Rumah Sakit yang Hijau dan Sehat
Jurnalis : Teddy Lianto, Fotografer : Teddy Lianto, Ma Shun-Te (馬順德)Sebanyak 388 orang delegasi dari 10 negara (China, Filipina, USA, India, Indonesia, Korea selatan, Malaysia, Nepal, Singapura, Taiwan) di Asia mewakili rumah sakit dan pusat kesehatan menghadiri konferensi nasional ini di Hotel Royal Ambarrukmo, Yogyakarta.
Sebanyak 338 orang delegasi dari 10 negara (China, Filipina, USA, India, Indonesia, Korea selatan, Malaysia, Nepal, Singapura, Taiwan) di Asia yang mewakili rumah sakit dan pusat kesehatan, berkumpul di Hotel Royal Ambarrukmo, Yogyakarta. Mereka datang untuk menghadiri Konferensi Nasional Health Promoting Hospital (HPH) dan Global Green and Healthy Hospital (GGHH) ke-3, yang bertema "Asian Hospitals Working Towards a Climate Changed Resilient Health Care-Strengthening Green Clinical Health Promotion: To be a Greener, Healthier and Safety Hospital”. Acara ini berlangsung selama tiga hari pada tanggal 3-5 Agustus 2016 dengan dihadiri oleh Menteri Kesehatan RI, Prof. dr Nila Farid Moeloek, Sp. M dan World Health Organization (WHO).
Faye v. Ferrer, koordinator GGHH in Asia menerangkan jika konferensi nasional tersebut diadakan untuk membahas mengenai masalah climate change. “Untuk memberitahukan ke rumah sakit pemerintah bahwa climate change juga merupakan bagian permasalahan untuk rumah sakit di Asia, jadi kita juga harus bersumbangsih untuk mengurangi masalah climate change. Karena kita (rumah sakit) juga merupakan penyumbang terbesar dalam hal penggunaan energi, air, sumber daya alam, dan bahan kimia,” ujar Faye.
Chin-lon Lin, CEO misi kesehatan Tzu Chi, berbagi langkah nyata Tzu Chi dalam mempromosikan kesehatan di Rumah Sakit Tzu Chi.
Dalam kegiatan ini, Yayasan Buddha Tzu Chi (Taiwan) yang juga anggota dari GGHH dan HPH turut hadir dan memberikan sharing mengenai langkah nyata rumah sakit Tzu Chi di Taiwan dalam mempromosikan kesehatan di rumah sakit. “Di rumah sakit kami menggunakan sumber daya alam yang cukup besar, dan juga menghasilkan limbah, limbah yang berbahaya. Sehingga kami harus berhati-hati dalam penggunaan berbagai sumber energi tadi seperti air, listrik, gas, dan lain-lain. Dan kami di sini menyampaikan bagaimana cara kami menekan jumlah penggunaan sumber daya, mengurangi sampah kami, dan mengurangi gas rumah kaca yang dihasilkan,” ujar Chin-lon Lin, Chief Executive Officer Buddhist Tzu Chi Medicine Mission.
Sou-hsin Chien, Kepala Rumah Sakit Tzu Chi Taichung berbagi cara pelayanan kesehatan rumah sakit Taichung yaitu adanya penyediaan pemberhentian bus di beberapa titik dan rute yang berbeda sehingga pasien yang ingin mengunjungi bisa menggunakan bis tersebut.
Selain Chin-lon Lin, hadir pula tenaga medis Tzu Chi Taichung yang berbagi mengenai langkah pelestarian lingkungan di lingkungan rumah sakit maupun masyarakat umum melalui pemanfaatan transportasi untuk mengurangi jejak karbon bagi pasien yang berobat ke rumah sakit. “Kami (Taiwan) tidak punya transportasi bawah tanah sama seperti di Indonesia jadi kami menciptakan pelayanan pemberhentian kendaraan yang mana kami menyediakan pemberhentian bus di beberapa titik dan rute yang berbeda. Jadi ada pasien yang ingin mengunjungi rumah sakit kami bisa menggunakan bis tersebut di rute yang telah tersedia,” terang Sou-Hsin Chien, Superintendent Taichung Tzu Chi Hospital.
Selama 2 hari (3-4 Agustus 2016) relawan Tzu Chi menyediakan makan siang vegetaris untuk peserta konferensi.
Salah satu isu yang juga dibahas oleh Tzu Chi adalah perihal pola hidup vegetaris sebagai langkah kecil untuk mengurangi emisi karbon. Sebagai langkah awal menjalin jodoh baik dengan para peserta, Yayasan Buddha Tzu Chi Taiwan dengan dibantu chef dari hotel, menyediakan makan siang berupa masakan vegetaris yang menggunakan bahan makanan dari lokal (yogyakarta) selama 2 hari.
Para peserta yang menyantap masakan pun merasa senang dan menikmati kelezatannya. Mereka merasa langkah kecil dengan memakan makanan vegetaris juga dapat mengurangi pemanasan global. Seperti yang dirasakan oleh dr. Desita Dyah Adityaningrum, salah seorang peserta konferensi yang bekerja di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah, Yogyakarta. “General (makanan) itu enak gitu ya. Mungkin karena kebetulan saya sudah cukup terbiasa dengan makanan vegetaris jadi bisa dibilang ini enak,” jelas Desita yang mengenyam pendidikan selama 4 tahun di Taiwan. “ Menurut saya ini bisa dilakukan untuk mengurangi emisi karbon dan dengan pola gizi yang berimbang, tidak perlu takut tubuh akan loyo,” terang Desita pasti.
Dalam lawatannya ke stan-stan Green Exhibiton, menteri kesehatan RI, Prof. dr Nila Farid Moeloek, Sp. M, yang juga hadir dalam acara, merasa kagum dengan program daur ulang Tzu Chi yang sangat kreatif.
Untuk mengenalkan lebih dekat mengenai Tzu Chi, Yayasan Buddha Tzu Chi juga membuka stan Jing Si Books dan Cafe di Green Exhibition yang terletak di sebelah ruangan konferensi. Dalam lawatannya ke stan-stan Green Exhibiton, Menteri Kesehatan RI merasa kagum dengan program daur ulang Tzu Chi, yang sangat kreatif. “Tolong dong kami juga misalnya anda punya tadi apa kepandaian begitu sampai dari daur ulangnya bisa menjadi kain. Kami mau tuh belajar. Saya rasa betul itu daur ulang yang efektif ya,” ucap Nila Farid Moeloek.