Rumah Terindah

Jurnalis : Chelliny (Tzu Chi Medan), Fotografer : Amir Tan (Tzu Chi Medan)

Para peserta Tzu Ching Camp II melakukan sosialisasi daur ulang kepada masyarakat.

“Rumah yang Terindah” merupakan tema Tzu Ching Camp II yang diadakan oleh Tzu Ching Medan dengan kata perenungan “Keluarga adalah sekolah abadi dan orang tua adalah guru seumur hidup” yang digunakan dalam Camp kali ini. Tzu Ching Camp II ini berjalan dengan sukses dengan jumlah peserta 93 orang. Walaupun dalam prosesnya terdapat sandungan, namun Tzu Ching Medan dapat mengatasinya bersama dengan bersatu hati.

Hari Pertama

Jumat malam tanggal 24 Oktober merupakan malam pertama Tzu Ching Camp II ini dimulai. Pada malam ini peserta melakukan daftar ulang dan diberikan name tag, bag tag, kemeja kaos, dan tas pelatihan. Walaupun keadaan di luar hujan, namun Tzu Ching tidak pesimis, sama halnya dengan peserta. Walaupun hujan, peserta tetap datang untuk mengikuti camp ini. Karena banyak peserta yang kuliah, maka pendafataran mulai ramai pada pukul 20.00 WIB. Peserta yang sudah daftar ulang pun dibawa ke kelompok yang sudah disusun oleh tim pendaftaran. Di dalam kelompok tersebut, peserta mengenal teman baru juga bermain games sambil menunggu kelompoknya lengkap dan dibawa ke penginapan. Pada saat yang bersamaan dilakukan Briefing Mentor oleh Rina Shijie yang dibantu oleh Mama Suriaty dan Rusli Shibo selaku Ketua Mentor pada Camp I tahun lalu.

Games yang dibawakan oleh Diana dan Livi Tzu Ching merupakan games “memberikan kata baik”. Setiap orang akan memberikan koin yang ada di tangannya ke teman sebelahnya sambil mengucapkan kata-kata yang positif dan tidak boleh ada pengulangan kata-kata yang sama. Games ini membangkitkan keakraban antar peserta dan juga mengajarkan kita agar selalu berkata baik terhadap orang lain. Setelah semua peserta hadir maka pada pukul 10.30 WIB peserta dibawa ke penginapan di sekolah Chandra Kesuma.

Ketua Tzu Ching Medan, Mujianto membuka kegiatan Tzu Ching Camp II yang digelar dari tanggal 24 – 26 Oktober 2014.

Hari Kedua

Hari Sabtu, 25 Oktober merupakan resminya acara camp II dimulai. Peserta membersihkan diri pada pagi hari dan berkumpul di lapangan sekolah Chandra Kusuma. Pada pagi ini dimulai dengan Sesi Games perkenalan yaitu games tanggal lahir. Peserta diacak berdasarkan bulan lahir dan abjad nama kemudian saling berkenalan. Pada sesi ini peserta dibagi menjadi 2 kelompok dan mereka diacak lagi untuk berkenalan dengan kelompok lainnya. Games ini dibawakan oleh Billy dan Eric Tzu Ching beserta dengan Tzu Ching lainnya sebagai tim games.

Selesai sesi games, peserta berbaris sesuai kelompok dan mereka akan berjalan kaki menuju kantor yayasan. Di sepanjang perjalanan nampak ada Tzu Ching yang berdiri sebagai penunjuk jalan agar peserta bisa berjalan rapi sebagai wujud dari budaya humanis Tzu Chi. Sesampainya di kantor yayasan, yaitu pukul 07.30 WIB peserta diarahkan ke halaman belakang untuk sarapan yang diawali lagu “Gong Yang Ge” yang dibawakan oleh Rina Xue Jie.

Perkenalan tentang Tzu Ching dibawakan oleh Hasan, Ketua Tzu Ching Indonesia.

Selesai sarapan, peserta pun diarahkan ke ruangan di lantai 3. Pembukaan dimulai dengan pemberian hormat kepada Master Cheng Yen dan dijelaskan maknanya oleh Rina Xue Jie, dilanjutkan dengan menyanyikan lagu Mars Tzu Chi dan membaca 10 sila Tzu Chi yang dibawakan  oleh MC yaitu Christine dan Shilvia Tzu Ching, disusul dengan lagu Mars Tzu Ching berserta dengan Peragaan Isyarat Tangan yang ditampilkan oleh beberapa Tong Xue dari Tim Isyarat Tangan. Selanjutnya Mujianto Shibo, selaku sebagai Ketua Tzu Chi Medan memberikan kata sambutan yang disusul dengan menggunting pita yang menandakan Tzu Ching Camp II resmi dimulai. Sesi berikutnya merupakan peragaan Isyarat Tangan Theme Song dengan judul “Tian Mi De Jia ( Home Sweet Home )”.

Dalam kamp ini peserta diperkenalkan tentang apa itu Tzu Chi oleh Endang Kamal Shibo dan juga tentang misi visi Tzu Chi dengan menceritakan dan memperlihatkan beberapa video bagaimana awalnya Tzu Chi berdiri. Bukan hanya sejarah mengenai Tzu Chi,  Perkenalan tentang Tzu Ching dibawakan oleh Hasan sebagai Ketua Tzu Ching Indonesia. Hasan  menceritakan bagaimana awalnya Tzu Ching terbentuk di Indonesia juga diberitahukan pesyaratan apa saja yang dibutuhkan untuk bergabung dalam barisan Tzu Ching. Bukan sekedar perkenalan, Hasan juga memotivasi dan menginspirasi para peserta untuk bergabung dalam barisan Tzu Ching.

Sebelum ke sesi selanjutnya, peserta diberikan waktu untuk break. Di sesi break ini, peserta men-sharingkan apa yang telah mereka dapatkan dari sesi sebelumnya. Dengan bantuan mentor dan mentor cilik, peserta dapat memahami lebih dalam apa yang mereka pelajari. Sesi setelah break adalah perkenalan DAAI TV  yang dibawakan oleh Tony Shibo. Pada sesi ini, peserta diperkenalkan tentang DAAI TV, termasuk dalam program-program apa aja yang ditayangkan DAAI TV beserta drama kisah nyatanya, juga asalnya dana anggaran. Dalam sesi ini ditampilkan beberapa video yang mengenai perubahan hidup masyarakat setelah menonton DAAI TV.

Pada sesi berbakti, para peserta diajak untuk berbakti kepada kedua orang tua sebelum terlambat. Banyak yang terharu dan menitikkan air mata tatkala mengenang jasa orang tua mereka.

Selanjutnya merupakan sesi Tata Krama disusul dengan makan siang. Sesi Tata Krama dibawakan oleh Merry Sudilan Shigu yang memperkenalkan tata krama yang ada dalam Tzu Chi seperti berjalan, berdiri, duduk, makan dan tidur. Bukan hanya itu, sesi ini juga mengenalkan bagaimana seharusnya insan Tzu Chi dan Tzu Ching berseragam. Sesi ini menekankan tata krama waktu makan serta ada 2 orang dari Tzu Ching sebagai peraga. Seusai sesi tata krama, peserta diharapkan dapat mempraktikkan dalam kehidupan sehari-hari dan bukan hanya dalam lingkungan Tzu Chi, namun membawa keindahan tersebut ke dalam lingkungan hidupnya. Sebelum makan siang , terlebih dahulu peserta menyanyikan lagu Gong Yang Ge, dimana lagu ini merupakan lagu persembahan kepada 3 Mustika yaitu Buddha, Dharma dan Sangha, juga mendoakan agar semua makhluk hidup damai dan tenteram.

Seusai makan siang, peserta menyanyikan lagu Qi Dao (doa) yang berarti mendoakan dunia agar tenteram, makhluk hidup terbebas dari bencana dan hati manusia tersucikan, kemudian disusul sesi games yang dibawakan oleh Chelliny dengan membawa 2 games. Yang pertama adalah games komunikasi kata dimana perwakilan kelompok akan diberikan tulisan dan membacanya selama 10 detik kemudian masing-masing perwakilan akan menyampaikan kalimat tersebut sampai orang yang berdiri paling depan. Kata-kata yang digunakan diambil dari kata perenungan yang berhubungan dengan materi camp. Setelah usai bermain, Chelliny sharing tentang makna dari kata perenungan tersebut agar peserta tidak hanya sekedar tahu namun mengerti akan maknanya. Games kedua merupakan games tangga nada. Para peserta dibagi menjadi 8 kelompok dan Chelliny menyanyikan sebuah lagu dengan not baloknya. Perserta harus berdiri sesuai dengan label kelompok. Games ini juga sebagai wujud keharmonisan antar peserta.

Sesi selanjutnya adalah sesi vegetarian yang dibawakan oleh Juliana Shigu. Sebelum dimulai, peserta diperlihatkan video sebuah drama yang berjudul “Yi Nian Zhi Zian” dimana drama ini menceritakan bagaimana awalnya bumi dan makhluk hidup sangat harmonis, namun karena keinginan manusia yang tiada habisnya, membuat makhluk lain hidup dengan sengsara. Juliana Shigu membawakan materi vegetarian dengan cara yang mudah dipahami dan diterima oleh kalangan muda, dengan menampilkan beberapa video. Juliana Shigu juga memperkenalkan manfaat vegetarian bagi kesehatan sehingga peserta tidak perlu ragu jika ingin bervegetarian.

Tzu Ching Camp II ini berjalan dengan sukses dengan jumlah peserta sebanyak 93 orang.

Sampailah pada acara belajar isyarat tangan (shou yu). Peserta diperkenalkan tentang isyarat tangan dan lagu yang dipelajari adalah Theme Song Camp II “ Tian Mi De Jia”. Sesi ini dibawakan oleh Diana dan Anwar dalam mengajari peserta. Bukan hanya gerakan yang dipelajari, namun arti dalam lagu tersebut yang berkaitan dengan tema Camp kali ini. Peserta diajak untuk menampilkannya bersama dan suasanannya yang terjadi adalah suasana yang sangat ceria dan menyenangkan sehingga peserta kembali bersemangat.

Setelah itu acara dilanjutkan dengan sesi menghargai waktu yang dibawakan oleh Handra Sikoko Shibo. Dalam kehidupan ini, sudah seharusnya memanfaatkan waktu sebaik mungkin. Banyak yang tidak menyadari, namun jika dikalkulasikan jumlah waktu yang terbuang walaupun hanya makan saja, maka kita sudah hampir membuang ratusan hingga ribuan jam hanya untuk makan, mandi dan kegiatan lainnya yang dikategorikan sebagai kegiatan yang ringan. Sesi ini mengajarkan agar anak muda dapat menghargai waktu mereka. Selain bekerja dan bersekolah mereka juga dapat mengisi sebagian waktu luang untuk hal yang berguna, bukan membiarkan waktu itu lewat begitu saja tanpa melakukan apapun yang bermanfaat. Banyak kaum muda yang tidak menyadari betapa berharganya waktu walaupun hanya 1 detik. Dalam sesi ini peserta diberitahukan betapa berharganya waktu, terutama untuk kaum muda yang jarang meluangkan waktu untuk hal-hal yang bermanfaat, mengajak peserta untuk mengubah pola kebiasaan mereka sehingga mereka dapat meluangkan waktu mereka terutama untuk orang tua dan keluarga mereka.

Sesi selanjutnya merupakan sesi sharing kasus yang dibawakan oleh Rusli Shibo, yang menceritakan seorang kakek yang tinggal dengan anaknya. Peserta diperlihatkan beberapa foto tentang keadaan rumah sebelum dibantu bersihkan oleh relawan dan foto sesudsh dibersihkan .Bersama dengan 2 nara sumber lainnya, yaitu Steven Shibo dan Ermawati Shigu, memberikan sedikit cerita apa yang mereka lihat di lokasi. Rumah yang ditinggali keluarga ini begitu kumuh dan gelap. Dengan kehadiran relawan Tzu Chi yang membantu mereka untuk membersihkan rumah mereka dan memberikan perhatian kepada mereka, sehingga sampai sekarang masih terjalin jodoh baik antara Tzu Chi dengan keluarga tersebut. Sampai sekarang, secara rutin, beberapa relawan Tzu Chi berkunjung ke rumah mereka dan memberikan mereka perhatian dan merasakan kehangatan keluarga besar Tzu Chi.  Sesi ini menumbuhkan rasa cinta kasih dan welas asih dalam diri peserta agar selalu senantiasa membantu orang yang susah juga bersyukur apa yang mereka miliki sekarang.

Seusai sharing kasus, peserta turun kebawah untuk makan malam dan memulainya dengan lagu “Gan En” yang dibawakan oleh Cynthia yang bermaknakan berterima kasih dan bersyukur kepada bumi apa yang telah diberikannya kepada kita.

Sesi berbakti dibawakan oleh Rina. Dalam sesi berbakti ini dibuka dengan cerita pribadi dari Rina tentang ibunya, dirinya mengajak para peserta untuk berbakti sebelum terlambat. Waktu bukanlah hal yang dapat diprediksi. Berbaktilah pada orang tua kita saat mereka masih bersama dengan kita. Hidup begitu singkat, janganlah kita menyesal tidak melakukan hal yang bermanfaat dan menyenangkan orang tua kita. Peserta diingatkan kembali betapa hangatnya sebuah keluarga. Merenungkan apa yang telah orang tua berikan pada kita, usaha mereka dalam membesarkan dan mendidik kita. Seiring kita semakin dewasa kita lupa akan hal tersebut. Di sesi ini ditampilkan sebuah video yang berjudul “Gift” yang mengisahkan sebuah keluarga yang terdiri dari ayah dan anak hidup berkecukupan. Namun anaknya tidak suka dengan keadaan rumahnya karena dia menganggap ayahnya miskin. Namun dalam video ini diajarkan satu hal : “Seseorang yang kaya bukan dilihat dari apa yang dimilikinya, namun dari apa yang telah diberikannya”. Sebuah kalimat yang pendek namun penuh makna. Kemudian ditampilkan sebuah video lain dengan judul “Surat untuk Anakku” yang menceritakan mereka mengatakan maaf kepada anak mereka jikalau mereka telah menyusahkan anak mereka. Seusai video tersebut, peserta diberikan kesempatan untuk menulis surat untuk orang tuanya juga menelepon orang tuanya. Banyak peserta yang menelepon orang tua mereka dan menanyakan: “Pa, Ma , sudah makan belum?”, “Pa, Ma, apa yang kalian lakukan sekarang?” , dan ada yang berkata bahwa merindukan orang tua mereka.

Pagi harinya, peserta diajak oleh panitia bekerja sama untuk merapikan kamar-kamar. Dalam kegiatan ini terbentuk sebuah keakraban dan kekompakan dengan peserta kelompok lainnya. Seusai membersihkan kamar, peserta berkumpul dan dibuka dengan Games sederhana yaitu “Gan En, Zun Zhong, Ai”. Peserta dibagi menjadi tiga kelompok dan membentuk lingkaran kemudian mereka harus memijat teman mereka sesuai dengan gerakan tangan dan aba aba dari PIC. Seusai Games, peserta diberikan arahan untuk membentuk 3 buah daun bodhi.   Dalam mengajak peserta lebih mengerti arti pelestarian lingkungan maka peserta diajak berkeliling kompleks memungut barang daur ulang. Para peserta berjalan sesuai dengan rute yang telah diberikan oleh panitia dan berkunjung ke rumah orang untuk menanyakan dan bersosialisi tentang daur ulang. Kegiatan ini mengajarkan para peserta bagaimana bersosialisasi dengan pemilik rumah serta komunikasi yang benar sehingga tidak terjadi salah paham antar individu.

Setelah pengambilan barang yang masih bisa didaur ulang ke rumah penduduk, selanjutnya peserta kembali ke Kantor Cabang Medan Yayasan Buddha Tzu Chi untuk mengikuti jabaran tentang Pelestarian Lingkungan yang dibawakan oleh Lina Naga Shigu. Peserta diperkenalkan apa itu daur ulang, asal mulanya hingga jenis-jenis barang yang dapat di daur ulang. Sesi ini merupakan sebuah pembelajaran baru bagi peserta agar mereka juga dapat melakukannya sendiri diluar, di lingkungannya ataupun di rumahnya masing-masing. Setelah sesi pelestarian lingkungan maka peserta diajak untuk mengingat kembali isyarat tangan Theme Song yang sudah diajarkan satu hari sebelumnya. Setelah itu peserta diajak untuk makan siang.

Seusai makan siang, para peserta diperkenalkan kegiatan rutin Tzu Ching Medan yang dibawakan oleh Livi  selaku sebagai Ketua Tzu Ching Medan. Mengajak para peserta untuk berpartisipasi dalam berbagai kegiatan seperti bedah buku dan ikut kelas kata perenungan,  juga tentang Go Campus. Dengan adanya ini, maka para peserta dapat mengikuti kegiatan apapun sesuai dengan waktu luang mereka.

Selanjutnya merupakan sesi sharing peserta. Peserta diberikan kesempatan untuk membuat kejutan kepada mentor papa/mama dan mentor cilik mereka. Dengan bingkai foto kelompok dan suvernir yang telah disediakan oleh PIC, peserta pun menulis sepucuk surat untuk mentor mereka. Tak lupa juga membiarkan peserta membaca kesan mereka dihadapan peserta lainnya. Berbagai perasaan yang muncul dari sesi ini. Para peserta melakukannya sekreatif mungkin sehingga ada yang marasa lucu dan terharu. Seusai peserta sharing, maka giliran Alumnus Camp I yang sharing akan kesan mereka pada camp tahun lalu. Alumnus tersebut adalah Chelliny dan Eric Cantona. Mereka memberikan kesan mereka selama camp. Mereka bahkan memotivasi dan menginspirasi para peserta untuk bergabung dalam barisan Tzu Ching. “Merupakan sebuah jalinan jodoh dapat bertemu dan berkenalan, namun janganlah memutuskan tali jalinan jodoh yang ada. Setiap orang memiliki jalinan yang berbeda, hanya saja apakah itu erat atau renggang. Genggamlah jalinan jodoh yang ada karena sekali sudah terputus maka tidak dapat lagi dieratkan,” pesan salah satu alumnus untuk peserta agar mereka memanfaatkan jalinan jodoh mereka.

Selanjutnya pesan cinta Kasih oleh Siu Yin Shigu selaku Wakil Ketua Hu Ai Medan, disusul dengan pembagian suvernir oleh Nuraina Shigu selaku Hu Ai Pendidikan dan Handra Sikoko Shibo selaku pembina Tzu Ching Medan. Tzu Ching Camp II ini ditutup dengan membuka kilas balik diiringi dengan lagu “Ji Yi Duan Yuan ( Mengingat jalinan jodoh )” dan diakhiri dengan foto bersama.

Semoga apa yang dipelajari dalam Tzu Ching Camp Medan II ini dapat bermanfaat bagi semua peserta dan ingat selalu pesan dari Shigong Shang Ren " Hal yang paling menentramkan batin manusia di dalam kehidupan adalah bila ketika ia nemiliki kemampuan berapa pun, ia dengan segera bersumbangsih, memberi manfaat bagi orang banyak, dan menciptakan berkah bagi masyarakat." 

Artikel Terkait

Rumah Terindah

Rumah Terindah

01 Desember 2014 Karena banyak peserta yang kuliah, maka pendafataran mulai ramai pada pukul 20.00 WIB. Peserta yang sudah daftar ulang pun dibawa ke kelompok yang sudah disusun oleh tim pendaftaran. 
Tzu Ching Kamp 2014

Tzu Ching Kamp 2014

10 September 2014 Pada tanggal 5-7 september 2014, Tzu Ching mengadakan Kamp Kepengurusan Tzu Ching se-Indonesia di Aula Jing Si, Pantai Indah Kapuk, Jakarta.
Tzu Ching Kamp 2016: Menjadi Avatar Penjaga Bumi

Tzu Ching Kamp 2016: Menjadi Avatar Penjaga Bumi

13 September 2016
Para muda-mudi Tzu Chi Indonesia kembali menggelar Tzu Ching Camp, di mana tema pada tahun ini adalah Be The Avatar, Creating Pureland on Earth. Kegiatan yang digelar di Aula Jing Si Tzu Chi Center pada 10-12 September 2016 ini diikuti oleh 170 peserta.
Keteguhan hati dan keuletan bagaikan tetesan air yang menembus batu karang. Kesulitan dan rintangan sebesar apapun bisa ditembus.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -