Rekreasi dan Pelestarian Lingkungan Tzu Ching
Jurnalis : Sutriani Nina (Tzu Ching Makassar), Fotografer : Tzu Ching MakassarMenikmati senja sembari bercengkrama dengan seonggok sampah di Pulau Gusung, salah satu pilihan dari para Tzu Ching Makassar, 6 September 2015. Hanya ada sedikit dari sekian banyak orang yang memilih meninggalkan rutinitas demi berbuat kebajikan, peduli dengan lingkungan adalah sebuah pemikiran yang realistis dari seseorang, karena lingkungan yang bersih akan menciptakan pemikirian yang jernih.
Berada tepat di tengah hamparan laut, jauh dari keramaian kota Makassar, dan hanya berteman angin adalah rutinitas penduduk Pulau Gusung setiap harinya. Sebuah pulau yang hanya dihuni oleh tiga kepala keluarga namun masih terjamah oleh para wisatawan daerah, mancanegara, maupun yang datang seperti nelayan-nelayan untuk memancing.
“Daya tarik pengunjung ada pada terumbu karang dan ikan-ikan lautnya yang cantik. Mereka sering berenang ke tengah laut hanya untuk memberi makan ikan, ini yang harus dilestarikan. Melihat pantai yang kotor akibat ulah pendatang dan tidak dijamah, terkadang saya juga cukup sedih melihatnya. Dan setelah menyaksikan keikhlasan dari Tzu Chi membersihkan pantai, di situ juga saya ikut tersentuh,” kata Deng Nai, salah satu penduduk Pulau Galesong ini.
Bukan hanya Tzu Ching yang hadir untuk turut membersihkan pantai tetapi beberapa perwakilan dari universitas di Makassar yang turut memberikan sumbangsihnya, seperti: Universitas UAN, Universitas Muhammadiyah, Universitas Islam Negeri Alauddin, Universitas Atma Jaya, dan Komunitas Pemuda Pemerhati Sosial dan Lingkungan (Kopsling), serta Forum Mallabiri.
Peserta yang berjumlah 52 orang dan 12 orang panitia membagi diri menjadi tiga kelompok. Mereka dengan sigap menyisir seluruh penjuru pantai dan mengambil sampah yang merusak pemandangan.
Bukan hanya Tzu Ching yang hadir untuk turut membersihkan pantai tetapi beberapa perwakilan dari universitas di Makassar yang turut memberikan sumbangsihnya.
Sekitar pukul 16.00 WITA para relawan tiba di Pulau Gusung. Peserta yang berjumlah 52 orang dan 12 orang panitia membagi diri menjadi tiga kelompok. Mereka dengan sigap menyisir seluruh penjuru pantai dan mengambil sampah yang merusak pemandangan pasir putih Pulau Gusung. Sampah demi sampah dikumpulkan di dalam kantongan plastik, hanya dengan waktu satu jam hingga matahari terbenam. Kantong plastik sudah penuh dengan sampah.
Belum merasa lelah, acara dilanjutkan dengan sosialisasi Tzu Ching kepada 52 peserta yang hadir. Setelah itu, dilanjutkan dengan acara api unggun di pinggir pantai. Di situlah para peserta dan anggota Tzu Ching sharing tenang pengalaman menjadi relawan Tzu Chi. Hingga pukul 23.00 WITA, canda tawa dan rasa persaudaraan tercipta.
“Banyak pelajaran yang saya dapatkan. Bukan hanya rekreasi ataupun sekadar tempat mencari pengalaman, saya sekarang menjadi tahu yang namanya kebersamaan positif. Mengikuti acara ini, membuat saya lebih disiplin, teliti, punya sopan santun, tata krama yang baik. Terlebih saya belajar cara mencintai lingkungan. Alam diciptakan tidak bersama sampahnya tapi manusia yang menghiasi kotoran yang tidak layak dipandang. Itulah tugas kita sebagai manusia yang peduli lingkungan, semoga hati terbuka untuk mengambil sampah,” kata Septy Wulandari Irsyam Putri, salah seorang peserta.
Pagi harinya, peserta dibangunkan tepat pukul 5.00 WITA. Setelah bermain games, mereka kembali diajak untuk membersihkan pantai hingga pukul 8.00 WITA. Ketika matahari sudah mulai panas, barulah peserta diajak menikmati hamparan laut yang indah.
Dengan total 52 orang peserta dan 12 orang panitia, mereka berhasil mengumpulkan 5 kantong botol kaca, 3 kantong botol plastik, 2 kantong gelas plastik, dan 1 kantong kaleng yang diberikan kepada pengumpul sampah. “Kalau tidak ada pemulung, sampah akan kami bawa pulang untuk dipilah. Tapi karena ada pemulung, maka kami berikan kepada mereka agar mereka mendapatkan pemasukan untuk biaya hidup,” ujar Roni Japasal, PIC kegiatan.