Respon Cepat dan Uluran Tangan untuk Korban Banjir Bandang Garut

Jurnalis : M. Galvan (Tzu Chi Bandung), Fotografer : M. Galvan (Tzu Chi Bandung)

Relawan Tzu Chi memberikan uang satunan kepada keluarga yang menjadi korban jiwa akibat dari peristiwa banjir bandang di Garut.

Relawan Tzu Chi memberikan uang satunan kepada keluarga yang menjadi korban jiwa akibat dari peristiwa banjir bandang di Garut.

Bencana alam terjadi silih berganti di berbagai belahan dunia, tak terkecuali Indonesia. Yang terbaru, banjir bandang yang menerjang Garut, Jawa Barat pada 20 September 2016. Banjir bandang pada pukul 23.00 WIB itu menerjang tujuh Kecamatan, yakni Bayongbong, Tarogong Kaler, Banyuresmi, Karangpawitan, Garut Kota, Tarogong Kidul, dan Cibatu. 

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Garut menyebut jumlah korban meninggal dunia akibat banjir tersebut mencapai lebih dari 23 orang, sementara 20 orang lebih dinyatakan hilang dan puluhan orang mengalami luka-luka. Sebanyak 57 rumah terseret arus dan 600 rumah terendam lumpur setinggi 30 centimeter. Akibat peristiwa ini sebanyak 700 lebih warga harus mengungsi.

Banjir bandang ini disebabkan tingginya curah hujan yang membuat debit air di Sungai Cimanuk dan Sungai Cikamuri meluap. Ketinggian banjir sendiri mencapai 1,5 hingga 2 meter. Beberapa fasilitas umum mengalami kerusakan akibat bajir ini, seperti Rumah Sakit, sekolah, dan kantor polisi.

Relawan Tzu Chi, Rachman Syahbana menandatangani berkas serah terima bantuan Tzu Chi. Bantuan ini merupakan bantuan gelombang pertama bagi para korban bencana.

Relawan Tzu Chi, Rachman Syahbana menandatangani berkas serah terima bantuan Tzu Chi. Bantuan ini merupakan bantuan gelombang pertama bagi para korban bencana.

Relawan Tzu Chi sedang menurunkan bantuan bagi korban bencana banjir bandang di Garut, bantuan ini diserahkan langsung ke posko utama bantuan di KODIM 0611/Garut.

Relawan Tzu Chi sedang menurunkan bantuan bagi korban bencana banjir bandang di Garut, bantuan ini diserahkan langsung ke posko utama bantuan di KODIM 0611/Garut.

Hingga saat ini tim evakuasi dari Basarnas, BPBD Garut dan SAR dibantu oleh Polisi, TNI, serta relawan masih mencari korban yang dinyatakan hilang. Tim evakuasi menyusuri Sungai Cimanuk dan Sungai Cikamuri hingga Sumedang. Komandan Distrik Militer 06/11 Garut, Letkol Arm Setyo Hani Susanto menjelaskan, malam itu juga saat kejadian, baik dari TNI, Polisi serta instansi lainnya langsung bergerak untuk mengevakuasi korban.

“Karena malam itu cukup menimbulkan situasi yang sangat genting. Kami mengerahkan tujuh perahu karet, sembilan ambulan dan beberapa truk satuan dari beberapa batalion kita kerahkan. Setelah itu, kita dirikan posko utama di MAKODIM (Markas Komando Distrik Militer) sebagai media center, kemudian posko pengungsi dipusatkan di aula MAKOREM 062 (Markas Komando Resort Militer),” kata Letkol Arm Setyo Hani Susanto.

Adapun korban yang meninggal dunia dan luka-luka, tambah Setyo, dibawa langsung ke Rumah Sakit Guntur Garut. “Dan sampai saat ini para pengungsi yang berpusat di MAKOREM sudah berangsur-angsur berkurang.  Mungkin karena banyaknya warga yang ingin mengetahui serta berbenah tempat tinggalnya akibat banjir bandang,” tambahnya.

Mengetahui bencana tersebut, Yayasan Buddha Tzu Chi Bandung langsung menuju lokasi pada tanggal 21-22 September untuk memberikan bantuan bagi para korban. Bantuan itu berupa baju layak pakai, terpal, air mineral, minyak kayu putih, biskuit dan uang santunan bagi keluarga korban jiwa. Roselyn N Tirta, salah seorang relawan Tzu Chi menjelaskan, bantuan diberikan langsung oleh para relawan Tzu Chi ke posko utama penerima bantuan di Komando Distri Militer (KODIM) 0611/Garut di Jalan Veteran No 1, Garut. “Memang bencana tidak bisa diprediksi. Banjir bandang di Garut ini mengingatkan kita semua untuk lebih peduli terhadap lingkungan. Dan kami relawan Tzu Chi bersyukur bisa membantu para korban bencana ini,”  ucap Roselyn.

Relawan Tzu Chi, Roselyn N Tirta berinteraksi langsung dengan para pengungsi korban banjir bandang, di MAKOREM 062, Garut.

Sejak Kamis, 22 September 2016, sebagian pengungsi asal Desa Sukakarya, Kecamatan Tarogong Kidul, telah kembali untuk membersihkan rumahnya masing-masing.

Kehadiran relawan Tzu Chi disambut baik warga yang mengungsi di posko utama MAKOREM 062. Para relawan memberikan dukungan dan menenangkan hati para pengungsi agar bersabar dalam menghadapi cobaan yang baru saja menimpa mereka.

Noyani (54 tahun), seorang ibu asuh dan pengelola sekolah luar biasa di Kecamatan Tarogong Kidul yang juga menjadi salah seorang pengungsi merasa sangat terharu dengan dukungan yang diberikan para relawan. “Buat saya, perhatian yang ditunjukan oleh para relawan Tzu Chi ini luar biasa. Para relawan berbaur dengan kami para pengungsi,” ujarnya.  

Noyani tak bisa melupakan bagaimana detik-detik ketika air masuk ke gedung, mengingat yayasan yang dikelola tersebut merupakan yayasan bagi penyandang anak-anak tunanetra dan disabilitas. “Malam itu, saya sama bapak sedang duduk-duduk di ruangan tengah, sementara anak-anak berada di kamar masing-masing. Sekitar pukul 22.15 WIB tiba-tiba ada air masuk dari kantor yayasan. Awalnya semata kaki, lalu lambat laun airnya naik sampai lutut orang dewasa. Tak lama kemudian airnya sudah memenuhi yayasan. Ketika saya ke belakang saya lihat airnya deras sekali dan banyak warga yang berteriak meminta tolong,” kata Noyani.

Seketika, Ia bersama suami serta salah satu guru bergegas menyelamatkan anak-anak asuhnya ke tempat yang lebih aman. Ketika sedang menyelamatkan anak-anak, ia tidak sadar air telah mencapai satu meter lebih atau se-ukuran dada orang dewasa. Rasa panik pun menyelimuti Noyani dan seorang guru tunanetra. Ia bersama enam anak asuhnya hampir terseret arus air, namun mereka tertahan oleh tembok gedung. Merasa jiwanya terancam, Ia dengan sekuat tenaga melawan arus air sambil berpegangan dengan sebuah kayu balok. Anak-anak asuhnya pun berpegang erat kepada Noyani dan dibantu oleh seorang guru. Ia pun bersyukur ketika sampai ke jalan raya di mana lokasi tersebut tepat di atas permukaan air yang mengalir deras. Satu jam kemudian Ia menyaksikan desanya telah terendam oleh air dengan ketinggian lebih dari dua meter.

“Sebetulnya ada 25 anak di panti namun sebagian sedang ada perlombaan LKS di Bandung, dan sisanya ada di yayasan. Lalu setelah merasa aman, saya berteriak minta tolong. Saya mengira hanya saya dan di yayasan saja yang mengalami kejadian seperti ini, begitu saya lihat sekitar ternyata sudah banyak orang di jalan yang juga berteriak meminta tolong," lanjut Noyani.

Tak lama kemudian datanglah warga sekitar dan juga beberapa anggota kepolisian. Ia dan anak-anak panti kemudian berteduh di warung nasi goreng. Sementara anak-anak panti terus menggigil kedinginan karena hujan masih mengguyur dengan deras. Baru satu jam kemudian bantuan dari polisi dan tentara datang. “Dan kami semua dibawa ke sini (MAKOREM 062). Terima kasih kepada ibu-ibu ini (relawan Tzu Chi) yang sudah memberi makanan dan memperhatikan anak-anak kami. Terima kasih mudah-mudah kebaikan ini dibalas oleh Tuhan,” pungkas Noyani.


Artikel Terkait

Respon Cepat dan Uluran Tangan untuk Korban Banjir Bandang Garut

Respon Cepat dan Uluran Tangan untuk Korban Banjir Bandang Garut

23 September 2016
Duka masih menyelimuti warga Garut Jawa Barat yang dilanda banjir bandang pada 21 September 2016. Relawan Tzu Chi langsung bergerak ke lokasi untuk memberikan bantuan dan juga perhatian bagi para korban.
Jangan takut terlambat, yang seharusnya ditakuti adalah hanya diam di tempat.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -