Tiga puluh orang calon relawan Tzu Chi megikuti pelatihan relawan di kantor Yayasan Buddha Tzu Chi Tj. Balai Karimun pada Minggu, 28 November 2021.
Minggu, 28 November 2021, Pulau Tanjung Balai Karimun terlihat mendung disertai gerimis. Hal itu tidak menyurutkan semangat para sukarelawan untuk mengikuti kegiatan Pelatihan Sukarelawan Baru.
Pada kegiatan ini sukarelawan baru juga ada yang berasal dari Batu Kecil. Untuk mengikuti kegiatan ini mereka harus menyeberangi lautan dengan menggunakan transprotasi laut, yaitu spitbot.
Perjalanan yang akan ditempuh dari Tanjung Batu Kecil ke Tanjung Balai Karimun sekitar 30 menit. Tepat pada pukul 09.00 WIB, tiga puluh orang relawan memasuki ruangan pelatihan setelah melalui protocol kesehatan yang ketat. Akhir-akhir ini Tzu Chi Tj. Balai Karimun sudah mulai mengadakan kegiatan Tzu Chi.
Dwi Hariyanto pembawa acara pelatihan relawan memperkenalkan Tzu Chi kepada para relawan peserta pelatihan.
Hal ini bisa dilaksanakan karena kondisi di Tj. Balai Karimun sudah dalam zona hijau. Namun, semua relawan yang berpartisipasi pada kegiatan ini harus tetap melaksanakan protokol kesehatan yang ketat dengan memakai masker, menukur suhu badan, mencuci tangan dengan sabun, menjaga jarak fisik.
Dwi Hariyanto pembawa acara pelatihan membuka pelatihan dengan sapaan yang khas dan para peserta pelatihan menjawab dengan "Wow Selalu Ceria" sambil memperagakan gerakan khas.
Ini adalah sapaan khas Tzu Chi Tj. Balai Karimun untuk mencairkan suasana bagi relawan baru yang kali pertama mengikuti kegiatan di kantor Tzu Chi Tj. Balai Karimun. Pelatihan diawali dengan memberi penghormatan kepada Master Cheng Yen, dilanjutkan dengan menyanyikan Mars Tzu Chi, dan pembacaan 10 sila Tzu Chi.
Para peserta pelatihan relawan Tzu Chi mengikuti berbagai rangkaian kegiatan, salahsatunya permainan game berkelompok yang di dampingi para relawan Tzu Chi.
Tayangan Lentera Kehidupan dari Master Cheng Yen yang bertema "Terjun ke Tengah Masyarakat untuk Menyebarkan Kebajikan", sinopsis dari Lentera Kehidupan ini menceritakan tentang Geng-geng di Haiti membuat masyarakat setempat tidak dapat hidup tenteram. Menyaksikan tayangan Lentera Kehidupan ini menjadi pembuka pelatihan relawan.
Perampokan dan pembunuhan bisa terjadi kapan saja sehingga orang-orang tidak dapat mengembangkan karier dengan tenang ataupun mengembangkan sektor industri. Dengan melangkah, kita baru bisa bergerak maju, menggenggam waktu untuk bersumbangsih, agar dapat mengembangkan nilai kehidupan.
Susi salahsatu pengisi materi dalam pelatihan ini menjelaskan tentang Misi Amal Tzu Chi yang telah menangani 153 bantuan penanganan khusus Tzu Chi yang masih berjalan. Penanganan bantuan khusus Tzu Chi ini terdiri dari bantuan jangka panjang 82 kasus, bantuan pengobatan 47 kasus dan bantuan pendidkan 24 kasus.
Susi relawan komite Tzu Chi Tj. Balai Karimun salah satu pengisi materi pelatihan mengungkapkan kegiatan Misi Amal Tzu Chi khususnya dalam bantuan penanganan khusus. Ada 153 kasus aktif yang masih ditangani oleh Tzu Chi Tj. Balai Karimun. Kasusnya terdiri dari bantuan jangka panjang 82 kasus, bantuan pengobatan 47 kasus, dan bantuan pendidkan 24 kasus.
Susi mengutarakan akhir-akhir ini relawan Tzu Chi banyak menangani bantuan pengobatan. Salah satunya Mok Gek pasien yang menerima bantuan khusus Tzu Chi yang menderita penyakit kanker serviks.
Mok Gek awalnya sudah pernah berobat di rumah sakit, dan disarankan untuk operasi. Namun, Mok Gek dan suaminya berencana menjalani pengobatan penyakitnya ke negara Malaysia.
Berobat ke Malaysia ternyata membutuhkan biaya cukup besar. Biaya yang sangat tinggi ini yang mendorong Mok Gek dan suami mengajukan bantuan ke Yayasan Tzu Chi Tj. Balai Karimun.
Mengajukan bantuan pengobatan di Yayasan Tzu Chi Mok Gek harus mengikuti prosedur pengobatan yang diterapkan Yayasan Tzu Chi, salah satunya harus bisa menggunakan BPJS.
Relawan Tzu Chi menjelaskan dan mendampingi Mok Gek mengenai pengobatan dengan menggunakan BPJS agar memahami dengan baik. Dengan mengikuti prosedur, Mok Gek dapat menjalani operasi di Kota Batam. Kini, kondisi Mok Gek kian membaik.
Setiyono (54) salah satu guru pendidikan Agama Buddha yang termotivasi untuk bergabung menjadi relawan Tzu Chi karena selalu berusaha membantu orang yang membutuhkan bantuan.
Pada pelatihan relawan ini salah satu peserta lain adalah Setiyono (54) seorang guru pendidikan Agama Buddha yang sudah lama mengenal Tzu Chi dan segera bergabung menjadi relawan Tzu Chi pada pelatihan ini. Setiyono ingin bergabung di Tzu Chi karena kegiatan sosialnya yang sangat kuat, dan selalu berusaha membantu orang yang membutuhkan bantuan.
“Kita datang ke pelatihan kali ini bukan hanya duduk, dan mendengarkan saja. Saya tertarik di Tzu Chi ini karena kegiatan sosialnya yang sangat kuat di masyarakat. Banyak masyarakat kurang mampu yang sudah terbantu dari kegiatan Tzu Chi,” ungkap Setiyono.
Jamilah (36) peserta pelatihan relawan Tzu Chi yang berasal dari Tanjung Batu Kecil mulai tertarik dengan Tzu Chi ketika diajak mengikuti kegiatan pembagian sembako di pulau tempat tinggalnya sendiri.
Lain halnya dengan Jamilah (36) salahsatu peserta dari Tanjung Batu Kecil. Jamilah mengenal Tzu Chi dari Indra tetangganya yang sudah menjadi relawan Tzu Chi. Jamilah mulai tertarik dengan Tzu Chi ketika diajak mengikuti kegiatan pembagian sembako di pulau tempat tinggalnya sendiri.
“Saya sangat senang ketika diajak Indra membagikan sembako kepada orang-orang yang membutuhkan di desa kami,” ungkap Jamilah.
Indra pada setiap kesempatan mengajak Jamilah untuk mengunjungi keluarga-keluarga yang ditangani khusus oleh Yayasan Tzu Chi Tj. Balai Karimun. Jamilah mendapat pelajaran yang sangat berharga dari kunjungan kasih itu. Berkat jalinan jodoh ini Jamilah, dan suami serta beberapa rekan dari Tanjung Batu Kecil ingin bergabung menjadi relawan Tzu Chi Tanjung Balai Karimun.
Editor: Anand Yahya