Rasa Syukur yang Tak Terhingga
Jurnalis : Hendianna (Tzu Chi Medan), Fotografer : Sutanto (Tzu Chi Medan) Dalam acara ini, relawan Tzu Chi dan para Gan En Hu berbagi kisah di antara mereka. Dengan berbagi, beban kehidupan terasa lebih ringan untuk dilalui. |
| ||
Mereka adalah para pasien yang telah menerima bantuan pengobatan dari Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia, misalnya seperti Raihan (4) yang jantungnya dioperasi, dan Reny (42) yang gondoknya dioperasi. Demikian juga halnya dengan mereka yang mendapatkan pengobatan karena terkena katarak, luka akibat kecelakaan lalu lintas, diabetes, dan penyakit-penyakit lainnya. Mereka mendapatkan bantuan tunjangan biaya hidup setiap bulan dan bantuan-bantuan lainnya. Kegiatan ini mendapatkan sambutan baik para Gan En Hu. Hal itu terlihat dari tekunnya mereka mengikuti acara demi acara, mulai dari pengenalan visi dan misi Tzu Chi, riwayat berdirinya Yayasan Buddha Tzu Chi oleh Master Cheng Yen, filosofi Tzu Chi yang disampaikan oleh Wardi Shixiong, perkenalan misi pelestarian lingkungan (melalui daur ulang) yang dibawakan oleh Peter Shixiong, serta begitu antusiasnya para Gan En Hu mengikuti peragaan isyarat tangan yang diajarkan oleh Elin Juwita Shijie dan beberapa relawan biru putih. “Rasa syukur yang tak terhingga dan terima kasih kepada Yayasan Buddha Tzu Chi yang telah menolong saya dengan keikhlasan hati serta rasa satu keluarga yang selalu ditunjukkan oleh relawan Tzu Chi. Dari saya yang tidak bisa melihat apa-apa sekarang sudah bisa melihat, bahkan sekarang saya dapat memasukkan benang ke dalam lubang jarum jahit,“ ujar Nenek Wartia (58) sambil meneteskan air mata. Untuk membiayai hidupnya, Nenek Wartia ini setiap hari menjual daun pisang, daun pandan, dan daun kunyit yang diambil dari hasil tanamannya sendiri. Selain itu ia juga sangat kreatif dalam memanfaatkan barang-barang bekas seperti sedotan (pipet plastik) dan bungkusan bubuk teh yang dibuat menjadi hiasan gantung ataupun hiasan dinding di rumahnya. Kreativitas nenek ini dapat menginspirasi kita untuk memanfaatkan barang-barang bekas yang ada di sekitar kita.
Keterangan :
Saat itu Bapak Rosib (59), salah satu Gan En Hu juga mengatakan betapa susah dan sedihnya ia saat matanya tidak dapat melihat apa-apa. Terlebih lagi ketika ia menikahkan putrinya dalam keadaan buta, sungguh kejadian yang tak dapat ia lupakan. Sekarang dia selalu bersyukur karena sudah dapat melihat kembali dan sangat berterima kasih kepada relawan Tzu Chi yang telah memberikan pengobatan katarak gratis kepadanya. “Bantuan Tzu Chi ini tak akan saya lupakan,” ungkap Bapak Rosib dengan rasa haru dan berlinang air mata. Wajah para relawan tampak bahagia dan bangga karena dapat melakukan kebajikan untuk sesama. Sesuai dengan renungan kalbu dari Master Cheng Yen berikut ini, “Dengan keyakinan, keuletan dan keberanian, tidak ada yang tidak berhasil dilakukan di dunia ini. Hal yang paling menenangkan hati dalam kehidupan adalah dapat bersumbangsih semampunya sesegera mungkin pada saat sekarang juga.” Gan En untuk para Gan En Hu. | |||
Artikel Terkait
Suara Kasih: Mengingat Tekad Awal
12 Juli 2012 Selama lebih dari 40 tahun ini, tekad awal saya hingga kini tidak pernah berubah. Berhubung tekad awal saya tidak berubah, saya sangat yakin terhadap diri sendiri. Saya sangat yakin terhadap diri sendiri dan saya percaya setiap orang memiliki cinta kasih. Sikap percaya diri ini hendaknya dimiliki setiap orang.Menciptakan Berkah dan Menjalin Keakraban dalam Kemeriahan Imlek
03 Februari 2023Relawan Tzu Chi Pekanbaru komunitas Hu Ai Pekanbaru Utara mengadakan gathering Imlek di Kantor Tzu Chi Pekanbaru pada Selasa, 31 Januari 2023. Kegiatan ini dihadiri 80 peserta yang terdiri dari relawan bersama keluarga.