Rumah Baru, Harapan Baru
Jurnalis : Sucipta Nio (He Qi Timur), Fotografer : Sucipta Nio (He Qi Timur)
|
| ||
Kami mengunjungi rumah yang pertama, yaitu rumah Bapak Suhendra, Penyerahan kunci dilakukan oleh Johan Shixiong. Bapak Suhendra bekerja sebagai security, yang sudah menempati rumah ini sejak tahun 2010. Namun kondisi yang dialami seringkali kebanjiran, bocor dan boleh dibilang tidak layak huni. Namun berkat acara bebenah kampung, dalam dua bulan rumah Bapak Suhendra sudah layak huni. Rumah kedua adalah, Ibu Darsiwen yang di dalam rumah terdiri dari 9 kepala keluarga yang berjumlah sekitar 20 penghuni. Awalnya rumah ini lebih rendah dari jalan. Sering kebanjiran dan bocor. Apalagi jika musim penghujan tiba. Sudah tentu menjadi langganan banjir. Namun sekarang berkat acara Tzu Chi, Ibu Darsiwen sudah bisa menikmati rumah layak huni yang tidak lagi banjir. Rumah ketiga, Ibu Jaiah (65) adalah seorang janda dan tulang punggung keluarga. Kondisi rumahnya sendiri sebelumnya tidak jauh berbeda dengan yang lainnya. Kebanjiran dan juga bocor. Sekarang Ibu Darsiwen tidak lagi kebanjiran. Ibu Darsiwen sendiri sempat meneteskan air mata dan tidak percaya bahwa rumahnya sudah menjadi baru. Sungguh terpancar kebahagiaan dalam raut wajahnya.
Keterangan :
Rumah keempat, adalah Ibu Sutinah (65) yang bekerja sebagai tukang sampah. Ia adalah seorang janda dan tulang punggung keluarga. Ibu sutinah sehari-hari dibantu oleh anaknya, yang bernama Jayadi, yang bekerja sebagai tukang ojeg. Kondisi rumah yang seringkali kebanjiran dan bocor dikala hujan turun, seakan menjadi hal yang biasa bagi mereka. Namun, sekarang mereka bisa merasakan kenyamanan sebagaimana layaknya rumah yang sebenarnya. Ibu Sutinah bahkan awalnya hanya terdiam mematung di depan pintu rumah, ketika kami mempersilahkan beliau untuk membuka rumah barunya. Ibu Sutinah tampak begitu terharu, tidak hentinya beliau menangis dan mengucapkan terimakasih kepada Tzu Chi. Rumah terakhir adalah rumah Ibu Siti Rohimah (48), seorang kuli cuci. Dulu sering kebanjiran, dan bocor. Kehidupannya tidaklah mudah. Ketika rumahnya belum dibenahi oleh Tzu Chi, Ibu Sutinah selalu menimbun sendiri tanah di rumahnya hingga pukul 01.00 WIB. Suaminya sudah tiada sejak 7 tahun silam. Disusul salah satu anaknya juga meninggal. Keadaan ini membuat ia merasa kesepian. Ibu Siti Rohimah sendiri akhirnya mengangkat anak asuh. Di dalam kekurangan yang ia rasakan. Ia masih mau berbagi dan mengangkat anak. Bukankah itu namanya mulia? Hal tersebut membuat kami semua terenyuh dan merasakan sebuah kebijaksanaan dan kemuliaan seorang Ibu. Seperti halnya kata perenungan Master Cheng Yen “Jangan menganggap enteng perbuatan baik sekecil apapun, karena bila terhimpun menjadi satu merupakan bantuan yang berharga dan bermanfaat bagi orang lain.” | |||
Artikel Terkait

Jangan Menunda Lagi
07 Oktober 2011 Selain misi budaya humanis, penggalangan dana dan pelestarian lingkungan Tzu Chi, para peserta juga diajarkan mengenai pertobatan. Bertobat itu sendiri lebih diartikan bagaimana kita menyadari dan memperbaiki kesalahan kita. Kesalahan yang besar mungkin dapat kita perbaiki, tetapi sebuah kebiasaan buruk sangatlah susah untuk dihentikan.
Mutiara Kehidupan
16 Februari 2011 Mutiara kecil ini bernama Lionel Fernando yang lahir pada 14 Juni 2010. Sejak lahir Lionel sudah mengalami kelainan di ususnya hingga harus dilakukan operasi pembuangan sebagian usus. Sejak dilakukan operasi tanggal 18 Agustus 2010, Lionel sudah beberapa kali harus kembali dirawat di rumah sakit._edt.jpg)
Sembako untuk Lansia dan Wakaf 100 Al-Qur’an
10 Mei 2023Relawan Tzu Chi Sinar Mas Xie Li Downstream Marunda menyalurkan paket sembako untuk lansia dan memberikan wakaf 100 Al Quran untuk empat masjid di sekitar operasional PT SMART Tbk unit Marunda pada Kamis 27 April 2023.