Saatnya Kini Kita Berubah
Jurnalis : Veronika Usha, Fotografer : Veronika Usha * Lebih kurang 634 peserta sosiaslisasi Tzu Chi dan Misi Pelestarian Tzu Chi, yang terdiri dari siswa SMP, SMU, guru, dan karyawan Sekolah Permai, terlihat sangat berantusias mengikuti jalannya acara sosialisasi. | Pagi ini, 21 Oktober 2008, adalah hari yang penuh semangat bagi seluruh insan Tzu Chi He Qi Utara. Betapa tidak, kegiatan "Sosialisasi Tzu Chi dan Misi Pelestarian Lingkungan" yang mereka lakukan di Sekolah Permai, Pluit Karang Barat, Jakarta Utara, satu minggu lalu (14 Oktober 2008), tidak perlu menunggu waktu lama untuk mendapatkan feedback positif dari sekolah tersebut. Bertempat di aula Sekolah Permai, para insan Tzu Chi kembali melakukan kegiatan sosialisasi. Bedanya, tidak hanya diberikan kepada para guru dan anggota OSIS, kali ini seluruh siswa-siswi SMP dan SMU Permai yang akan menjadi pesertanya. |
Acara sosialisasi yang dihadiri oleh lebih kurang 22 relawan ini, dibagi dalam dua gelombang. Gelombang pertama pada pukul 09.00-10.40, untuk kepada siswa-siswi SMP, dan gelombang kedua pukul 11.00-12.30 untuk siswa-siswi SMA. "Kami memilih Yayasan Buddha Tzu Chi, karena karya nyata mereka dalam pelestarian lingkungan yang dilakukan dengan melakukan program daur ulang telah membuahkan cinta kasih yang luar biasa bagi sesama yang membutuhkan," tutur Ismu Nugroho, guru dan salah satu pencetus program pelestarian lingkungan di sekolah tersebut. Program pelestarian lingkungan ini rencananya akan diterapkan kepada siswa-siswi SMP, SMA, guru, dan karyawan Sekolah Permai. Ismu menambahkan, dirinya berharap, program ini bisa berlanjut ke Sekolah Permai Plus, sehingga dapat menumbuhkan kebiasaan yang baik untuk seluruh warga Sekolah Permai. Ket : - Inilah bentuk komitmen para siswa yang mengaku akan mendukung program pelestarian lingkungan yang "Saya sendiri sering melihat anak-anak tidak begitu menghargai kepemilikannya. Dengan mereka mengikuti sosialisasi ini, belajar membuang sampah pada tempatnya, dan memilah-milah sampah tersebut, harapan saya, mereka bisa menghargai barang-barang kepemilikannya. Karena selama ini saya melihat, kalau handphone mereka tertinggal, ya sudah hilang begitu saja, tidak ada keinginan untuk mencari," Ismu mencontohkan. Perubahan ini memang tidak mudah terjadi dengan begitu saja. Oleh sebab itu, Livia, salah satu relawan menjelaskan kegiatan ini sengaja diberikan di sekolah-sekolah, dengan alasan anak-anak lebih mudah untuk menerima masukan, dan mereka pun akan lebih mudah untuk menularkannya kepada keluarga dan teman-teman mereka. "Sebelumnya, kami lebih sering mendapat undangan untuk melakukan sosialisasi. Namun untuk waktu yang akan datang, kami berencana untuk menjemput bola, dan menawarkan kerja sama dengan mengajukan proposal kepada sekolah-sekolah," jelas Livia. Ket : - Ada beragam cara pelestarian lingkungan, mulai dari menghemat energi dan sumber daya alam, hingga Kesadaran untuk menghargai apa yang telah mereka miliki perlahan mulai tumbuh dalam diri siswa yang menjadi peserta sosialisasi. Salah satunya dirasakan Verina Oei, siswi kelas 3 SMU Permai yang mulai menyadari bahwa dirinya tidak bisa untuk selalu egois. "Kita jadi manusia tidak bisa jadi egois. Kita harus peduli kepada lingkungan dan orang yang tidak mampu. Jadi lebih mikir ulang kalau ingin melakukan sesuatu yang membuang-buang uang atau seneng-seneng, mendingan untuk membantu orang lain, atau buat hal-hal lain yang lebih berguna," ucap gadis yang mengaku tidak lagi ingin membeli hal-hal yang tidak penting, yang akan hanya akan menambah sampah. | |