sebenarnya menghasut orang. Jadi kedepannya, setelah saya memerankan drama ini saya makin menjaga tutur kata. Menjaga pikiran supaya stay positive. Jadi dengan stay positive pikiran kita, maka otomatis ucapan kita keluarkan tidak akan negatif,” ungkap Dewi. | |||
Artikel Terkait

Bazar Amal Tzu Chi, Sukacita dalam Kebajikan
09 Januari 2015Hidup bervegetaris dapat mengembangkan cintakasih kepada semua makhluk dan menyelamatkan mereka dari pembantaian massal untuk memenuhi nafsu keinginan manusia sesaat.

Kunjungan Cinta untuk Singkawang (Bag. 2)
12 Agustus 2011Baksos Degeneratif Lanjutan
10 Maret 2016Tzu Chi mengadakan baksos degenerative lanjutan yang digelar di Sekolah Surya Dharma, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan pada tanggal 28 Februari 2016. Sebanyak 12 tim medis Tzu Chi bersama 3 orang perawat dari Puskesmas setempat dan 54 relawan Tzu Chi berhasil melayani 47 pasien.