Rumah Insan Tzu Chi Indonesia

Jurnalis : Metta Wulandari, Fotografer : Anand Yahya, Kurniawan (He Qi Timur), Ridwan Wu (He Qi Utara)
 
 

foto
Sekitar 2.000 pasang mata menyaksikan ceramah Master Cheng Yen secara live (langsung) dalam rangkaian kegiatan peresmian Jing Si Tang, Minggu, 7 oktober 2012.

Gedung megah tempat pembinaan diri telah berdiri di sudut kota Jakarta. Pagi itu, Minggu 7 Oktober 2012, ribuan pasang mata menjadi saksi diresmikannya rumah baru insan Tzu Chi Indonesia. Hari yang telah ditunggu-tunggu oleh insan Tzu Chi di seluruh Indonesia akhirnya datang juga dan senyuman bahagia tampak terpancar dari wajah-wajah setiap relawan yang menyambut acara peresmian.

 

 

Pagi hari ini merupakan pagi yang istimewa karena rangkaian kegiatan peresmian Jing Si Tang akan segera dilakukan. Dimulai dari jam 5 pagi, sekitar 2.000 relawan berkumpul di Jiang Jing Tang untuk ikut mendengarkan ceramah Master Cheng Yen secara live (langsung). Dalam ceramah beliau, Master Cheng Yen merasa terharu dengan apa yang telah dilakukan oleh Tzu Chi Indonesia selama 19 tahun terakhir, namun Master Cheng Yen juga tetap mengingatkan bahwa insan Tzu Chi Indonesia harus tetap memegang teguh janji untuk menyebarkan bibit cinta kasih hingga ke pelosok nusantara.

Mendaki Gunung Sumeru
Berselang beberapa menit kemudian, para relawan kemudian di arahkan menuju lapangan untuk melakukan prosesi memasuki rumah baru. Diawali dengan tabuhan genderang berkah yang mengalun kurang lebih 2 menit, relawan dengan khidmat menenangkan diri dan bersiap “Mendaki Gunung Sumeru” (http://www.tzuchi.or.id/view_berita.php?id=3138&misi=Kebudayaan).

Beberapa saat setelah genderang berkah berkumandang, musik mulai menghentak, mengalun dengan ketukan keras, semangat para relawan seakan kembali disulut dengan kobaran semangat Bhiksu Jian Zhen yang tercermin dalam lagu “Xing Yuan” (Menjalankan Ikrar).

foto  foto

Keterangan :

  • Relawan yang telah terbagi menjadi beberapa kelompok berjalan secara serentak dan bersamaan menuju pintu tembaga yang berada di lantai 2 Aula Jing Si Indonesia(kiri).
  • Dengan mengucapkan He Xin, He Qi, Hu Ai, Xie Li, keempat pintu tembaga didorong dan akhirnya terbuka. Inilah prosesi memasuki rumah rumah baru yang dilakukan oleh insan Tzu Chi (kanan).

Tim yang telah dibagi menjadi empat kelompok berbaris menempati tempat yang telah diatur oleh panitia. Dua barisan disisi samping pelataran dan dua lainnya di tengah pelataran Jing Si Tang. Relawan yang telah terbagi menjadi beberapa kelompok tersebut berjalan secara serentak dan bersamaan menuju pintu tembaga yang berada di lantai 2 Aula Jing Si. Sesi ini dinamakan sebagai sesi mendaki Gunung Sumeru. “Relawan yang telah diatur dalam barisan dan ditempatkan di berbagai pos akan berjalan dengan diiringi lagu Xing Yuan. Relawan berdatangan dari berbagai arah sehingga seperti ingin menyerbu satu titik, ini kita namakan sesi mendaki Gunung Sumeru. Ceritanya pasukan semut dari berbagai arah menuju ke satu tempat,” ujar Elvy dalam breefing yang dilakukan saat gladi resik beberapa hari sebelumnya.

Melihat semangat dan ketulusan hati para relawan dalam negeri maupun luar negeri, Master Cheng Yen yang masih menyaksikan prosesi secara live kembali memberikan ucapan terima kasih dan beliau merasa gembira. “Walaupun saya tidak sedang berada di tengah-tengah kalian, tetapi hati saya bersama kalian. Restu yang begitu mendalam juga saya berikan pada kalian semua. Terima kasih..,” ucap Master Cheng Yen yang disambut dengan lambaian tangan para insan Tzu Chi. Perasaan haru begitu lekat terasa saat Master Cheng Yen juga melambaikan tangan dan tersenyum bahagia. “Jangan bilang saya tidak menghadiri acara kalian ya…, karena saya sekarang berada di hadapan kalian. Kami semua di sini (Taiwan) selalu mendoakan kalian,” tambah Master Cheng Yen. Ucapan “Gan En Shang Ren..” terdengar begitu merdu karena diucapkan dengan hati yang tulus oleh para relawan. Dengan mengucapkan He Xin, He Qi, Hu Ai, Xie Li, keempat pintu tembaga didorong dan akhirnya terbuka. Inilah prosesi memasuki rumah rumah baru yang dilakukan oleh insan Tzu Chi.

Menjadi Contoh Baik
Bertempat di Jiang Jing Tang, ribuan tamu undangan satu per satu datang guna menyaksikan prosesi peresmian Jing Si Tang. Hampir sebanyak 5.000 tamu hadir pada hari itu. Tamu-tamu luar negeri terdiri dari insan Tzu Chi Taiwan, Tiongkok, Amerika, Jepang, Tailand, Malaysia, Singapura, dan Filipina. Sebelum memasuki acara peresmian, para undangan terlebih dahulu menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya.

Sebanyak 21 orang perwakilan dari pemerintah dan juga perwakilan dari Tzu Chi maju menabuh genderang selama 2 menit sebagai tanda diresmikannya Aula Jing Si. Tepuk tangan kemudian berbaur menderu dengan bunyi genderang, senyuman bahkan tawa gembira tergurat pada setiap wajah para tamu dan seluruh hadirin yang datang.

foto  foto

Keterangan :

  • Menko Kesra Agung Laksono menyatakan bahwa Tzu Chi sungguh luar biasa karena membangun gedung yang begitu megah bukan untuk kepentingan komersialisme, melainkan untuk kemanusiaan (kiri).
  • Yenny Wahid yang merupakan putri dari alm. Gusdur mengungkapkan bahwa Tzu Chi merupakan teladan, dan dirinya juga mengaku bahwa Tzu Chi merupakan tempat belajar yang baik (kanan).

Perwakilan tuan rumah Tzu Chi Indonesia, Liu Su Mei, Sugianto Kusuma, dan Franky O. Wijaya dalam sambutannya mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah hadir, baik dari pihak pemerintahan yang selama ini telah memberikan dukungan kepada Yayasan Buddha Tzu Chi untuk dapat berkembang di Indonesia dan juga pada segenap relawan, masyarakat, donatur dan banyak pihak lainnya yang tak dapat disebutkan satu per satu yang telah bersumbangsih bagi Tzu Chi hingga perjalanannya selama 19 tahun di Indonesia. "Gan en da jia...."

Di antara para hadirin, hadir pula Menko Kesra Agung Laksono yang juga memberikan sambutan, dan mengatakan bahwa sungguh luar biasa karena peresmian gedung ini merupakan peresmian gedung yang digunakan untuk kemanusiaan dan bukan untuk komersialisme belaka. “Saya mengucapkan selamat atas berdirinya aula yang begitu megah ini sebagai pusat kegiatan Tzu Chi Indonesia. biasanya kalau tokoh-tokoh pengusaha lebih banyak meresmikan suatu hal yang komersial seperti pusat perbelanjaan atau perumahan real estate, tapi yang ini beda, karena para pengusaha ini meresmikan sebuah gedung yang ditujukan untuk kemanusiaan, ini sungguh luar biasa.”

Selain para menteri, hadir pula putri dari Alm. KH. Abdurahman Wahid (Gus Dur), Yenny Wahid. Yenny mengungkapkan bahwa Tzu Chi merupakan teladan, dan dirinya juga mengaku bahwa Tzu Chi merupakan tempat belajar yang baik. “Bagus sekali karena bangsa kita ini sekarang sedang kekeringan secara moralitas, sedang mengalami kekeringan secara jiwanya, sehingga kita butuh inspirasi-inspirasi baru yang mendorong masyarakat untuk saling berbagi, saling menolong, bahkan demi kepentingan satu sama lain, bukan demi kepentingan diri sendiri saja,” kata Yenny.

Yenny yang mengenakan kerudung berwarna putih ini memang tampak mencolok di tengah-tengah tamu undangan lainnya. “Jadi saya sangat mengapresiasi, saya sangat senang sekali. Saya sangat terinspirasi dengan Tzu Chi di Indonesia. Saya sendiri belajar banyak dari Tzu Chi bahwa Tzu Chi menolong orang tidak melihat latar belakang, mau agamanya apa, kalo sedang susah pasti akan ditolong. Ajaran seperti itu juga yang saya pelajari dari ayah saya, jadi sangat cocok, ajaran yang diajarkan oleh Buddha Tzu Chi maupun yang selama ini saya dapat dari ayah saya, itu sama. Menolong orang tanpa melihat latar belakangnya, agama, suku, kelompoknya, kaya atau miskin tetap harus ditolong. Semoga bisa lebih banyak lagi menginspirasi orang lain. Membuka hati  orang lain, sehingga makin banyak orang-orang yang bisa berpikir seperti para relawan Buddha Tzu Chi yaitu menolong orang lain lebih banyak lagi,” tegasnya.

Ketua Misi Kesehatan Tzu Chi, Lin Jung Long juga memberikan pesan pada Tzu Chi Indonesia agar tetap menyebarkan cinta kasihnya pada seluruh pelosok negeri hingga dapat menjadi contoh. “Kami merasa diberkati karena Aula Jing Si Tzu Chi Indonesia dapat menjalankan fungsinya dengan cepat, maka bisa menyambut lebih banyak lagi para Bodhisatwa. Kami menyebutnya ‘Pendaftaran Besar Bodhisatwa’. Di Indonesia dapat didirikan ‘Empat Misi Besar’, yaitu sumbangsih, pengobatan, pendidikan, dan budaya kemanusiaan. ‘Empat Misi Besar’ selain dapat dikembangkan hingga setiap sudut di Indonesia, juga bisa sampai seluruh dunia dapat melihat Tzu Chi Indonesia, sampai seluruh dunia dapat belajar dari Tzu Chi Indonesia sebagai contoh.”

  
 

Artikel Terkait

Memberikan Perhatian Warga Filipina

Memberikan Perhatian Warga Filipina

11 Desember 2013 Melihat kondisi memprihatinkan ini, insan Tzu Chi Indonesia turut bergerak merapatkan barisan memberikan sentuhan perhatian kepada warga korban bencana Topan Haiyan.
Suara Kasih: Mengurangi Nafsu Keinginan

Suara Kasih: Mengurangi Nafsu Keinginan

26 April 2012 Lihatlah sebuah keluarga di Singapura yang terdiri atas tiga orang lansia. Jika usia ketiga lansia ini dijumlahkan, maka usia mereka telah lebih dari 230 tahun. Ketiga kakak beradik ini hidup saling bergantungan. Insan Tzu Chi berkeinginan untuk membantu mereka, namun mereka merasa sangat puas dengan kehidupannya sekarang.
Gathering Komite 2024: Menjadi Penerang untuk Memperlebar Jalan Kebajikan

Gathering Komite 2024: Menjadi Penerang untuk Memperlebar Jalan Kebajikan

30 Juli 2024

Gathering ini berisi sharing tentang berbagai kegiatan yang umum dilakukan di Tzu Chi, namun karena terbalut cinta kasih yang begitu tulus, apa yang mereka lakukan menjadi mengagumkan untuk menginspirasi relawan lainnya.

Walau berada di pihak yang benar, hendaknya tetap bersikap ramah dan bisa memaafkan orang lain.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -