Reuse
Jurnalis : Marco Djukin (He Qi Barat), Fotografer : Merry Christine (He Qi Barat)Sedari dini, relawan cilik Tzu Shao (Kelas Budi Pekerti) telah ditanamkan arti penting pelestarian lingkungan
Pepatah mengatakan, bila ada niat dan tekad segala rintangan pasti dapat dilalui, hal ini yang ditunjukan relawan cilik Tzu Shao (kelas Budi Pekerti usia 8-15 tahun) unit SMP Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng, Jakarta Barat pada Minggu pagi, 8 Februari 2015. Meskipun saat itu hujan turun sangat lebat, tetapi tidak menyurutkan langkah relawan cilik Tzu Shao untuk mengikuti kelas bimbingan budi pekerti.
Terdapat 77 Tzu Shao yang didampingi oleh 22 orang guru pembimbing, dimana mereka adalah murid-murid dari kelas 7 sampai kelas 9 SMP Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng. Tema pembelajaran kali itu adalah mengenai Pelestarian Lingkungan (Huan Bao), yang merupakan salah satu dari Misi Tzu Chi. Di Pembelajaran tersebut relawan cilik tidak hanya diajarkan pelajaran yang bersifat akademis saja tetapi bagaimana cara menjaga lingkungan, apa saja tindakan yang dapat merusak lingkungan, dan banyak hal pembelajaran hidup. Selanjutnya, relawan cilik Tzu Shao dibagi menjadi 10 kelompok, dimana setiap kelompok terdapat 1 guru yang menjadi mentor pembimbing.
Tanpa takut akan kotor atau jijik, para relawan cilik memilah barang-barang daur ulang sesuai jenis dan warnanya
Video Kilas Balik Tzu Chi
Pagi itu pelajaran dimulai dengan bercerita bagaimana membuat 5 kebajikan dalam 1 hari, dimana 5 kebajikan ini : bervegetarian, hemat air, membawa peralatan makan sendiri (agar tidak menciptakan sampah), hemat listrik, dan berjalan kaki (menghemat bahan bakar dan pengeluaran). Suatu hal kecil namun berdampak besar dalam keberlangsungan bumi ini. Setelah sesi materi, relawan daur ulang mengajak relawan cilik Tzu Shao berkunjung sekaligus memilah di Depo Pelestarian Lingkungan Tzu Chi yang bertempat di kawasan Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng. Sesampainya di depo, mereka disambut hangat oleh para relawan daur ulang dan dibagi menjadi 3 grup yaitu : grup pemilahan plastik dan kaleng, grup pemilahan kertas, dan grup kreasi kerajinan tangan.
Terlihat sekali antusias relawan Tzu Shao dalam kegiatan itu. Gelak tawa bahagia terpancar dari wajah mereka. Tidak ada kesan takut akan bau, jorok, dan jijik dalam memilah sampah daur ulang. Antusias bahagia terpancar dari Vallen Aulia Joesan, murid kelas 7D, ia tergabung dalam grup kreasi kerajinan tangan. Vallen begitu semangat dan serius mengikuti petunjuk seorang relawan daur ulang yang mengajarkan kreasi bunga dari kertas krepp yang dapat digunakan untuk menghias botol bekas dan toples kue. Ternyata kegiatan pelestarian lingkungan ini merupakan kegiatan pertama yang diikuti Vallen dalam kelas Tzu Shao. Vallen dan kelompoknya dengan seksama mendengarkan, melihat, dan membuat bunga sebagai hiasan. Ternyata hal itu membuka wawasan Vallen dan teman-temannya, tidak menyangka barang yang mungkin tidak berguna lagi ternyata bisa diubah menjadi sesuatu yang berguna. Setelah dikreasikan dia baru mengetahui bagaimana botol kaca bekas minuman sirup bisa disulap menjadi vas bunga hanya dengan kertas krepp saja. “Senang banget dapat mengetahui kerajinan tangan ini. Misalnya ada barang bekas yang ada di rumah jangan dibuang bisa dibikin sejenis pot bunga atau kreasi lain”, ucap Vallen. Ternyata dari satu ide kecil, Vallen dan teman-teman Tzu Shao grupnya mendapat satu pengetahuan baru bagaimana menghargai usia barang.
Selain memilah, relawan cilik juga diajarkan untuk berkreasi untuk membuat (reuse) barang kreatif dari barang daur ulang
Ide kreasi barang daur ulang ini dibawakan oleh Ramdan Mangunpraja yang biasa disapa Radja. Radja merupakan PIC dari kegiatan pelestarian lingkungan ini. Ia bergabung di Tzu Chi sejak Mei 2014. Kekaguman pada misi pelestarian lingkungan sangat menonjol dalam dirinya. Radja mengenalkan bahwa salah satu bagian dari pelestarian lingkungan adalah Reuse (mengunakan kembali), dimana memanfaatkan barang bekas yang ada di sekitar menjadi berdaya guna. “Banyak barang yang dibuang tetapi sebenarnya bisa dipakai lagi, kita gunakan lagi untuk dibuat sesuatu hal yang berguna dan bagus dan tidak terlihat seperti barang bekas”, ujar Radja. Kreatifitas ini sudah menjadi hobi Radja sebelum bergabung dengan Tzu Chi. “Barang yang dijual ditoko buku kayaknya sederhana, tapi kok mahal yah”, kenang Radja. Hal ini yang menjadikan rasa ingin tahunya muncul. Melalui video tutorial di youtube ia mengasah kreatifitasnya dan membagikannya kepada para relawan di Tzu Chi. Radja pun berharap, “Sudah bagus kegiatan Pelestarian Lingkungan Tzu Chi dimana ada pemilahan sampah, pengennya beranjak ke hal yang lebih besar lagi maksudnya membuat kreatifitas. Dimana merangsang kreatifitas kita dan nilai jual yang dihasilkan lebih besar”.
Murid-murid Tzu Shao bersemangat mengikuti kegiatan daur ulang ini
Melalui kegiatan Pelestarian Lingkungan hari itu, kita menjadi tahu, bahwa kegiatan ini bukan hanya memilah sampah daur ulang, mengelompokannya menjadi jenis-jenis tertentu. Tetapi kita juga dapat memanfaatkan barang yang di sekitar kita, menjadi barang yang berdaya nilai jual. Melalui sedikit kreatifitas kita dapat merubah sesuatu yang sudah tidak terpakai menjadi sesuatu yang lebih baik dan berdaya nilai jual. Perlu diketahui bahwa setiap penjualan dari pemilihan barang daur ulang Tzu Chi merupakan pemasukan misi amal Tzu Chi. Semoga dengan pengetahuan tentang Reuse ini dapat menjadikan kita dengan bijaksana memanfatkan barang yang sudah tidak terpakai lagi.
“Kita harus berterimakasih dan menghargai bumi yang telah menyediakan tempat tinggal dan sumber daya bagi kita”
Kata perenungan Master Cheng Yen