Saatnya Menjadi Dewasa (Bag. 1)

Jurnalis : Teddy Lianto, Fotografer : Teddy Lianto
 
 

fotoSebelum makan siang para murid-murid Kelas Budi Pekerti Tzu Chi ini diajarkan untuk berdoa dan bersyukur atas makanan yang tersedia bagi mereka.

Kini kita sering melihat, baik di media cetak maupun  elektronik, begitu banyak bencana yang terjadi di dunia. Penyebabnya pun beragam, baik karena bencana alam maupun bencana yang  timbul akibat ulah manusia yang terus-menerus mengeksploitasi bumi tanpa batas. Salah satu bencana lainnya ialah penurunan nilai-nilai moral, etika, dan tatakrama di masyarakat, khususnya generasi muda.                  

 

Salah satu contohnya adalah tindak kekerasan antar teman sekolah maupun antar kelompok di masyarakat semakin sering terjadi akhir-akhir ini. Hal ini secara tidak langsung dikarenakan minimnya pemahaman etika, tata krama, dan norma-norma masyarakat yang diajarkan pada zaman dulu mulai hilang secara perlahan. 

Pada tanggal 24 september 2011, anak-anak Kelas Budi Pekerti Tzu Chi (Tzu Shao) mengadakan kegiatan pendewasaan diri, dimana kegiatan ini dilakukan di Samantha Meditation Center, Jl. Pasir Cina, Bukit Cipendawa, Puncak, Jawa Barat dan diikuti oleh lebih kurang 61 orang. Mengapa kegiatan ini harus dilakukan di luar, karena biasanya bila di rumah semua jenis pekerjaan rumah maupun kebutuhan lain anak-anak Tzu Shao ini sudah ada yang mengerjakannya. Oleh karena itu, para murid diajak berdarma wisata ke Samantha Meditation Center agar mereka bisa merasakan secara langsung bagaimana cara bertanggung jawab, mandiri, dan menjadi dewasa.

foto  foto

Keterangan :

  • Li Chi Ying, anggota komite sekaligus Ketua Da Ai Mama memberikan pengarahan kepada para murid untuk kegiatan selanjutnya. (kiri)
  • Biksuni Guna Sasana atau biasa dipanggil Suhu Xie Te mengajarkan mengenai meditasi Metta Bhavana kepada para murid-murid Kelas Budi Pekerti Tzu Chi.(kanan)

 “Saya berharap selama dua hari ini, kalian dapat belajar untuk lebih dewasa dan mandiri dengan cara belajar bagaimana berinteraksi dengan teman-teman dan masyarakat sekitar,“ ujar Li Chi Ying Shigu, anggota komite sekaligus Ketua Da Ai Mama. Li Chi Ying juga berharap agar para murid dapat mengikuti semua kegiatan pendewasaan dari awal hingga akhir, sehingga ilmu yang mereka dapat juga tidak setengah-setengah.

foto  foto

Keterangan :

  • Selama perjalanan ke Samatha Meditation Center, Puncak, para relawan dan para murid-murid Kelas Budi Pekerti berlatih gerakan isyarat tangan untuk pertunjukan di Panti Asuhan Santo Yusuf.(kiri)
  • Para Da Ai Mama dan Tzu Ching memberikan contoh tarian yang akan dipertunjukkan di Panti Asuhan Santo Yusuf kepada para murid Kelas Budi Pekerti Tzu Chi.(kanan)

Kegiatan pendewasaan ini juga memberikan banyak hal positif kepada para murid, misalnya ketika akan makan para murid harus berdoa terlebih dahulu dan menyanyikan lagu “Gan En Ge”, lagu untuk bersyukur atas nasi dan lauk pauk yang ada di meja makan. “Kita tahu bahwa nasi dan lauk di atas meja bisa ada itu karena jasa para petani dan tentunya juga mendapat bantuan dari alam sehingga padi dapat tumbuh subur, jadi para murid diajarkan untuk selalu bersyukur atas berkat yang mereka dapatkan,” ujar Mei Rong Shijie, selaku Da Ai Mama yang membimbing murid selama kegiatan pendewasaan ini. Mei Rong Shijie menambahkan, para murid diajarkan untuk mengambil lauk secukupnya, bila kurang baru ditambah. Selain itu juga diajarkan untuk tidak membuang-buang makanan sebagai tanda terima kasih kepada petani dan alam.

Selama waktu makan siang para Da Ai Mama berpesan kepada para murid untuk tidak bersuara ketika sedang makan dan juga ketika selesai para murid harus merapikan dan membersihkan meja dan kursi yang dipakai untuk makan, serta tidak lupa untuk mencuci piring, mangkuk, dan gelas yang mereka gunakan untuk makan. Setelah seharian terus beraktivitas, pada malam harinya para murid juga diajak untuk berlatih meditasi yang diadakan pada pukul 08.30 hingga 09.30 WIB. Latihan ini dimaksudkan untuk belajar melatih diri agar tidak melakukan kesalahan ketika bertindak, berbicara, dan berbuat. Setelah latihan meditasi, kegiatan diisi dengan pelatihan untuk pementasan drama di Panti Asuhan Santo Yusuf nanti.

Bersambung ke Bagian 2.

 

  
 

Artikel Terkait

Berbagi Kasih, Berbagi Kebaikan

Berbagi Kasih, Berbagi Kebaikan

01 Juli 2015 Perhatian yang dilandasi cinta kasih dan kepedulian terhadap sesama terus ditunjukkan oleh para insan Tzu Chi tanpa membedakan suku, agama, dan ras. Untuk itu, kali ini relawan Tzu Chi Padang yang masih dalam suasana bulan ramadhan kembali melakukan kunjungan kasih di 6 panti asuhan di sekitar kota padang pada tanggal 28 Juni 2015. 
Suara Kasih: Mengenang Sejarah Perjalanan Tzu Chi dalam Membantu Kaum Papa

Suara Kasih: Mengenang Sejarah Perjalanan Tzu Chi dalam Membantu Kaum Papa

04 Juni 2013 Kita juga harus senantiasa meningkatkan kewaspadaan. Ketidakselarasan empat unsur alam di dunia terus mendatangkan kerusakan bagi bumi. Karena itu, dalam kehidupan sehari-hari, kita harus lebih berintrospeksi.
Membagi Aliran Kasih

Membagi Aliran Kasih

14 Desember 2012

Yayasan Buddha Tzu Chi Kantor Perwakilan Batam bekerja sama dengan PMI Cabang Batam dan Mall BCS (Batam City Square) kembali mengadakan Bakti Sosial Donor Darah pada tanggal 9 Desember 2012.

Berbicaralah secukupnya sesuai dengan apa yang perlu disampaikan. Bila ditambah atau dikurangi, semuanya tidak bermanfaat.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -