Rasa Sayang Tzu Chi untuk Kenzi

Jurnalis : Metta Wulandari, Fotografer : Metta Wulandari

Kamis pagi 4 November 2021, relawan Tzu Chi komunitas He Qi Utara 2 berkunjung ke salah satu gang sempit di daerah Bandengan, Jakarta Barat. Di sana ada kontrakan Mulyadi dan Ima Silasakti, orang tua dari Mohammad Dwipradipta Mario Kenzi. Hari itu relawan membawakan 4 kaleng susu KetoCal untuk bayi berusia 19 bulan itu. Susu tersebut adalah bantuan yang diberikan Tzu Chi kepada Kenzi sejak April 2021 lalu.

Relawan Tzu Chi komunitas He Qi Utara 2 mengunjungi Kenzi. Relawan dan Ima, ibunya, melakukan pijatan-pijatan kepada Kenzi untuk merelaksasi saraf di kakinya.


Kenzi, panggilan si bayi itu menderita Epilepsi Intraktable sejak usia 6 bulan. Tubuhnya kerap kejang, bahkan sehari bisa lebih dari 40 kali kejang. Sekali kejang bisa 1 – 3 menit lamanya. Ima, sangat khawatir dengan keadaan anak keduanya tersebut.

Seperti penuturan Ima, kondisi Kenzi yang tidak stabil itu dimulai sejak dilahirkan. Kenzi disebut mengalami pendarahan di kepala. Kepala Kenzi sempat mengalami pembesaran dan kejang di usia 3 hari. Efek dari pendarahan itu, Kenzi didiagnosa mengalami Epilepsi Intraktable dan mikrosefali, kondisi langka di mana kepala bayi berukuran lebih kecil dari ukuran kepala bayi normal.

Membantu Kecukupan Gizi

Relawan Tzu Chi, Anna Tukimin dan Ayen berbincang dengan Ima. Mereka juga mengajak Kenzi bercanda untuk mengecek responnya.

Tak banyak yang bisa dilakukan Ima dan suaminya selain mengusahakan yang terbaik bagi Kenzi. Ima, setelah melahirkan langsung berhenti bekerja dan mengurus sang buah hati. Sementara itu ia menggantungkan hidup kepada suaminya yang bekerja sebagai Petugas Sarana dan Prasarana Umum (PPSU) atau yang lebih dikenal dengan pasukan oranye, yang gajinya setara dengan UMP DKI Jakarta.

“Terus terang itu (gaji) tidak cukup (untuk membiayai pengobatan), apalagi menurut dokternya dan ahli gizi, Kenzi harus minum susu khusus untuk meminimalisir kejangnya yang harganya tidak murah,” ungkap Ima.

Saat ini Kenzi membutuhkan sekitar 12 kaleng susu KetoCal yang satu kaleng 300 gr dihargai sekitar 350 ribu. Di toko online, harga tersebut bisa naik sewaktu-waktu tergantung dengan stok yang ada dari para penjual dan distributor.

Kenzi didiagnosa mengalami Epilepsi Intraktable dan mikrosefali, kondisi langka di mana kepala bayi berukuran lebih kecil dari ukuran kepala bayi normal.

“Kadang (harga susunya) bisa sampai 600 ribu sekaleng kalau lagi susah dicari. Pernah juga sudah pesan, duitnya dibalikin lagi karena stoknya habis,” tutur Ayen, relawan yang mendampingi keluarga Ima. Namun bagaimana lagi, Kenzi belum bisa menerima asupan makanan lain selain susu tersebut. Untuk itu relawan tetap mengusahakan untuk memenuhi bantuan untuk Kenzi.

Kondisi yang Semakin Membaik
Tujuh bulan setelah menerima bantuan dari Tzu Chi, Shinta, relawan Tzu Chi yang yang juga mendampingi keluarga Ima melihat kini Kenzi sangat atraktif. Kejangnya sudah jauh berkurang menjadi 4 – 5 kali sehari. Berbeda ketika dulu pertama kali ia melakukan survei dimana Shinta juga melihat betul keterbatasan keluarga kecil ini.

Tzu Chi memberikan bantuan berupa 4 kaleng susu yang harganya cukup mahal untuk Kenzi setiap bulannya.

“Saat itu saya lihat kondisi Kenzi ini terlihat sehat dan ceria namun karena sakitnya, perkembangan dia masih sangat terbatas. Keluarganya pun terbatas. Saya tersentuh dan ingin dia sembuh,” kata Shinta, “yang dibutuhkan adalah susu yang cukup mahal, keluarganya kurang mampu sehingga kami mengusahakan membantu sebagian dari susunya karena di luar sana masih banyak Kenzi-Kenzi lainnya yang membutuhkan bantuan. Semoga bisa membantu meringankan beban keluarganya.”

Pengajuan bantuan yang dilakukan pada Maret 2021 tersebut ditengani pada April dalam wujud bantuan untuk Kenzi. Walaupun belum mendapatkan bantuan susu sejumlah belasan kaleng untuk sebulan sesuai dengan kebutuhannya, Ima mengaku sangat terbantu.

Kenzi juga melakukan terapi dengan sepatu khusus yang dianjurkan oleh dokternya.

“Senang sekali Tzu Chi sudah banyak bantu Kenzi, perhatiin Kenzi. Kami belum bisa balas apa-apa, cuma bisa berdoa semoga selalu sehat, maju, bisa bantu teman-teman Kenzi yang lain juga. Terima kasih buat semua relawan, mudah-mudahan Tuhan selalu melindungi,” tutur Ima.

Mendengar ungkapan terima kasih Ima, relawan bersukacita sekaligus menguatkan Ima. “Semoga Ibu Ima bisa sabar dan kuat karena setiap cobaan ada hikmahnya. Saya percaya dengan keuletan ibu dan doa dari kita semua, semoga Kenzi bisa sembuh,” doa Shinta.

Editor: Hadi Pranoto

Artikel Terkait

Kasih Ibu Tiada Batasnya

Kasih Ibu Tiada Batasnya

08 Juli 2015

Minggu pagi, 24 Mei 2015 terdengar alunan lagu “Lukisan Anak Kambing Berlutut”.  Pagi yang spesial karena sebanyak 95 relawan berkumpul di Aula lantai 2 SMK Sekolah Cinta Kasih Cengkareng, Jakarta Barat. Mereka berkumpul pada acara Kunjungan Kasih Pasien Kasus (KKPK) yang bertema  “Hari Ibu”.

Merawat Optimisme untuk Bisa Sembuh dan Melanjutkan Cita-cita

Merawat Optimisme untuk Bisa Sembuh dan Melanjutkan Cita-cita

06 Mei 2021

Tuberkulosis (TB) tulang menyerang Handreas yang masih berusia 21 tahun. Ia kini lumpuh, kedua kakinya tertekuk kaku, tulang pahanya mengecil karena keropos. Handreas yang dulu gemuk kini kurus kering dan hanya terbaring di kasur.

Karena di Mana Ada Kesulitan, di Situ Ada Pertolongan

Karena di Mana Ada Kesulitan, di Situ Ada Pertolongan

17 Maret 2021

Sudah dua tahun Pak Rahmat (68) tak bisa melihat karena glaukoma. Meski demikian, semangat hidupnya tak luntur. Selain itu, Pak Rahmat selalu berpikir positif dan selalu mendekatkan diri kepada Yang Maha Kuasa. 

Jika selalu mempunyai keinginan untuk belajar, maka setiap waktu dan tempat adalah kesempatan untuk mendapatkan pendidikan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -