Rasa Rindu Yang Terobati

Jurnalis : Galvan (Tzu Chi Bandung), Fotografer : Galvan (Tzu Chi Bandung)
 
 

fotoRelawan Tzu Chi Bandung menyuapi seorang oma dengan kasih sayang yang tulus. Kamis, 20 Mei 2010, relawan Tzu Chi mengunjungi dan memberi perhatian kepada para penghuni Panti Sosial Tresna Wreda Senjarawi.

 

Di sini senang…
Di sana senang…
Di mana-mana hati ku senang….
Di Oma senang…
Di Opa senang ….
Di oma-opa hatiku senang.

Dua bait lagu tersebut selalu dinyanyikan oleh para relawan Tzu Chi Bandung, dan diikuti oleh oma dan opa di Panti Sosial Tresna Wreda Senjarawi yang dihuni oleh 64 oma dan 28 opa. Panti ini berlokasi di Jl. Jeruk No.7 Bandung, Jawa Barat.

 

Pada tanggal 20 Mei 2010, para relawan Tzu Chi yang terdiri dari 4 relawan biru putih, 6 relawan abu putih dan 3 relawan baru,  berkunjung ke Panti Sosial Tresna Wreda Senjarawi. Pada pukul 09.30 WIB, para relawan tiba di Panti Wreda Senjarawi. Ketika para relawan berjalan ke halaman depan, dimana oma dan opa sedang berkumpul di ruangan atau aula, satu per satu oma dan opa menyapa para relawan Tzu Chi Bandung. “Selamat pagi…, ke mana aja?” kata salah seorang Oma menyapa ramah.

Kangen dan Terharu
Memang sudah hampir empat bulan ini Tzu Chi Bandung tidak berkunjung ke Panti Wreda Senjarawi. Ini dikarenakan banyaknya kegiatan kemanusiaan yang harus diselesaikan, mulai dari memberikan bantuan bencana alam, bakti sosial, persiapan Waisak, bazar amal, dan lain-lain. Empat bulan lamanya tidak bertemu, para oma dan opa memeluk para relawan Tzu Chi, bahkan beberapa oma tampak meneteskan air mata karena terharu.

Para relawan berdiri di depan sambil menyanyikan lagu isyarat tangan “Satu Keluarga” dan “Sebuah Dunia Yang Bersih”, diikuti oleh oma dan opa. Keceriaan yang terpancar dari oma dan opa begitu murni dan tulus. Sungguh keajaiban yang luar biasa bagi mereka, mengingat bagi mereka yang sudah lanjut usia dan membutuhkan perhatian yang penuh, kehadiran relawan memberikan kehangatan yang berarti di hati mereka. “Ayo Oma atau Opa, siapa yang mau nyanyi di depan?” ujar relawan Tzu Chi.

 

foto  foto

Ket : - Dengan penuh kehati-hatian, relawan menggunting rambut seorang opa. Rambut opa yang panjang kini             terlihat lebih rapi dan bersih.   (kiri)
       - Opa Anton, sambil memegang gitar andalannya bernyanyi di depan para penghuni panti lainnya dan             relawan Tzu Chi. Aksinya mampu memeriahkan suasana di Aula Panti Tresna Wreda Senjarawi             Bandung.(kanan)

Opa Anton dengan sigap berdiri sambil memegang gitar andalannya. Ia menghampiri relawan Tzu Chi untuk menerima “tantangan” tersebut. Petikan gitar dan suara lagu yang dinyayikan oleh Opa Anton mampu membawa suasana menjadi hangat, hampir semua oma, opa dan para relawan Tzu Chi ikut bernyanyi bersama.

Lain halnya dengan Oma Rita (63), ia begitu bersemangat menyanyikan beberapa lagu yang ia kuasai. Hampir 1 jam setengah Oma Rita bernyanyi untuk menghibur semua orang yang ada di aula panti. Sambil Oma Rita bernyanyi, sebagian relawan Tzu Chi melakukan pelayanan, seperti menggunting kuku, menggunting rambut, memijat, membagikan makanan dan membagikan bulletin Tzu Chi.

foto  foto

Ket : -Para relawan berdiri di depan sambil menyanyikan dan memperagakan isyarat tangan yang berjudul            “Satu Keluarga” dan “Sebuah Dunia Yang Bersih.” (kiri)
       - Dua relawan Tzu Chi Bandung sedang memberikan kehangatan yang berarti untuk oma yang sedang            dilakukan dalam rangka aman dan suksesnya baksos kesehatan.   (kanan)

Selau Menyisakan Kenangan Indah
Setiap kunjungan sosial Tzu Chi selalu menyimpan kenangan yang indah dan sulit dilupakan. “Haleluya…, senang sekali,” kata Oma Rita riang. Oma Rita yang berasal dari Semarang, Jawa Tengah tidak mempunyai anak dan sanak saudara di Bandung. Ia dibawa oleh Nyonya Ya’a dan dititipkan di Panti Sosial Tresna Wreda Senjarawi Bandung pada pertengahan tahun 2008. Oma Rita merasakan kebahagian yang tak ternilai karena dikunjungi relawan Tzu Chi. “Bukan hanya berkunjung, tapi mereka bekerja, ada yang menggunting kuku, menggunting rambut, memijat sampai menyuapi. Mereka benar–benar menunjukkan amal bakti untuk menggerakan hati kita,” jelasnya.

Semua itu dilakukan tanpa beban. Dengan hati yang tulus para relawan Tzu Chi melakukannya dengan penuh rasa kasih sayang. Erni, salah seorang relawan Tzu Chi, dengan dengan kasih sayang dan kehati-hatian menggunting kuku para oma dan opa. Relawan muda ini begitu bersemangat dalam merawat oma dan opa. “Kasihan juga nggak ada yang ngasih, saya pengennya gunting rambut mereka, tapi saya belum bisa, jadinya ya…, gunting kuku aja,” tambahnya.

Para insan Tzu Chi tidak memandang suku, agama, ras maupun bangsa dalam setiap kegiatan kemanusiaannya. Mereka memberikan cinta kasih yang tulus tanpa mengharapkan imbalan. Mungkin ini yang dirasakan oleh oma dan opa, cinta kasih tulus yang diberikan oleh insan Tzu Chi akan selalu tersimpan di dalam hati mereka.
  
 
 

Artikel Terkait

Pelatihan Relawan: Makna dari Sebuah Seragam

Pelatihan Relawan: Makna dari Sebuah Seragam

14 Oktober 2014 Semangat relawan terlihat saat memasuki Aula Jing Si di Tzu Chi Center, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara. Relawan yang hadir berasal dari hampir seluruh pulau yang ada di Indonesia. Mereka (relawan) saling bertemu, mengenal,  bertegur sapa dan membagi kisah. 11 hingga 12 Oktober 2014 berlangsungnya acara pelantikan relawan biru putih.
Suara Kasih : Hidup yang Bermakna

Suara Kasih : Hidup yang Bermakna

27 Desember 2010 Dalam hidup ini, kita harus tahu bahwa panjang pendeknya usia kita ditentukan oleh karma kita di kehidupan lampau. Kita tak tahu berapa lama kita akan hidup. Namun, setelah bertemu dengan Ajaran Buddha dan bergabung dengan Tzu Chi, kita dapat memanfaatkan waktu sebaik mungkin.
Merawat dan Memupuk Jalinan Jodoh di Kampung Simpak

Merawat dan Memupuk Jalinan Jodoh di Kampung Simpak

09 November 2022

Relawan Tzu Chi dari Komunitas He Qi Tangerang bergegas menuju Kampung Simpak di Desa Jagabaya, Kecamatan Parung Panjang yang merupakan desa binaan Tzu Chi untuk mengadakan penuangan celengan bambu, bakti sosial kesehatan umum, serta kelas budi pekerti.

Apa yang kita lakukan hari ini adalah sejarah untuk hari esok.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -