Ramai-ramai Melatih Diri di TIMA Indonesia

Jurnalis : Khusnul Khotimah, Fotografer : Khusnul Khotimah

doc tzu chi

Sebanyak 45 peserta mengikuti pelatihan calon anggota TIMA Indonesia, di Aula Jing Si, Tzu Chi Center, Jakarta, Minggu, 9 Juli 2017.

“Saya mantap mau menjadi anggota TIMA. Di sini memang beda seperti tempat lain. Misalnya baksos, bukan untuk menolong orang lain saja, tapi ada pengembangan diri. Jadi kita juga bisa berkembang menjadi insan yang lebih baik,” ujar dr. Revie Rendita Suhardi (27) saat mengikuti pelatihan calon anggota TIMA Indonesia, di Tzu Chi Center Jakarta, Minggu, 9 Juli 2017. 

Dokter Revie sebelumnya pernah mengikuti bakti sosial kesehatan yang digelar oleh TIMA Indonesia di Parung, Bogor, Jawa Barat pada awal tahun 2017. Ia begitu terkesan dengan kerapian anggota TIMA di lapangan. Prosedurnya yang tersistim membuat segala sesuatunya berjalan lancar. Lulusan Universitas Tarumanegara Jakarta ini sekarang berdinas di Rumah Sakit Pertamina Jaya.

Proses rekruitmen anggota TIMA (Tzu Chi International Medical Association) ini merupakan kegiatan tahunan yang digelar agar calon peserta memahami betul tentang visi, misi, juga filosofi Tzu Chi. Selain harus mengikuti bakti sosial terlebih dulu, setiap calon anggota TIMA juga harus mengikuti pelatihan. Dalam pelatihan ini, Wakil Ketua Harian TIMA Indonesia, dr. Hengky Ardono, juga menjelaskan tentang organisasi TIMA, serta hal-hal yang terkait operasional di lapangan.

Para peserta menyimak penjelasan drg. Laksmi Widyastuti tentang prinsip dasar kerja TIMA Indonesia. Prinsip dasar tersebut antara lain; bantuan diberikan berdasarkan prioritas, menghormati budaya setempat, juga memberi yang terbaik dan berterima kasih telah diberikan kesempatan. 

Para peserta memeragakan isyarat tangan lagu berjudul Satu Keluarga.

“Bagaimana keterikatan anggota TIMA ini dengan satu filosofi besar misi Tzu Chi, itu yang penting. Karena banyak dokter atau tim medis, dia tahunya ikut bakti sosial organisasi sudah, selesai. Kalau di Tzu Chi kan tidak, punya misi-misi tertentu, pelatihan dulu, pembinaan dulu, dalam rangka mewujudkan visi misi Tzu Chi,” terang dr. Hengky Ardono.

Kepada para peserta, dr. Hengky Ardono juga menerangkan bahwa kegiatan di Tzu Chi adalah juga sebagai sarana dan proses belajar. Jadi ketika peserta menemui kesulitan di tiap tahapan, tak perlu segan untuk bertanya. Semua orang akan bisa asal ada kemauan untuk belajar.

“Mereka harus tahu ada proses belajar yang terus menerus, tidak hanya berhenti menjadi anggota TIMA,” tambah dr. Hengky Ardono.

Pelatihan kali ini diikuti oleh 45 calon anggota, di antaranya sebanyak 14 dokter, 12 perawat, juga 10 apoteker.

Drg. Lynda Verniati, koordinator kegiatan menilai, para peserta yang mengikuti pelatihan kali ini umumnya sudah tergerak untuk menjadi anggota TIMA. Ini juga menunjukkan bahwa Tzu Chi dan juga TIMA makin dikenal di masyarakat. Kepada para peserta, Drg. Lynda juga mengingatkan lagi tentang konsep menolong.

“Di setiap pelatihan, saya ingin banyak tenaga medis yang makin memahami bahwa sebenarnya kita punya kewajiban untuk menolong orang dan memberikan perhatian khusus kepada orang-orang yang tidak mampu. Jadi kalau konsepnya hanya mengobati, seringkali hanya menunggu sampai orang itu datang kepada kita. Tapi kalau konsepnya menolong, maka dia akan ‘Bagaimana ya caranya saya menolong orang lain’. Tidak hanya terikat dengan TIMA,” ujar drg. Lynda Verniati.

Dokter Revie Rendita Suhardi (kedua dari kanan) mengaku sangat terkesan dengan kerapian anggota TIMA dalam melayani para pasien di lapangan.

Leoni berbagi kepada peserta lainnya tentang ketertarikannya menjadi anggota TIMA Indonesia.

Salah satu peserta yang sudah sangat tergerak untuk bergabung dengan TIMA adalah Leoni Marisa Largus (24). Leoni yang berasal dari Kota Makassar ini memiliki latar belakang pendidikan keperawatan, namun sudah empat bulan ini Ia bekerja di sebuah bank multinasional di Jakarta. Leoni sempat bekerja sebagai perawat di salah satu rumah sakit di Kota Makassar, namun kondisi fisiknya tidak terlalu kuat untuk bertugas di malam hari. Ia kemudian merantau ke Jakarta untuk mencari pengalaman baru.

Leoni mengetahui adanya pelatihan calon anggota TIMA dari temannya yang bekerja di Rumah Sakit Cinta Kasih Tzu Chi. Meski telah bekerja di bank, hati kecilnya masih rindu untuk dapat melayani pasien.

“Saya sangat tertarik dan ingin sekali bergabung di TIMA. Setelah ikut pelatihan ini, saya yakin saya akan berubah menjadi orang yang rendah hati, lebih mencintai orang lain, lebih bisa berkontribusi melayani orang lain,” pungkas Leoni.


Editor: Metta Wulandari


Artikel Terkait

Ramai-ramai Melatih Diri di TIMA Indonesia

Ramai-ramai Melatih Diri di TIMA Indonesia

10 Juli 2017

“Saya mantap mau menjadi anggota TIMA. Di sini memang beda seperti tempat lain. Misalnya baksos, bukan untuk menolong orang lain saja, tapi ada pengembangan diri. Jadi kita juga bisa berkembang menjadi insan yang lebih baik,” ujar dr. Revie Rendita Suhardi (27) saat mengikuti pelatihan calon anggota TIMA Indonesia, di Tzu Chi Center Jakarta, Minggu, 9 Juli 2017.

Bekerja untuk hidup sangatlah menderita; hidup untuk bekerja amatlah menyenangkan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -