Rumah Sakit yang Humanis
Jurnalis : Tim Redaksi, Fotografer : Anand Yahya, Agus Darmawan (He Qi Barat), Hadi P, Henry Tando, Miki Dana (He Qi Utara), Rudi Darmawan (He Qi Barat)
Minggu, 31 Mei 2015, Tzu Chi Indonesia memulai pembangunan Rumah Sakit Tzu Chi, yang ditandai dengan tiga kali penyekopan. Setiap penyekopan bermakna: Melindungi Kehidupan, Mewujudkan Kesehatan, dan ketiga Melestarikan Cinta Kasih.
Setelah selama 22 tahun berkiprah di Indonesia, Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia telah menjalankan 4 misi utama: Misi Amal, Kesehatan, Pendidikan, dan Budaya Humanis. Tzu Chi Indonesia juga telah menjalankan misi pelestarian lingkungan dan memiliki 5 Depo Pelestarian Lingkungan di Jakarta dan 5 di luar kota (Tangerang, Serpong, Bekasi, Batam, dan Biak).
Sejak tahun 2012 (8 Oktober), Tzu Chi Indonesia juga telah memiliki ‘rumah batin” yang disebut Aula Jing Si yang berada di dalam Kompleks Tzu Chi Center. Kompleks Tzu Chi Center ini berdiri di atas lahan seluas 10 hektar dan terdiri dari gedung Aula Jing Si sebagai pusat kegiatan dan bantuan bencana, gedung Sekolah Tzu Chi Indonesia (Tingkat TK, SD, SMP, dan SMA), serta studio DAAI TV.
Panglima TNI Jenderal Moeldoko dalam sambutannya menyampaikan bahwa ia sangat mendukung kegiatan kemanusiaan Tzu Chi di Indonesia. “TNI memiliki semangat yang sama di dalam misi kemanusiaan,” kata Jenderal Moeldoko.
Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaya Purnama tengah berbincang-bincang dengan para perawat dan calon perawat yang merupakan mahasiswa penerima beasiswa karier Tzu Chi.
Sesuai dengan perencanaan, di dalam Kompleks Tzu Chi Center juga akan dibangun Rumah Sakit Tzu Chi Indonesia. Dan hari ini, Minggu, 31 Mei 2015, dilakukan peletakan batu pertama pembangunan Rumah Sakit Tzu Chi Indonesia. Semua Rumah Sakit Tzu Chi dibangun berdasarkan prinsip menghargai jiwa dan mengutamakan kehidupan, dengan misi menjaga kesehatan, menyelamatkan kehidupan, dan mewariskan cinta kasih. Rumah Sakit Tzu Chi juga berusaha mewujudkan pelayanan kesehatan yang berbudaya humanis, berteknologi tinggi, dan bertaraf internasional.
Rumah Sakit dengan konsep patient oriented ini direncanakan berkapasitas 528 ranjang, dimana pembangunannya akan disertai dengan pembangunan apartemen dokter dan asrama perawat yang diyakini keberadaaannya akan mendukung pelayanan yang lebih maksimal.
Acara ini juga dihadiri oleh Panglima TNI Jenderal Moeldoko, Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama, Kasad TNI AD Jenderal Gatot Nurmantyo, Maruarar Sirait (anggota DPR RI), dan mantan Menteri Perdagangan Marie Elka Pangestu. Hadir pula para tokoh agama dan masyarakat lainnya, CEO Tzu Chi Internasional (Stephen Huang), dan relawan Tzu Chi dari luar negeri (Taiwan, Malaysia, Singapura, Filipina, dan Tiongkok), serta pengusaha dari Nepal. Sebelum acara peletakan batu, para relawan dan tamu undangan mengikuti acara di Aula Jing Si Lt. 4, dimana para tamu undangan menyaksikan penampilan genderang dan isyarat tangan dari para relawan dan anak-anak Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi yang menampilkan tarian Seribu Tangan.
Para siswi Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi menampilkan tarian Bodhisatwa Seribu Tangan.
Relawan Komite Tzu Chi dengan anggun menampilkan gerakan isyarat tangan ”Cinta Kasih Mencerahkan Dunia”, yang mengambarkan betapa pentingnya cinta kasih di antara sesama manusia.
Bekerja Tanpa Suara
Dalam sambutannya, Panglima TNI Jenderal Moeldoko menyampaikan bahwa ia sangat mendukung kegiatan kemanusiaan Tzu Chi di Indonesia. “TNI memiliki semangat yang sama di dalam misi kemanusiaan, karena itulah kami bekerja sama dengan Yayasan Buddha Tzu Chi,” kata Jenderal Moeldoko. Mengutip Kata Perenungan Master Cheng Yen, “Ketulusan jalinan kasih sayang antar sesama membawa kebaikan bagi dunia”, Moeldoko merasa terkesan dan tersentuh dengan kiprah Tzu Chi dalam membantu masyarakat kurang mampu maupun mereka yang sedang tertimpa musibah. “Tzu Chi kalalu bekerja tanpa suara. Mereka lebih mengutamakan bersumbangsih daripada berbicara. Ini luar biasa,” kata Moeldoko.
Sementara Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama berharap dengan dibangunnya Rumah Sakit Tzu Chi maka semakin banyak orang yang bisa diselamatkan. “Pada dasarnya kesembuhan itu bukan hanya dari obat. Obat hanya sepertiga, dua pertiganya itu dari perasaan, hati yang siap. Dan apa yang dilakukan relawan Tzu Chi sangat tepat, mendatangi dan memberi perhatian kepada mereka (yang sakit) dari pintu ke pintu,” kata gubernur yang akrab disapa Ahok ini.
Menurut Ahok, sifat gotong royong dan tolong menolong harus dikembangkan terus di masyarakat. “Dengan gotong royong kita bersama bisa meringankan penderitaan mereka. Kita butuh komunitas untuk berbagi sukacita untuk memperhatikan mereka (masyarakat). Inilah semangat gotong royong bangsa kita, sama seperti yang dilakukan relawan di Tzu Chi,” kata Ahok, “Terima kasih kepada (yayasan) Buddha Tzu Chi untuk cinta kasihnya. Kita butuh ribuan tangan untuk membantu semua orang di dunia ini, untuk menciptakan keadilan sosial bagi rakyat Indonesia. Selama ini yayasan (Buddha) Tzu Chi sudah banyak bantu kita (pemerintah). Supaya keadilan sosial ini bisa diwujudkan.”
Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia, Liu Su Mei (kiri) bersama para biksuni dari Tzu Chi Taiwan menuju lokasi prosesi peletakan batu pertama Rumah Sakit Tzu Chi Indonesia. Liu Su Mei berharap para relawan Tzu Chi Indonesia bisa terus mengembangkan Tzu Chi dan melatih diri di Rumah Sakit Tzu Chi ini.
Kegiatan Peletakan Batu Pertama RS Tzu Chi Indonesia ini diikuti oleh 3oo orang (pemegang sekop) dan disaksikan ribuan orang lainnya, yang terdiri dari para relawan komite, Komisaris kehormatan, relawan Tzu Chi luar negeri, pejabat pemerintahan, dan perwakilan dari badan misi Tzu Chi.
Makna Peletakan Batu
Selesai mengikuti acara di Aula Jing Si Lt. 4, para relawan dan tamu undangan menuju lokasi Peletakan Batu Pertama Rumah Sakit Tzu Chi Indonesia. Sebanyak 300 orang melakukan penyekopan dengan formasi lingkaran yang rapi. Mereka yang melakukan penyekopan ini terdiri dari para relawan komite, Komisaris kehormatan, relawan Tzu Chi luar negeri, pejabat pemerintahan, dan perwakilan dari badan misi Tzu Chi. Seperti prosesi peletakan batu pembangunan di Tzu Chi, dilakukan tiga kali penyekopan pasir, di mana penyekopan pertama bermakna “Melindungi Kehidupan”, kedua “Mewujudkan Kesehatan”, dan ketiga “Melestarikan Cinta Kasih”.
Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia, Liu Su Mei mengatakan bahwa peletakan batu pertama Rumah Sakit Tzu Chi ini merupakan misi terakhir yang direalisasikan di empat misi Tzu Chi di Indonesia. “Rumah sakit ini diharapkan bisa menolong lebih banyak orang, dan kita mempunyai beberapa keunggulan termasuk, transplantasi sumsum tulang, pengobatan kanker, dan ruang paliatif. Beberapa pasien penyakit ini biasanya berobat ke luar negeri. Kita berharap rumah sakit kita bisa menjaga kesehatan, menyelamatkan kehidupan, dan menwariskan cinta kasih. Sehingga masyarakat Indonesia tidak perlu berobat ke luar negeri,” kata Liu Su Mei. Selain hardware-nya, Rumah Sakit Tzu Chi Indonesia ini juga menggerakkan para dokter dan tenaga medis yang terlibat di dalamnya untuk memiliki cinta kasih, sehingga dengan begitu mereka dapat menjaga dan mengobati fisik dan juga jiwanya.
Dalam kesempatan ini, Liu Su Mei juga mengajak para relawan Tzu Chi Indonesia untuk terus bersemangat mengembangkan Tzu Chi di Indonesia. “Empat misi Indonesia terwujud dengan sangat cepat, untuk angka pertumbuhan relawan juga adalah poin yang perlu kita usahakan lagi. Walaupun hardware-hardware kita sudah terbangun, namun pertumbuhan relawan juga perlu lebih cepat lagi sehingga kita bisa mengajak lebih banyak orang untuk berdedikasi di Tzu Chi.”
Artikel Terkait
Rumah Sakit yang Humanis
31 Mei 2015Semua Rumah Sakit Tzu Chi dibangun berdasarkan prinsip menghargai jiwa dan mengutamakan kehidupan, dengan misi menjaga kesehatan, menyelamatkan kehidupan, dan mewariskan cinta kasih. Rumah Sakit Tzu Chi juga berusaha mewujudkan pelayanan kesehatan yang berbudaya humanis, berteknologi tinggi, dan bertaraf internasional.