Rumah Sakit adalah Ladang Pelatihan Boddhisatwa
Jurnalis : Suyanti Samad (He Qi Timur), Fotografer : Suyanti Samad (He Qi Timur)Pada Minggu, 7 Maret 2021 diadakan kegiatan training ke-7 relawan pemerhati rumah sakit Tzu Chi Hospital Indonesia melalui aplikasi Zoom dengan pembicara Qiao Li Hua, Sekretaris Kepala Tzu Chi Hospital di Taipei yang diikuti 755 peserta.
“Apa kriteria rumah sakit yang baik?” Pertanyaan pertama yang dilontarkan Qiao Li Hua kepada 755 peserta melalui aplikasi Zoom pada 7 Maret 2021 dalam kegiatan training ke-7 relawan pemerhati rumah sakit.
Secara umum, rumah sakit di belahan dunia manapun, apabila sudah memiliki studi, penelitian dan penanganan klinis, maka rumah sakit tersebut sudah disebut rumah sakit yang baik. Karena dengan mengajarkan keterampilan dan penelitian, maka rumah sakit bisa meningkatkan efisiensi. Demikian juga dengan penanganan klinis. “Rumah sakit yang Master Cheng Yen harapkan adalah rumah sakit yang menerapkan budaya humanis dalam studi, penelitian, penanganan klinis, dan lainnya sehingga potensi bajik bisa tergali,” jelas Qiao Li Hua, Sekretaris Kepala Tzu Chi Hospital di Taipei yang telah mengabdi selama 15 tahun.
Master Cheng Yen berkata bahawa Tzu Chi Hospital bagaikan lima alam kehidupan. Ketika memasuki rumah sakit, kita akan melihat penderitaan yang paling pahit adalah sakit. Ada orang yang sudah sakit, kurang mampu dan menderita. Ini bagaikan “Neraka Kotoran” yang diulas dalam Sutra. “Di rumah sakit, kita juga melihat empat fase kehidupan. Lahir, Tua, Sakit, dan Mati. Di rumah sakit, kita melihat dokter dan perawat. Master Cheng Yen berpendapat mereka dapat menolong orang sakit, menghapus penderitaan, dan memberikan kebahagiaan. Ini adalah pekerjaan yang begitu mulia,” kata Qiao Li Hua.
Master Cheng Yen berharap Tzu Chi Hospital bisa mengembankan potensi bajik untuk merawat pasien, terlebih menerapkan budaya humanis dalam dunia medis sehingga pasien bisa mendapatkan perawatan dan layanan baik fisik maupun batin. “Perwujudan dari budaya humanis dalam pengobatan telah menjadi saksi Empat Kemuliaan Mulia yang diajarkan Buddha. Seberapa pun tingginya keahlian medis, sakit tetap adalah hal yang paling menderita. Oleh karena itu, penyakit harus diobati,” ujar Qiao Li Hua.
Qiao Li Hua menjelaskan Zhang Sheng-Yuan yang pernah menjabat sebagai Chief Stategy Officer, juga adalah guru dokter Zhao (Kepala Tzu Chi Hospital, Taipei), juga Kepala Biro Urusan Medis, dan Kepala Pusat Medis Kementerian Pertahanan serta Ketua Umum Enam Cabang Taipei City Hospital, dibawah jalinan jodoh yang istimewa, ia kembali ke Tzu Chi Hospital, Taipei dan pernah berkata kepada Qiao Li Hua bahwa selama 6-7 tahun, Zhang Sheng-Yuan memahami secara maksimal bahwa budaya humanis Tzu Chi sebetulnya adalah realisasi dari teori medis.
Hippokrates adalah seorang dokter Yunani pada 2500 tahun yang lalu. Beliau dikenal sebagai Bapak Kedokteran. Apa yang pernah beliau katakan pada 2500 tahun yang lalu, sama pesisi dengan ajaran Buddha. “Ketika seseorang yang akan resmi menjadi seorang dokter, harus lulus dari fakultas kedokteran dan mengucapkan sumpah. Sumpah untuk melayani semua manusia. Bukankah ini sama dengan “Demi ajaran Buddha. Demi semua makhluk” yang dikatakan Master Cheng Yen? Hippokrates juga besumpah untuk selalu menghormati serta mengingat jasa gurunya. Ini sama dengan hubungan antara guru dan murid yang kita katakan,” jelas Qiao Li Hua.
Master Cheng Yen berharap Tzu Chi Hospital bisa mengembankan potensi bajik untuk merawat pasien, terlebih menerapkan budaya humanis dalam dunia medis sehingga pasien bisa mendapatkan perawatan dan layanan baik fisik maupun batin.
Dokter harus menganggap semua pasien bagaikan keluarga sendiri. Tidak boleh ada diskriminasi dari sisi agama, kewarganegaraan, ras, pendapat politik dan status sosial. Hubungan dokter dan pasien hendaknya seperti apa yang diajarkan oleh Master Cheng Yen kepada kita, penuh cinta kasih dan welas asih.
Dokter harus berusaha semaksimal mungkin untuk melindungi kehidupan. Ini adalah prinsip melindungi kehidupan. Dalam kondisi terancam sekalipun, tetap tidak akan melanggar kemanusiaan dengan pengetahuan medis. Inlah yang disebut dengan menjunjung cinta kasih. “Jika diringkas, ini menjadi perwujudan cinta kasih, welas asih, sukacita, dan keseimbangan batin,” tambah Qiao Li Hua.
Master Cheng Yen juga menjelaskan “Siapakah Boddhisatwa?” Boddhisatwa adalah sosok yang mempunyai cinta kasih berkesadaran. Mereka mencari ajaran Buddha dan membimbing semua makhluk. Boddhisatwa tidak tega melihat penderitaan semua makhluk sehingga akan terjun secara nyata untuk memberikan kebahagiaan dan melenyapkan penderitaan. Inilah yang disebut dengan ikrar jalan agung atau Boddhisatwa.
Dalam Misi Kesehatan Tzu Chi, Master Cheng Yen menyampaikan delapan poin harapannya. Namun Qiao Li Hua memilih beberapa poin yang berhubungan dengan budaya humanis untuk berbagi kepada peserta training. Apabila kita ingin Tzu Chi Hospital bisa berkembang secara berkelanjutan maka budaya humanis harus diterapkan dan dipraktikkan secara nyata, tepat, praktis dan berkualitas. “Poin pertama adalah membimbing insan berbakat secara maksimal, yang memiliki keterampilan, bergabung dalam keluarga besar ini dan jalinan jodoh untuk menjadi Boddhisatwa dunia,” kata Qiao Li Hua.
Poin keempat adalah mencurahkan perhatian kepada karyawan, saudara se-Dhamma, para tenaga medis dari ruang lingkup kecil hingga besar. “Master Cheng Yen berharap Taipei Tzu Chi Hospital bisa membantu beliau menjaga orang-orang yang dalam kehidupannya pernah membantu Master, baik itu murid Master maupun pendukung dari manapun,” ujarnya lebih lanjut.
“Ketika mereka sakit dan datang ke rumah sakit. Rumah sakit seharusnya menjadi sandaran mereka. Tentunya kami akan membantu tim medis untuk merawat dan menjaga sepenuh hati,” tambahnya. Master Cheng Yen berkata bahwa tim medislah yang membantu beliau membalas budi baik mereka. Master Cheng Yen mengungkit bahwa budi baik setiap Boddhisatwa tidak akan habis diulas, juga tidak terhitung. Master Cheng Yen meminta kepala rumah sakit dan semua pimpinan untuk mewujudkan keinginan beliau.
Poin ketujuh dalam misi kesehatan adalah mensosialisasikan pelestrian lingkungan, membangun rumah sakit hijau. Mengajak tim medis untuk berkegiatan di posko daur ulang, memilah dan daur ulang sumber daya alam.
Atas jalinan jodoh ini, Qiao Li Hua menjelaskan bahwa pembangunan Tzu Chi Hospital di Indonesia sangatlah tidak mudah. “Mengemban tanggung jawab untuk menjaga kesehatan keluarga Tzu Chi di Indonesia. Mengusahakan supaya kebajikan dan cinta kasih selalu diterapkan di rumah sakit,” jelas Qiao Li Hua.
Cinta kasih adalah obat terbaik di dunia. Di Taipei Tzu Chi Hospital, kita benar-benar membangun jembatan cinta kasih, mewujudkan dan mempertahankan semangat melindungi kehidupan, menjaga kesehatan, dan menjunjung tinggi cinta kasih. Semua itu dilandasi oleh cinta kasih.
Poin ketujuh dalam misi kesehatan adalah mensosialisasikan pelestarian lingkungan, membangun rumah sakit hijau. “Mengajak tim medis untuk berkegiatan di posko daur ulang, memilah, dan daur ulang sumber daya alam. Dalam proses ini, kita berharap setelah rekan-rekan rumah sakit melakukan dan merasakan secara langsung, mereka bisa melakukan refleksi diri, mulai dari reduce, reuse, recycle, repair dan refuse,” kata Qiao Li Hua.
Poin kedelapan, adalah bergabung menjadi relawan untuk mencurahkan perhatian kepada warga kurang mampu, ataupun menyalurkan bantuan bencana internasional. “Bisa menjadi relawan di rumah sakit, adalah sebuah jalinan jodoh yang sangat istimewa. Walau banyak tugas yang menunggu kita di komunitas, tetapi menjadi relawan pemerhati rumah sakit adalah suatu kesempatan bagi kita untuk terus menanam benih kesehatan. Insan Tzu Chi sangat menghargai jalinan jodoh ini,” jelas Qiao Li Hua.
Qiao Li Hua berharap setiap orang di rumah sakit menjadi seperti malaikat. Setiap orang adalah satu malaikat yang tersebar di setiap sudut rumah sakit dan berangsur-angsur mencapai awan Dharma serta menjaga dan menjunjung tinggi cinta kasih sehingga seluruh rumah sakit bisa dipenuhi dengan cinta kasih.
Dalam 15 tahun mengabdi sebagai relawan pemerhati rumah sakit, di setiap kebaktian pagi, dan ceramah pagi Master Cheng Yen, Qiao Li Hua memanjatkan tiga ikrar, “Semoga setiap pasien yang berobat bisa mendapatkan perawatan terbaik. Semoga setiap rekan yang mempunyai jalinan jodoh untuk bekerja di rumah sakit, bisa sehat dan tentram selalu. Semangat budaya humanis dapat meresap ke hati semua orang sehingga mereka bisa bergabung dalam barisan relawan. Semoga di bawah pimpinan Kepala dan Wakil Kepala rumah sakit Tzu Chi Hospital, Taipei bisa menjadi aliran jernih dalam dunia medis dan menjadi teladan dalam pengobatan, bisa menjadi tempat pertolongan untuk setiap orang yang menderita,” tutupnya.
Cinta Kasih Misi Kesehatan Terukir Di Dalam Hati
Selama training
relawan pemerhati di Tzu Chi Hospital, Taipei, Nelly Kosasih melihat bagaimana
relawan bertugas, dari melayani pasien yang sakit, sampai membagikan makan
siang.
Akhir bulan Agustus tahun 2019 silam, Nelly Kosasih mengikuti training relawan Kamp 4 in 1 dan training relawan pemerhati Tzu Chi Hospital, Taipei, “Ini adalah niat awal saya untuk mempersiapkan diri karena sebentar lagi Tzu Chi Hospital, Indonesia akan beroperasi. Tentunya, ini adalah ladang berkah yang sangat besar dan membutuhkan bibit-bibit relawan yang berkompeten melayani pasien dengan baik. Jadi, saya segera menggenggam kesempatan ini sebaik-baiknya,” tutur Nelly Kosasih yang mengikuti training relawan pemerhati rumah sakit selama 3 hari.
Hari pertama dalam training relawan pemerhati rumah sakit, Nelly Kosasih diajak ke lantai sembilan, di area penyakit infeksi dan ruang rawat inap. Di wilayah yang ketat dan steril tersebut, Nelly Kosasih melihat bagaimana relawan bertugas dari melayani pasien yang sakit, sampai membagikan makan siang. Di area ini, relawan juga harus hati-hati, serta patuh mengikuti petunjuk untuk menjaga keselamatan diri.
Lo Hok Lay, relawan pemerhati di Rumah Sakit Cinta Kasih (RSCK) Tzu Chi Cengkareng juga berbagi pengalaman kepada para peserta.
Salah satu mentor mengajak kami membesuk seorang pasien yang juga relawan yang sedang sakit dan dirawat inap. Relawan tersebut sangat gembira bertemu kami relawan dari Indonesia. Kami memberi semangat dengan menyanyikan sebuah lagu Satu Keluarga dalam bahasa Indonesia.
“Tak lupa, kami diajak foto kenang-kenangan oleh relawan tersebut. Mentor kami, Rui Fang menfoto kami dengan gaya budaya humanis yaitu gaya berfoto bersama pasien dengan tidak memperlihatkan wajah pasien, hanya kelihatan sisi belakang punggung pasien. Inilah praktek gan en, zhong zung, ai artinya kita harus menghormati pasien yang sedang sakit. Dengan cara foto seperti itu, pasien merasa lebih nyaman dan merasa dihargai. Kita bisa melihat keindahan di foto tersebut. Inilah satu bentuk perhatian kecil dan tulus yang bisa memberikan semangat dan cinta kasih kepada pasien,” imbuh Nelly Kosasih. Ia juga berharap nantinya Tzu Chi Hospital yang high-tech and high-touch dapat menjadi teladan dan inspirasi bagi masyarakat dan rumah sakit lainnya di Indonesia.
Sejak awal training dan pembangunan gedung, Effendy sudah bertekad menjadi bagian dari Tzu Chi Hospital, Indonesia agar dapat menghibur pasien dan meringan penderitaan (sakit) pasien.
Dalam training kali ini, salah satu relawan Tzu Chi Jakarta juga berbagi pengalaman setelah menjadi relawan pemerhati rumah sakit. “Seorang relawan pemerhati rumah sakit harus dibekali pengetahuan umum. Relawan pemerhati harus bertanya dengan jelas kepada pasien agar terjalin komunikasi yang baik untuk menghindari kesalahan-kesalahan,” ungkap Lo Hok Lay, relawan pemerhati di Rumah Sakit Cinta Kasih (RSCK) Tzu Chi Cengkareng.
Tzu Chi Hospital, Indonesia, akan segera beroperasi, baik hardware maupun software, telah dipersiapkan. Demikian juga, Effendy, salah satu peserta training relawan pemerhati yang sejak awal sudah bertekad menjadi bagian dari Tzu Chi Hospital, Indonesia. “Menjalin jodoh baik dengan pasien. Menghibur mereka. menolong orang sakit agar dapat meringankan penderitaan (sakit) dan memberikan kebahagiaan,” tutur Effendy.
Editor: Arimami Suryo A.
Artikel Terkait
Menjadi Relawan Pemerhati Rumah Sakit dengan Sepenuh Hati
14 Desember 2020Keunggulan dalam Perhatian yang Menyeluruh
13 April 2021Demi mendalami misi kesehatan dan memberikan pelayanan berbudaya humanis yang maksimal di Tzu Chi Hospital nantinya, relawan kembali mendapatkan training secara berkala. Training Relawan Pemerhati Rumah Sakit ke-8 dilaksanakan pada Minggu 4 April 2021 melalui aplikasi Zoom dan diikuti oleh 627 peserta.
Rumah Sakit adalah Ladang Pelatihan Boddhisatwa
16 Maret 2021Tzu Chi Hospital mengembankan potensi untuk merawat pasien dengan menerapkan budaya humanis. Sehingga pasien bisa mendapatkan perawatan dan layanan baik fisik maupun batin.