Yang Pit Lu (kanan), relawan senior Tzu Chi sedang berdiskusi dan menunggu pasien sembari bertugas sebagai relawan pendamping atau relawan pemerhati di Tzu Chi Hospital, PIK, Jakarta Utara.
Dibuka sejak 1 Oktober 2021, Tzu Chi Hospital sudah melayani pasien setiap harinya. Berbagai pelayanan telah tersedia dan yang spesial adalah keberadaan relawan pendamping atau relawan pemerhati yang ada di berbagai sudut Tzu Chi Hospital. Saat ini setiap harinya, ada 6 - 8 relawan pemerhati yang bertugas membantu pasien dan keluarganya. Mereka ada di lobi utama, poli lantai 2, ruang Medical Check-up, dan ICU.
Selain Rumah Sakit Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng, Tzu Chi Hospital juga rumah sakit yang mengikutsertakan relawan pemerhati untuk melayani pasien. Master Cheng Yen, pendiri Yayasan Buddha Tzu Chi menuturkan bahwa relawan pemerhati bagaikan jembatan penghubung. Mereka memahami suara hati dan kebutuhan pasien serta keluarganya. Mereka menjembatani dan menjadi saksi bagaimana para dokter dan perawat melayani dengan penuh cinta kasih. “Ini dapat menghilangkan banyak kesalahpahaman. Para relawan menjadi jembatan yang sangat bermanfaat bagi pelayanan medis,” tutur Master Cheng Yen.
Keberadaan relawan, disambut sangat baik para pasien, pasalnya relawan tidak hanya menyambut pasien, namun benar-benar memberikan bantuan sesuai yang dibutuhkan. Mulai dari memberikan informasi lokasi poli, hingga menjadi penerjemah dan menemani keluarga di saat mereka membutuhkan. Untuk itu jangan ragu bertanya atau meminta bantuan kepada relawan di Tzu Chi Hospital ketika Anda membutuhkan.
Halangan Itu Bernama Bahasa
Saat ini setiap harinya, ada 6 - 8 relawan pemerhati yang bertugas membantu pasien dan keluarganya. Mereka ada di lobi utama, poli lantai 2, ruang Medical Check-up, dan ICU.
“Kalau sekarang ini banyak pasien dari Tiongkok yang bekerja di sini, dimana tidak begitu mengerti bahasa Indonesia. Mereka sakit tapi ditahan-tahan nggak ke dokter karena nggak lancar bahasa. Jadi kalau sudah parah ya ke dokter tapi ketika dia mengeluh apa dokter mungkin nggak ngerti, dan ketika dokter menjelaskan penyakit, dianya juga nggak ngerti. Jadi dengan adanya relawan pemerhati ini, bisa membantu proses penerjemahan dengan baik,” tutur Yang Pit Lu, relawan Tzu Chi, “Pasien senang sekali loh, banyak yang terharu karena seperti sedang berada di kampung halamannya sendiri. Sampai ada yang mau jadi donatur, mau jadi relawan.”
Lulu, panggilan akrab Yang Pit Lu sejak pertama kali ada wacana pembentukan relawan pemerhati di Tzu Chi Hospital sudah sangat tertarik untuk menjadi satu di antaranya. Ia yakin, keberadaan relawan pemerhati akan membuat pelayanan rumah sakit menjadi lebih baik lagi karena selain tenaga medis, para pasien dan keluarganya mendapatkan dukungan lainnya dari para relawan. Seperti yang telah diceritakan oleh Lulu, para pasien dari luar negeri merasa sangat terbantu dengan kehadiran relawan yang mampu berbahasa Mandarin.
Yang Pit Lu membantu pasien dan keluarganya untuk berbagai kebutuhan, salah satunya sebagai penerjemah bahasa yang sejauh ini paling dibutuhkan oleh pasien berbahasa asing.
“Kalau ketemu dengan pasien yang berbahasa Mandarin itu mereka sangat bersyukur sekali bisa bertemu dengan orang yang bisa bahasa mereka,” kata Lulu antusias. “Sampai pernah ada anak muda yang periksa ke sini bilang ke saya, ‘Terima kasih ya, Nek. Saya jadi merasa kayak ada nenek saya. Nenek saya memang nggak ada di samping saya, tapi saya kayak dikirimin satu nenek (Lulu) yang dampingin saya.’”
Di lain cerita, Lulu menuturkan pasien lainnya dengan penyakit jantung juga merasa sangat terbantu dengan adanya relawan pemerhati yang bisa mengerti bahasa asing. Kata Lulu, pasien ini sudah berobat ke berbagai rumah sakit tapi tetap tidak mengerti penjelasan dokter. Masalahnya bukan karena kompetensi dan pemeriksaan dari dokter, namun kendala bahasa adalah yang utama. Para pasien asing ini sebenarnya juga tidak jarang membawa kerabat atau teman yang bisa berbahasa Indonesia, tapi untuk istilah kedokteran, pemahamannya masih sama-sama kurang. “Jadi pesan dari dokter nggak sampai karena bahasanya terbatas. Istilah kedokteran kan agak berbeda dengan bahasa sehari-hari ya. Jadi gimana mau sembuh kan?” papar Lulu.
Untuk itu, relawan senior Tzu Chi ini punya kuncinya. Sempat bekerja di Divisi Bakti Amal Tzu Chi Indonesia dan ikut menangani berbagai pasien serta keluhannya, Lulu sedikit banyak mengetahui berbagai istilah medis dalam bahasa asing, terutama bahasa Mandarin. Dulu ia juga kerap berkonsultasi mengenai tindakan medis untuk para pasien dengan dokter di Taiwan. Sehingga saat ini, di waktu senggangnya ketika menjadi relawan pemerhati, ia rajin mencatat berbagai istilah medis yang sering digunakan. Lulu bahkan becita-cita, suatu saat ia bisa membukukan hasil coretannya itu.
“Semoga ke depannya bisa jadi buku saku ya. Haha…,” tutur Lulu berangan-angan, “Karena relawan yang bisa bahasa Mandarin juga belum tentu tahu istilah medis. Makanya kalau saya ingat istilah apa, saya buru-buru catat biar nggak lupa.”
Para Relawan di Mata Pasien
Dari ketulusan dan kehangatan hati para relawan dalam memberikan pendampingan, begitu banyak ungkapan terima kasih yang disampaikan oleh para pasien maupun keluarganya. Ada yang tiba-tiba membawakan makanan, ada pula yang membelikan roti untuk dibagi-bagikan, ada juga yang ingin memberikan tips namun langsung ditolak oleh para relawan. “Kami sampai nggak mau – nggak mau, karena kami ini relawan, kami saja menyumbang, kami donatur juga. Hahaha… masa kami menerima tips, tidak,” kata Lulu tertawa.
Di waktu senggangnya, Yang Pit Lu menulis berbagai istilah medis dalam bahasa Mandarin dan Indonesia. Ia ingin satu saat nanti catatannya bisa menjadi bekal bagi relawan agar sama-sama mengetahui berbagai istilah medis sehingga memudahkan penerjemahan.
Selain itu, ada pula ungkapan terima kasih yang dituliskan oleh seorang keluarga pasien untuk Lulu dan relawan pemerhati lainnya. Di bawah ini adalah ungkapan terima kasihnya:
“Para relawan pemerhati di Tzu Chi Hospital sangat membantu kami. Selama perawatan suami saya, kami merasa aman dan tenang. Ditambah dengan bantuan para relawan, kami yang awalnya seperti ikan yang kehausan di padang pasir merasa bisa kembali bertemu dengan air sungai. Sebelumnya kami benar-benar tidak dapat berkomunikasi dengan para dokter dan kami tidak tahu apa yang satu sama lain bicarakan. Tentu saja dengan kendala bahasa ini, kami tidak tahu perawatan seperti apa yang paling baik yang bisa kami lakukan. Sebelumnya, hanya ada ketakutan dan kebingungan. Kami bahkan tidak mengerti sistem rumah sakit di Indonesia sebelum dibantu oleh Lulu Shigu.”
“Pergi ke rumah sakit itu adalah sesuatu yang berat untuk kami, karena sebelumnya kami juga memiliki pengalaman yang kurang menyenangkan ketika memeriksakan diri ke dokter. Lagi-lagi kendalanya karena perbedaan bahasa.”
“Sementara itu di Tzu Chi Hospital, saya dibuat nyaman dan saya memiliki kepercayaan khusus kepada Tzu Chi. Saya merasa senang dan beruntung. Bahkan ketika Tzu Chi Hospital belum mengoperasikan peralatan medis tertentu, Lulu Shigu membantu kami mengatur pemeriksaan di rumah sakit lain. Beliau juga membantu mengantarkan kami, juga menulis tindakan apa saja yang perlu kami lakukan selanjutnya. Kami merasakan kehangatan dan harapan.”
“Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada seluruh relawan! Anda semua seperti api yang hangat, menerangi jalan kami yang kebingungan dan memberi harapan pada dunia. Apabila ada kesempatan, saya juga ingin menjadi relawan di Tzu Chi suatu saat nanti. Dan sebelum itu, saya akan belajar bahasa Indonesia dengan baik terlebih dahulu, maka saya dapat membantu lebih banyak orang seperti saya.”
“Gan en – Zhang Yuting”
Jalinlah Jodoh Baik di Setiap Kesempatan
Hendra (tengah), menemani dan mendampingi pasien yang tengah memeriksakan diri di Tzu Chi Hospital. kehadiran relawan bagaikan sandaran bagi para pasien yang tengah dilanda duka.
Semua ungkapan terima kasih dari para pasien dan keluarganya dirasakan sebagai apresiasi sekaligus penyemangat bagi relawan pemerhati. Ketulusan dan kehangatan, itu pun yang selalu dibangun oleh mereka setiap harinya.
Begitu pula yang selalu dipesankan oleh Lulu bahwa kapan pun, relawan harus tulus memberikan pendampingan. Karena menurut Lulu, mereka tidak akan pernah tahu kapan orang lain akan terharu dan terinspirasi hingga tergerak hatinya.
Untuk mengisi dan mengasah kebijaksanaan serta cinta kasih, para relawan menyaksikan program Lentera Kehidupan yang berisi ceramah Master Cheng Yen sebelum bertugas di Tzu Chi Hospital.
“Saya sih pikir, bahwa setiap perbuatan kita itu bagaikan menanam satu benih cinta kasih ke hati orang. Mungkin dengan dia melihat apa yang kita lakukan, lain kali dia bisa berbuat yang sama kepada orang lain. Makanya kita harus selalu menghargai kesempatan yang ada untuk menjalin jodoh baik sama orang,” pesan Lulu, “Kita harus pergunakan kesempatan ini dengan baik karena ini adalah benih cinta kasih. Di sini tempat kita untuk belajar mengembangkan cinta kasih dan empati, juga menghormati orang lain.”
Editor: Arimami Suryo A.