Rumah Baru untuk Keluarga Srinah
Jurnalis : Indira, Fotografer : Teddy Lianto
|
| ||
Ia adalah Srinah, istri dari Dadang Subardan, salah satu keluarga korban kebakaran di Jalan Lautze Dalam. Kebakaran yang melahap habis rumahnya pada 7 Februari 2012 lalu membuat Srinah beserta keluarga harus kehilangan tempat tinggal. Sang suami yang terkena pemutusan hubungan kerja beberapa hari setelah musibah naas itu terjadi membuat luka di hati para anggota keluarga mereka menjadi semakin dalam. Srinah sendiri yang sebelumnya menambah penghasilan keluarga dengan menjual kolak kehilangan mata pencahariannya dikarenakan seluruh alat masaknya habis terbakar.
Keterangan :
Segumpal kabut tebal seolah dalam waktu singkat datang menyelimuti kehidupan keluarga Srinah. Namun seketika gumpalan kabut itu sirna ketika uluran tangan dari para relawan Tzu Chi menghampirinya. Srinah dan keluarga mendapat bantuan berupa Bebenah Kampung- pembangunan kembali rumah korban kebakaran. Setelah melewati proses survei oleh para relawan dan dinyatakan memenuhi persyaratan, pembangunan kembali rumah keluarga Srinah siap dimulai. Selama dua bulan lamanya pembangunan berjalan. Dan pada hari ini, tanggal 1 Agustus 2012, di bawah sinaran matahari yang hangat, keluarga Srinah menjadi salah satu dari enam keluarga yang melakukan prosesi serah terima kunci rumah Program Bebenah Kampung untuk Korban Kebakaran. Rumah mereka telah usai dibangun, penghidupan yang lebih layak telah menanti.
Keterangan :
Acara serah terima ini diwakili oleh Kaw Meng Goei Lie Shixiong, relawan komite Tzu Chi. Dalam penyerahan kunci rumah yang telah usai pembangunannya itu, Kaw Meng Goei Lie Shixiongmengajak para anggota keluarga penerima bantuan untuk ikut menanamkan bibit kebajikan dengan melatih diri untuk bersumbangsih menjadi donatur melalui celengan bambu. Program Bebenah Kampung ini diselenggarakan dengan harapan mereka yang hidupnya kesulitan dan menderita dapat mengalami perubahan serta menikmati penghidupan yang lebih baik. Keluarga Srinah merupakan keluarga yang memiliki potensi besar dalam hal ini. Meskipun mengalami situasi seperti yang digambarkan salah satu peribahasa Indonesia, “Sudah jatuh tertimpa tangga”, keluarga Subardan tidak pernah menyerah dalam menghadapi cobaan. Srinah masih terus dengan giatnya berdagang kolak di tenda pengungsian yang disediakan untuk mereka pasca rumah mereka dibangun kembali. Omset penjualannya tidaklah tergolong kecil, apalagi di masa bulan puasa seperti sekarang. Selain giat dan bersungguh – sungguh dalam menjalani kehidupan yang penuh cobaan ini, keluarga Srinah juga memiliki hati yang lapang dan tidak pesimis apalagi jatuh mentalnya. Adalah ketegaran dan kesungguhan hati yang membuat keluarga Srinah bertahan melawan badai dalam kehidupan mereka. Setelah badai telah berlalu dan segalanya tampak mulai membaik secara perlahan, keluarganya pun dengan tegas menyatakan bahwa mereka bersedia mendanakan sebagian kecil dari yang mereka miliki untuk membantu sesama. Inilah cita – cita mulia yang selalu diharapkan terwujud dalam setiap penguluran tangan kepada mereka yang membutuhkan. Seperti yang terucap dengan indah oleh Master Cheng Yen, “Hendaknya setiap orang bisa menyadari berkah yang dimilikinya, serta bisa menghargai dan menciptakan kembali berkah tersebut.” |
| ||
Artikel Terkait
Wujud Cinta Kasih
22 Maret 2012 Pada tanggal 16-18 Maret 2012, Tzu Chi Kantor Perwakilan Batam mengadakan Bakti Sosial Kesehatan yang memberikan bantuan berupa operasi katarak, benjolan, bibir sumbing dan hernia.Cerita Pulang ke Kampung Halaman Batin
18 Oktober 2016Tzu Chi Menjajaki Mitra Strategis Dalam SDGs
28 Februari 2018Kemitraan Habitat dan Direktorat Jenderal Cipta Karya Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) dari Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat melakukan kunjungan ke kantor pusat Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia pada Selasa (27/02/2018).