Relawan Tzu Chi Berbagi di Teluk Naga

Jurnalis : Mieyoda (He Qi Barat), Fotografer : Mieyoda (He Qi Barat)

doc tzu chi

Relawan Tzu Chi membantu warga membawa karung beras. Yayasan Buddha Tzu Chi mengadakan pembagian paket cinta kasih kepada warga di Desa Lemo dan Desa Muara, Tangerang, 26 Maret 2017.

Cuaca cerah menghiasi langit di atas wilayah pesisir Teluk Naga, Tangerang. Hari itu 26 Maret 2017, sekitar 220 relawan Tzu Chi berkumpul melakukan kegiatan bakti sosial yakni berupa pembagian paket cinta kasih kepada warga di kedua desa, yaitu Desa Lemo dan Desa Muara.

Desa Muara terletak di sebelah utara Tangerang dengan jarak tempuh sekitar 30 km dari pusat kota Tangerang. Karena letaknya sangat terpencil, tidak ada transportasi umum di wilayah ini. Sebelah utara  Desa Muara berbatasan dengan Laut Jawa dan di sebelah tenggara berdampingan dengan Desa Lemo.

Pada kesempatan tersebut, relawan Tzu Chi berkesempatan membagikan paket cinta kasih yang terdiri dari: 10 kg beras Cinta Kasih, 2 liter minyak sayur, dan 5 bungkus mi instan DAAI. Adapun di Desa Lemo, beberapa relawan Tzu Chi sudah terlihat sejak pukul 07.00 pagi menyiapkan kain sebagai taplak, membongkar paket sembako untuk ditata di atas meja, menyiapkan kantong plastik hingga pengaturan kelompok, dan pembagian tugas.

Antusias warga Desa Lemo terlihat dari antrean yang mengular sejak pukul 07.20 pagi. Sebanyak 1.842 paket cinta kasih dibagikan di Desa Lemo dan total sekitar 3.000 karung beras untuk kedua desa.

Warga mengantre dengan tertib sehingga pembagian paket cinta kasih dapat berlangsung dengan lancar.

Hok Cun, PIC kegiatan turut mengawasi dan membantu terlaksananya kegiatan. Ia juga dibantu dengan 4 orang PIC lainnya. Jauh hari sebelum kegiatan diadakan, Hok Cun beserta tim relawan lain datang meninjau lokasi dan bertemu dengan para kepala desa.

Setiap sisi punya banyak cerita begitu pula dalam kegiatan baksos kali tersebut. Relawan Tzu Chi dapat mendengar sekelumit kisah dari sisi penerima bantuan juga pemberi bantuan. Salah satunya adalah kisah yang dialami oleh Hok Cun yang juga terlibat mulai dari proses perapian data, peninjauan lokasi, pembagian alur dan tugas, dll. Proses ini memakan waktu kurang lebih hampir sebulan dimana tiba-tiba Hok Cun mendapatkan kabar duka mengenai kepergian sang ayah.

“Bertepatan saat survei ke Desa Muara, saya mendapat kabar duka bahwa papa saya meninggal. Saat itu saya mencoba menutupi kabar tersebut karena saya harus tegar dan selesaikan tugas bersumbangsih di Tzu Chi,” kenang Hok Cun.

“Jujur, sejak perapihan data dari Desa Lemo sampai pengerjaan baksos, kondisi saya tengah berduka, terpukul dan juga sedih namun saya berpikir ini semua annica (tidak kekal –red) dan ini saatnya untuk pelimpahan jasa kebaikan bagi kedua orang tua saya,” lanjut Hok Cun.

Hok Cun (seragam biru) sedang berdoa bersama dengan para warga dan usai acara penyambutan.

Satu per satu warga mengambil paket cinta kasih yang terdiri dari 10 kg beras, 2 liter minyak sayur, dan 5 bungkus mi instan DAAI .

Setelah kegiatan pembagian paket cinta kasih berjalan baik dan lancar, ada kelegaan luar biasa yang terasa dalam hati sanubari Hok Cun. Kelegaan tidak hanya dirasakan olehnya tetapi juga oleh relawan lain yang terlibat. Bukan hanya itu, ada sukacita terpancar dari raut wajah mereka saat suasana mulai sepi dan jarum jam sudah mulai menunjuk pukul 11.00 siang tanda kegiatan sudah berakhir.

Dalam setiap kegiatan baksos yang diselenggarakan oleh Tzu Chi, relawan dapat melihat dua jenis kebahagiaan: kebahagiaan untuk berbagi dan kebahagiaan dalam menerima. Keduanya merupakan bagian dari fase kehidupan yang bisa datang dan pergi dalam sekejap. Reaksi relawan Tzu Chi dalam menjalani setiap prosesnya pun merupakan wujud penerapan kebijaksanaan.

Seperti yang pernah diungkapkan oleh Her Rey-Sheng dalam bukunya yakni Sebersit Inspirasi “Titik akhir dari kesedihan adalah mencintai. Jika Anda bisa terus mencintai orang lain, Anda tidak akan terpaku dalam kesedihan. Asalkan Anda menyebarluaskan cinta kasih, Anda pasti bisa mengatasi kesedihan.”


Artikel Terkait

Kita harus bisa bersikap rendah hati, namun jangan sampai meremehkan diri sendiri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -