Rasa Syukur yang Mekar
Jurnalis : Chensuning (Tzu Chi Batam), Fotografer : Djaya Iskandar, Joni (Tzu Chi Batam)Syukuran baksos ke-101 ini diadakan pada 7 Desember 2014 dan dihadiri oleh relawan serta pasien baksos ke-101. Syukuran ini bertujuan merefleksikan hasil yang dicapai serta mendorong para pasien untuk mengenal Tzu Chi lebih dalam lagi.
Bakti sosial (baksos) Tzu Chi yang ke-101 di Indonesia yang
digelar pada 7 dan 8 November 2014 di Batam berhasil menanggani 325 pasien yang
di antaranya ada yang menderita penyakit katarak, hernia, maupun bibir sumbing.
Kini baksos telah usai, namun semangat mengemban misi tetap didorong. Salah
satunya melalui syukuran baksos untuk kembali merefleksi hasil yang telah
dicapai. Lebih lanjut, syukuran ini juga untuk mengajak para pasien untuk lebih
mengenal Tzu Chi. Acara syukuran ini digelar di salah satu rumah makan pada
tanggal 7 Desember 2014.
Syukuran ini menampilkan video kilas balik baksos. Video
ini memperlihatkan kegiatan baksos mulai proses screening di Asrama Haji Batam hingga pelaksanaan baksos di Rumah
Sakit Budi Kemuliaan. Selain itu, dalam acara ini juga menghadirkan pasien yang
membagikan kesan yang didapat dari baksos ini. Adalah Rasyid, pasien hernia
yang merasa bersyukur mendapatkan perawatan dalam baksos ini. Rasyid menuturkan
awalnya dia ragu akan pelayanan yang akan diberikan dalam baksos.
Para pasien juga diperkenalkan dengan celengan bambu yang menjadi sejarah awal berdirinya Tzu Chi. Beberapa pasien tertarik membawa celengan bambu dan ikut bersumbangsih.
”Pada awalnya mikir yang namanya operasi gratis kita
khawatir. Sedangkan yang bayar di rumah sakit kita, belum tentu pelayanan dan
obatnya itu sempurna. Ternyata pada waktu kami tes kesehatan yang pertama ke Batam,
saya juga terkejut kok layanannya
berbeda, gratis kok luar biasa gitu. Biasanya kalau sudah sakit,
tergolek di rumah sakit, jangankan mencari dokter, mencari perawat saja
dipanggil sulit, gitu. Ini saya dirawat
di ruang pemulihan sampai pagi saya ditungguin dokter terus. Dalam ruanggan itu
senantiasa ada dokter, perawat dan relawan, semuanya ada,” tutur Rasyid yang
kini telah pulih dari penyakit hernia.
Selain Rasyid,
Rafnidawati, pasien katarak yang mendapat perawatan Tzu Chi juga menceritakan apa
yang dirasakan saat baksos. Rafnidawati merasa sangat bersyukur dapat melihat
dengan jelas kembali sehingga dia tergugah untuk bersumbangsih melalui celengan
bambu. “Saya nanti mau ikut mengambil celengan bambu dan mudah-mudahan
nanti saya bisa menabung terus. Umpamanya menabung 100, 1000, 2000 setiap
hari. Walaupun sedikit kan sedikit demi sedikit lama-lama
menjadi bukit. Relawannya bagus-bagus, menebarkan senyuman terus, saya tertarik
sekali. Mudah-mudahan nanti saya bisa menjadi relawan sini,” pungkas Rafnidawati.
Acara ditutup dengan doa bersama serta menyanyikan lagu yang berjudul “Satu Keluarga”
Selain para pasien, Rudi yang menjadi koordinator baksos
juga memberikan kesannya. Rudi menuturkan bahwa dia sangat bersyukur baksos
bisa terlaksana dengan baik.
“Setiap kali saya sebagai koordinator penanggung jawab
baksos ini, selalu berkesan. Kalau saya bisa melakukan sesuatu dan membantu
seseorang, ini adalah kebahagian kita semua, jadi bukan saya sendiri yang
merasa bahagia, saya rasa semua kita berbahagia karena telah melakukan
kebajikan,” tuturnya.
Acara syukuran ditutup dengan doa bersama para hadirin atas bencana yang terjadi di dunia ini. Setalah itu, para hadirin bergandengan tangan dan menyanyikan lagu yang berjudul “Satu Keluarga”. Insan Tzu Chi berharap dengan berakhirnya baksos ini bukan penutup jalinan jodoh baik yang sudah terjalin.