Saatnya Menjadi Dewasa (Bag. 2)

Jurnalis : Teddy Lianto, Fotografer : Teddy Lianto

fotoPara relawan dan murid dengan khusuk membaca bait demi bait doa, sambil menyambut matahari yang baru saja keluar dari persembunyiannya.

 “Tok.. tok.. tok…”, terdengar suara ketukan di pintu kamarku. Aku lihat jam digital di handphone-ku, tertera tanggal 25 September 2011 dan waktu menunjukkan pukul  05.15 pagi. Ternyata  yang mengetuk adalah Shijie Christine, yang mengingatkan pada kami bahwa sebentar lagi kebaktian pagi akan dimulai. 

 

 

Kami pun segera bersiap-siap. Dengan hanya menyikat gigi dan mencuci muka, kami pun segera menuju ke aula lantai dua. Di sana futan (matras untuk duduk) telah tersusun dengan rapi.  Di depan altar,  tampak Biksuni Guna Sasana telah siap untuk membawakan kebaktian pagi.

Bait demi bait doa dilantunkan. suara doa para murid dan relawan ditambah dengan suara kicauan burung yang merdu dan terpaan sinar matahari yang baru saja keluar dari persembunyiannya menambah kesakralan kebaktian kami di pagi itu. Setelah  selesai melakukan kebaktian, para murid dan relawan melakukan sarapan pagi lalu mandi pagi.

foto  foto

Keterangan :

  • Sebagai jalinan jodoh yang baik, para murid budi pekerti memberikan makanan kecil untuk para anak Panti Asuhan Santo Yusuf. (kiri)
  • Pada hari Minggu tanggal 25 september 2011 para murid dan relawan mendengarkan ceramah dari Biksuni Guna Sasana.(kanan)

Setelah mandi para murid dan relawan kembali ke aula untuk mendengarkan ceramah Dharma dari Biksuni Guna Sasana. Pembabaran Dharma yang diberikan oleh biksuni membuat beberapa relawan dan murid terinspirasi untuk terus melakukan meditasi jika pulang nanti. “Melihat asyiknya bermeditasi, saya terinspirasi untuk melakukan meditasi pada pagi dan malam hari,” jelas Federick (12), murid Kelas Budi Pekerti Tzu Chi yang  bersekolah di Pelangi Kasih ini. Li Chi Ying Shigu juga menambahkan, para murid harus berterima kasih kepada Biksuni Guna Sasana yang masih mau mengajarkan meditasi dan membabarkan Dharma pada hari ini, karena ternyata sejak hari Sabtu, tanggal 24 September 2011 kemarin Biksuni Guna Sasana sedang tidak enak badan. Maka para murid dan relawan kemudian membungkukkan badan sambil mengucapkan “Gan En” atas keramahan dan kesediaan Biksuni Guna Sasana mengajarkan meditasi kepada mereka.

Setelah selesai mendengarkan ceramah, para murid dan relawan bersiap-siap untuk berkunjung ke Panti Asuhan Santo Yusuf, Cipanas. Di Panti asuhan, para murid dan relawan menampilkan hiburan berupa pementasan drama “Keranjang Bambu”, tarian “Go Go Go” dan tarian daerah suku Taiwan pedalaman kepada para anak panti. Sebagai jalinan jodoh baik, para murid kelas budi pekerti juga menyiapkan snack dan susu untuk diberikan kepada anak-anak penghuni panti. Dan sebagai tanda terima kasih, para anak panti pun mengajak murid-murid untuk berkeliling melihat lingkungan panti asuhan, tempat mereka tinggal.

foto  foto

Keterangan :

  • Para murid dan relawan mengajak para anak Panti Asuhan Santo Yusuf untuk ikut bermain menarikan tarian Go Go Go.(kiri)
  • Para murid dan relawan menarikan tarian pedalaman Taiwan untuk menghibur para anak Panti Asuhan Santo Yusuf.(kanan)

Sekembalinya dari Panti Asuhan Santo Yusuf,  para murid langsung makan siang. Setelah makan siang para murid diajak untuk memetik buah lobak yang telah matang sebagai kenang-kenangan untuk dibawa pulang. Dalam perjalanan pulang, kami mengalami kemacetan yang cukup parah, yang mengakibatkan bus harus berhenti beberapa kali  karena para murid ingin ke kamar kecil, tetapi para Da Ai Mama dengan tulus membantu mereka untuk mencari toilet terdekat untuk para murid. “Mereka semua sudah seperti anak kandung saya sendiri. Jika mereka mengalami kesulitan, saya pun rasanya menderita,” jelas shijie Christine. Setelah bus memasuki tol Cimanggis, perjalanan pun kembali lancar. Kami tiba di ITC Manga Dua pada pukul 9 malam. Para Da Ai Mama terus menemani para murid hingga semua orang tua murid datang menjemput, barulah para Da Ai Mama bisa pulang dengan tenang.

Kasih sayang yang tulus dari para Da Ai mama dalam membimbing dan mengajarkan para murid tentunya semakin memudahkan para murid untuk mempelajari dan menyerap apa yang telah disampaikan selama 2 hari kemarin. Hal ini tentu sebuah hal yang patut disyukuri oleh setiap murid, seperti Kata Perenungan Master Cheng Yen, ”Jika Ingin memperoleh ilmu pengetahuan yang tinggi, kita harus menghormati guru, belajar dengan giat dan sungguh-sungguh, dan yang terpenting berterima kasih atas bimbingan guru yang tanpa pamrih.”

 

Selesai


Artikel Terkait

PAT 2019: Membangun Keluarga Tzu Chi yang Saling Mendukung

PAT 2019: Membangun Keluarga Tzu Chi yang Saling Mendukung

20 Januari 2020

Pemberkahan Akhir Tahun Tzu Chi 2019 di Palembang diisi dengan berbagai sharing dari penerima bantuan. Mereka antara lain: Robiansyah (bantuan pengobatan), Irene (bantuan beasiswa pendidikan), dan Itut (bantuan bedah rumah). Mereka sangat berterima kasih atas bantuan yang diberikan para donatur melalui Tzu Chi.

Banjir Jakarta: Menggenggam Kepercayaan

Banjir Jakarta: Menggenggam Kepercayaan

25 Januari 2013 Kepercayaan ini tentunya akan terus dijaga dan dipegang teguh oleh insan Tzu Chi untuk tetap memberikan semua yang terbaik bagi masyarakat yang membutuhkan. “Kita sangat senang dan sangat berterima kasih bukan hanya pada Telkomsel, tapi juga pada semua masyarakat yang telah menjadi donatur kami.
Membersihkan Bumi, Membersihkan Batin

Membersihkan Bumi, Membersihkan Batin

23 Maret 2021

Dalam rangka memperingati Hari Perempuan Internasional dan Hari Bhakti Rimbawan, 11 relawan Tzu Chi Sinar Mas komunitas Serpong 1 melakukan pembersihan Suaka Margasatwa Muara Angke, Jakarta Utara.

Sikap mulia yang paling sulit ditemukan pada seseorang adalah kesediaan memikul semua tanggung jawab dengan kekuatan yang ada.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -