Rasa Bahagia Menjelang Operasi
Jurnalis : Ruth Putryani Saragih (Tzu Chi Sinarmas), Fotografer : Handi Sanjaya (Tzu Chi Sinarmas)Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia Perwakilan Sinarmas kembali menebar cinta kasih melalui kegiatan baksos operasi katarak di Sampit, Kalimantan Tengah. Sebelum menjalani operasi, para calon pasien mengikuti screening dengan menjalani serangkaian proses pemeriksaan kesehatan, seperti tes gula darah, tekanan darah, dan kesehatan mata calon pasien. Bagi yang lolos screening akan menerima kartu kuning yang ditunjukkan saat akan menjalani baksos nantinya.
Sejak subuh, sebanyak 50 relawan sudah mulai memasak yang akan diberikan kepada ribuan pasien dan pendamping pada screening kali ini. Selain relawan konsumsi, relawan logistik juga mulai menyiapkan perlengkapan yang diperlukan. Semua ini dilakukan untuk memberikan pelayanan yang terbaik untuk para calon pasien dan pendamping.
Pukul 06.30 WIB, lapangan Kodim Sampit sudah mulai dipadati oleh ratusan calon pasien operasi katarak. Animo mereka sungguh tinggi, bahkan jarak tidak menjadi persoalan. Ratusan kilometer mereka tempuh kesembuhan matanya. Mereka berasal dari Kabuaten Kotawaringin Timur, Kabupaten Seruyan, dan Kabupaten Katingan. Kegiatan pemeriksaan yang diadakan pada tanggal 19 Februari 2016 ini berhasil menjaring 355 orang lolos screening dari 987 orang yang memeriksakan mata. Sebanyak 283 pasien akan menjalani operasi katarak dan 71 orang pterygium.
Tim medis memeriksa tenanan darah kepada setiap pasien yang hendak melakukan
screening baksos kesehatan mata (katarak) pada 19 Februari 2016.
Semangat Melayani
Haryanto, koordinator kegiatan baksos terus melakukan koordinasi dengan relawan lainnya mengenai penginapan dan transportasi para pasien yang mengikuti screening. Ia menuturkan, “Karena melibatkan tiga kabupaten maka beberapa pasien bahkan harus rela menyeberang dengan menggunakan perahu, menempuh jarak ratusan kilometer untuk bisa sampai di lokasi screening.”
Dengan semangat melayani, Haryanto bersama relawan Tzu Chi lainnya terus bekerja keras menyukseskan baksos ini. Ia mengatakan, ”Indera pengihatan seperti mata menjadi salah satu yang terpenting di dalam kehidupan, karena melalui mata maka orang dapat mensyukuri betapa indahnya hidup ini.”. Atas dasar inilah, segala upaya dilakukan Haryanto agar bakti sosial dapat terselenggara dengan baik dan mereka yang membutuhkan mendapat pertolongan.
Hal senada juga diungkapkan Robert Samosir, pembina Xie Li Induk PSM 6 & 6A. “Tingginya animo masyarakat yang ikut dalam kegiatan kemanusiaan ini menunjukkan bahwa masih banyak warga Indonesia khususnya Kalimantan Tengah yang kesulitan untuk mendapatkan akses kesehatan,” ungkapnya. Maka dari itu, relawan Tzu Chi Sinarmas bersatu hati membantu mengurangi penderitaan masyarakat. Menurut Robert Samosir, dengan adanya kegiatan sosial ini para relawan maupun seluruh pihak terkait yang turut serta dalam kegiatan akan semakin mensyukuri apa yang dimiliki.
Sementara itu Thomas Barus, pembina Xie Li Induk PSM 6 & 6A sudah merasakan nilai positif kegiatan ini. ”Masyarakat di wilayah Kalimantan Tengah dapat merasakan kepedulian dari para insan Tzu Chi. Kasih sayang yang universal juga terpancar melalui relawan Tzu Chi yang begitu tulus dalam melayani pasien, mulai dari kedatangan, pendaftaran, hingga pemeriksaan kondisi kesehatan calon pasien,” ungkap Thomas. ”Tak sedikit keluarga yang terharu dan tersentuh dengan adanya kegiatan ini,” imbuhnya.
Senada dengan Thomas, Subramanian Rasappan, Pembina Xie Li Induk PSM 6 & 6A mengaku sangat bersyukur bisa terlibat dalam baksos ini. “Kegiatan ini sangat bermakna tidak hanya bagi para penerima bantuan, namun juga untuk relawan. Seluruh lapisan masyarakat berhak mendapatkan anugerah yang sama,” tuturnya.
Dalam bakti sosial operasi katarak ini, Tzu Chi Sinarmas bekerjasama dengan TNI. Dandim 105 Kota Sampit, Letkol Kav Enda M. Harahap mengapresiasi kegiatan ini. Menurutnya, program kemanusiaan berupa operasi katarak ini dapat mendukung program TNI yakni serbuan teritorial (mendukung program kesehatan dan kesejahteraan masyarakat). “Untuk itu, seluruh elemen yang ada di dalam TNI mendukung penuh acara bakti sosial ini. Tidak hanya menyediakan tempat untuk digelarnya proses screening dan operasi, namun TNI juga sebelumnya melakukan proses pra-screening di mana pihaknya menggandeng koramil di tiga kabupaten dan bekerjasama dengan Puskesmas setempat,” ujarnya.
Ia optimis bahwa misi kesehatan ini sangat membantu masyarakat. Ia menyadari masih banyak warga yang perlu dibantu. ”Saya berharap kegiatan ini tidak berhenti sampai di sini saja, namun para insan Tzu Chi dapat turun langsung ke berbagai pelosok dan sudut-sudut di wilayah Kalimantan,” ucap Enda M. Harahap.
Rasa Haru dan Bahagia
Rasa haru dan bahagia terpancar dari raut wajah Asih dan Aidil Anwar usai screening mata katarak. Aidil Anwar yang sehari-hari bekerja sebagai pemotong rotan mengaku sudah 35 tahun menderita katarak, dan belum pernah melakukan operasi. Kondisi katarak mata Aidil semakin parah sejak terkena duri ketika ia sedang bekerja.
Setelah dirinya dinyatakan lolos untuk screening, rasa senang dan bahagia tak dapat ia sembunyikan. Selama 61 tahun ia hidup, ia betul-betul mendambakan agar bisa melihat kembali dunia dengan kedua matanya dengan sempurna. Ia mengaku dengan pandangan mata yang terbatas, dirinya tak bisa melangkah jauh, bahkan berjalan pun sering jatuh.
Sementara itu, Asih yang merupakan salah satu Warga Sumber Makmur, Sebabi, Kotawaringin Timur juga merasa terharu dan bahagia. Tiga jam menempuh perjalanan menuju lokasi screening memberikan buah manis. Ia berharap bisa kembali melihat dengan terang.
Artikel Terkait
Kasih Ayah Tak Terbatas
01 Maret 2016Kasih sayang orang tua kepada anaknya tak terbatas. Orang tua rela berkorban demi
kebahagiaan sang buah hati. Seperti dilakukan oleh Arbain (97 tahun), yang dengan tulus mengantarkan sang anak, Sarifudin untuk menjalani screening
bakti sosial operasi katarak yang digelar oleh Yayasan Buddha Tzu Chi
Indonesia Perwakilan Sinar Mas pada 19 Februari 2016 lalu.