Relawan Tzu Chi Bogor Berkesempatan Berbakti Bukan Hanya Kepada Orang Tua Sendiri

Jurnalis : Anand Yahya, Fotografer : Anand Yahya

Lusianawati (Lusi), Lenny Mulya, Sukendro, dan Aditya, relawan Tzu Chi komunitas Bogor mendapat kesempatan untuk mengantar Yohannes Kurniawan (72), biasa di sapa Opa Joni ke panti Wreda Yayasan Karya Citra Lestari di Cilengsi Bogor pada 4 November 2021.

Lusi relawan Tzu Chi yang rutin mendampingi Opa Joni sejak 2019. Ia mendapatkan tanggung jawab untuk mensurvei kondisi Opa Joni yang kebetulan sekali dekat dengan tempat tinggalnya. “Awalnya anak tertua (anak Opa Joni) yang mengajukan bantuan biaya hidup ke Yayasan Tzu Chi di Bogor,” ungkap Lusi.

Lusiana menyerahkan surat-surat milik Opa Joni yang masih tertinggal di kamar kosnya di wilayah Babakan Pasar. Lusiana dengan penuh perhatian mengingatkan Opa Joni untuk selalu menjaga kesehatan dan selalu berdoa pada Tuhan.

Opa Joni memiliki enam orang anak dari istri (almarhum) pertamanya yang sudah lama meninggal. Komunikasi dengan anak-anaknya tidak lagi berjalan baik kecuali dengan anak tertua yang masih dapat berkomunikasi. Tapi kehidupan ekonomi membuat anak tertua Opa Joni mengajukan permohonan bantuan hidup kepada Yayasan Buddha Tzu Chi di Kota Bogor.

Lusi mengungkapkan Opa Joni hidup seorang diri pada satu kamar kontrakan dengan biaya 500 ribu satu bulan. Pada awal berkunjung, keadaan kesehatan dan fisik Opa Joni mulai membaik setelah stroke. Anggota tubuh Opa Joni sudah dapat beraktivitas secara mandiri. Opa Joni harus menjalani berobat jalan satu bulan sekali. Lusiana mendampingi Opa Joni hampir setiap saat.

Opa Joni sedang bercerita kegiatannya sehari-hari di YKCL. Lenny Mulya (kiri) dan Lusiana (kanan) mendengarkan aktivitas Opa Joni mulai dari bangun pagi hingga malam hari dengan hati gembira.

“Setiap saat kalau Opa Joni butuh sesuatu atau butuh bantuan pasti telepon saya karena rumah saya dekat dengan kos-kosan Opa Joni,” ungkap Lusi.

Namun begitu, Lusiana mengungkap karena kondisi-kondisi lain, relawan memutuskan untuk mengantarkan Opa Joni ke Panti Lansia Yayasan Karya Citra Lestari (YKCL). “Pertimbangannya ya dengan adanya masalah kesehatan juga usia yang sudah tua, kami relawan Tzu Chi berpikir ke depannya supaya Opa Joni ada teman. Di panti ini kan banyak teman ngobrol, ada bimbingan rohani, saya berpikir di panti ini kondisi kesehatan Opa Joni lebih terpantau dibandingkan sendiri di kos-kosan,” tutur Lusi.

Kristina (baju merah) menerima surat-surat sebagai syarat administrasi Opa Joni untuk tinggal di panti wreda YKCL.

Lusi berharap kesehatan Opa Joni bisa lebih baik lagi karena dapat terpantau dan bisa berkomunikasi dengan saudara-saudara penghuni panti. “Semoga Opa Joni lebih baik, di sini ada pemulihan untuk rohaninya juga, untuk kesehatannya juga lebih terpantau, dan bisa lebih baik lagi kondisinya,” harap Lusi.

Di sisi lain Lusi mendapat pembelajaran kehidupan yang sangat berharga dari pendampingan Opa Joni ini. “Karena saya sejak kecil sudah ditinggal orang tua, saya tidak pernah mendampingi orang tua, jadi dengan mendampingi Opa Joni saya merasa seperti mendampingi orang tua sendiri, ada rasa bahagia,” ungkapnya.

Kini Opa Joni sudah tinggal di Panti Lansia YKCL di wilayah Jonggol, Cileungsi Bogor. Sudah dua minggu lebih Opa Joni tinggal di sana. Ada rasa tidak betah awalnya, ada terbersit niat Opa Joni untuk mengakhiri hidup.

“Saya tanya ke Ibu Kris (pemilik YKCL) kenapa saya bisa seperti ini (dikucilkan oleh anak-anak), dalam hati saya bertentangan, kasih saya racun aja, namun Ibu Kritin mengajak berdoa, saya berdoa kepada. Tuhan katakan ‘Kamu masih bisa melayani kembali, agar kamu menyadari masih banyak orang yang sangat menderita yang membutuhkan pertolongan. Tuhan itu Maha Kasih.’” Dari doa itu, Opa Joni mulai menerima kenyataan dan berniat untuk melayani Tuhan Yesus.

Relawan Tzu Chi sedang merapihkan barang-barang pribadi milik Opa Joni di kamar kosnya yang berlokasi di Babakan Pasar Kota Bogor. Opa Joni menyewa kamar ini per bulan dengan biaya 500 ribu.

Opa Joni sudah berniat membantu apa saja sesuai kemampuannya untuk panti wreda ini. Dalam kesehariannya di panti, Opa Joni mengikuti arahan dari Ibu Kristin seperti, pagi hari sarapan pagi, jalan pagi berolahraga ringan dan berjemur di depan panti, siang hari makan dan beristirahat tidur siang, sore hari mengikuti Kebaktian dan doa bersama, dilanjutkan dengan berbincang-bincang dengan sesama penghuni panti.

“Saya berterima kasih sekali kepada Ibu Kristin yang sudah menerima saya di sini dan relawan Tzu Chi, saya sangat bersyukur dan sangat terima kasih sudah diperhatikan dan dibantu biaya kehidupan saya selama saya kos di wilayah Babakan Pasar Bogor sampai mengantarkan saya di sini,” ujar Opa Joni.

Kristiana Uria Srilestari perintis, pengelola, sekaligus donatur tetap untuk YKCL sejak tahun 2009 mengatakan, saat ini ada 22 penghuni di YKCL ini dengan kondisi fisik dan kesehatan yang berbeda-beda. Sejak 2009 YKCL sudah melayani 85 orang Lansia yang sudah ditangani dengan berbagai kondisi kesehatan dan fisiknya.

Dalam kesehariannya Kristina mengurus dan melayani para Lansia sudah tentu mengalami banyak kendala dalam menghadapi Lansia yang usianya rata-rata di atas 70 tahun. “Mereka ini pola pikir dan sifatnya kembali seperti anak-anak dan perawatannya lebih sulit dari anak-anak kecil,” ungkap Kristina.

Di ruang tamu YKCL relawan Tzu Chi diterima dengan ramah oleh Kristina, pengelola panti wreda. Para relawan membicarakan bagaimana kondisi kesehatan Opa Joni selama di panti.

Kristina merasa bersyukur karena kita punya Tuhan yang memang memangil kita untuk melakukan pekerjaan ini sehingga kita selalu berserah diri, berdoa, dan berusaha agar masa tua mereka para Lansia dapat hidup bahagia.

Kristina mengungkapkan pertemuannya dengan relawan Tzu Chi. Pada bulan Juli lalu ada 16 orang penghuni yang terpapar Covid-19. Ada satu orang yang mengalami sesak nafas dan sangat membutuhkan oksigen sementara di berbagai rumah sakit sudah tidak menerima pasien dan kelangkaan oksigen.

“Tiba-tiba saya ditelepon oleh Ibu Inge (relawan Tzu Chi Bogor) yang menawargan tabung oksigen, saya terharu sekali karena sat itu kami sangat membutuhkan sekali oksigen. Kami punya hati yang mengasihi tapi para Lansia ini sesak nafas tidak ada pertolongan, karena rumah sakit saat itu penuh,” kenang Kristina dengan berlinang air mata.

Para relawan Tzu Chi membawa barang-barang milik pribadi Opa Joni ke YKCL. Lokasi YKCL memakan waktu 2 jam perjalanan dari Kota Bogor.

Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia melalui relawan Tzu Chi Bogor segera mengirimkan bantuan dua unit tabung oksigen untuk panti Lansia YKCL dimana pada saat itu ada 16 orang Lansia yang terpapar Covid-19. Peristiwa ini yang mengenalkan YKCL dengan relawan Tzu Chi Bogor.

“Beberapa minggu yang lalu Ibu Inge (relawan Bogor) telepon saya kembali mau menitipkan seorang Lansia, saya langsung katakan bisa menerima walaupun satu kamar berdua. Itu karena hubungan kita (Tzu Chi dan YKCL) sangat baik sekali,” ujar Kristina.

Kristina berharap jika ada orang-orang yang tergerak hatinya untuk berbagi untuk para Lansia di YKCL ini sangat terbuka sekali. Kristina berkeinginan menambah kapasitas kamar untuk merawat para Lansia. Beberapa minggu lalu ada tujuh orang Lansia dengan berat hati tidak bisa diterima karena ketersediaan kamar yang sudah penuh.

Editor: Metta Wulandari

Artikel Terkait

Sebuah Ikhtiar Agar Trisya Dapat Mendengar

Sebuah Ikhtiar Agar Trisya Dapat Mendengar

09 Agustus 2023

Bagi orang tua Diandra Batrisya (5), mendapat bantuan biaya implant koklea dari Tzu Chi Indonesia merupakan pertolongan yang besar. Apalagi bantuan itu tak hanya untuk satu telinga, melainkan dua-duanya.

Kunjungan Kasih Untuk Opa dan Oma

Kunjungan Kasih Untuk Opa dan Oma

05 Februari 2016

Kunjungan ke Panti Sahabat Baru merupakan kegiatan rutin satu bulan sekali yang dilakukan relawan, sehingga terjalin keakraban antara relawan dan opa oma.

Saya Sayang Mama

Saya Sayang Mama

05 Juni 2014 Bertepatan dengan Hari Ibu internasional yang jatuh pada bulan Mei ini, maka pada tanggal 18 Mei 2014, tim amal Tzu Chi  He Qi Barat mengadakan kegiatan kunjungan kasih pasien kasus dengan mengambil tema “Hari Ibu”. Sebanyak 72 peserta yang  terdiri dari relawan dan peserta umum hadir di   Aula lantai 4 Gedung Sekolah Cinta Kasih, Cengkareng.
Orang yang mau mengaku salah dan memperbaikinya dengan rendah hati, akan mampu meningkatkan kebijaksanaannya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -