Henny membuka Gathering Gan En Hu dengan penuh kehangatan, menyapa peserta dengan untaian kata penuh makna.
Delapan hari jelang Lebaran, ketika hati bersiap menyambut hari kemenangan, Basemen Gedung DAAI, Tzu Chi Center PIK, Jakarta dipenuhi cahaya yang lebih hangat dari sekadar sinar mentari. Bukan gemerlap warna-warni hiasan atau megahnya tatanan ruang, melainkan kehangatan yang terpancar dari insan-insan yang berkumpul dengan satu niat: menanam kebaikan, merajut kebersamaan, dan berbagi ketulusan.
Di tempat ini, Gathering Gan En Hu (GEH) yang digelar oleh relawan komunitas He Qi Pluit dan He Qi Angke pada 23 Maret 2025 berlangsung penuh makna. Sebanyak 18 relawan turut hadir, menyatukan hati dalam misi berbagi. Sejak pukul 09.00 hingga 12.00 WIB, ruangan yang dipenuhi senyum dan kehangatan jadi saksi bagaimana tiap insan yang hadir tak hanya mendengar dan melihat, tapi juga merasakan nilai berbagi yang terselip dalam rangkaian acara.
Tak ada sekat, tak ada batas. Hanya hati yang saling menyapa dalam bahasa kasih yang universal. Di sinilah setiap cerita dibagikan, rasa syukur ditumbuhkan, dan kebersamaan menemukan maknanya.
Menggali Inspirasi, Menyemai Kebajikan
Tepat pukul 09.30 WIB, Gathering Gan En Hu dimulai. Sambutan dari Henny membuka pertemuan dengan kelembutan. Usai penghormatan kepada Master Cheng Yen, suasana makin mendalam saat layar besar di ruangan mulai menampilkan video inspiratif.
Saat kuis interaktif berlangsung, para peserta dengan semangat menjawab pertanyaan, tertawa bersama, dan semakin mendalami nilai-nilai kemanusiaan yang tersirat dalam setiap pertanyaan yang diajukan.
Salah satu video menampilkan Habib Husein Ba’agil yang mengungkapkan rasa hormatnya pada Master Cheng Yen dalam menanamkan nilai-nilai kemanusiaan dan toleransi. Baginya, Tzu Chi bukan sekadar organisasi sosial, melainkan jembatan yang menyatukan keberagaman. Sebuah ruang harmoni, di mana manusia dari berbagai latar belakang dapat hidup berdampingan dalam kasih dan prasangka baik.
Video lainnya membawa para peserta menelusuri perjalanan panjang Tzu Chi, dari membangun Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi bagi para penyintas bencana hingga menyalurkan bantuan pangan bagi mereka yang membutuhkan. Setiap cuplikan bukan sekadar rekaman peristiwa, melainkan cermin yang mengajak setiap insan untuk merenungkan makna berbagi.
Suasana makin hidup dengan sesi kuis interaktif. Tawa dan antusiasme memenuhi ruangan. Lebih dari sekadar menguji pemahaman, sesi ini menjadi jembatan bagi peserta untuk semakin menyelami nilai-nilai yang baru saja mereka saksikan, tentang berbagi, kepedulian, dan tentang cinta kasih yang tak mengenal batas.
Menabung Kebajikan, Menuai Berkah
Pada sesi utama, bincang-bincang bersama Hoklay dan Ustaz Syahlani mengalir laksana benih kebaikan yang disemai di ladang hati, menumbuhkan pemahaman bahwa berbagi bukanlah seberapa besar yang diberikan, melainkan ketulusan yang melandasinya.
Ketika celengan bambu menjadi pokok bahasan, Hoklay menggenggam erat sebuah tabung kaleng sederhana namun sarat makna. Dengan penuh keyakinan, ia berkata, “Uang dalam celengan bambu ini bisa membangun masjid, vihara, gereja, rumah sakit, sekolah. Pahala kebajikannya bertahan lama. Jangan remehkan uang dengan nominal kecil, karena dari tetesan embun, samudra pun terbentuk.”
Hoklay dan Ustaz Syahlani berbagi wawasan dalam sesi talkshow yang menginspirasi.
Celengan bambu bukan sekadar wadah bagi keping-keping rupiah, tapi tempat di mana niat tulus dititipkan, di mana kebaikan kecil bertumbuh menjadi keberkahan besar. Setiap goresan waktu di permukaannya menjadi saksi bahwa kepedulian sejati dimulai dari hal-hal sederhana.
Ustaz Syahlani menambahkan, “Saya sarankan kepada Bapak Ibu semua, masukkanlah 500 rupiah ke dalam celengan bambu setiap hari dengan hati yang ikhlas. Uang ini bukan hanya dari satu orang saja, tetapi dari semuanya. Sedikit demi sedikit, ia akan membangun banyak rumah, masjid, sekolah, pesantren. Memberi naungan bagi mereka yang mencari harapan.”
Hoklay kembali menyambung, “Sekecil apa pun sumbangan kita, jika kita ikhlas, ridho, dan rela, maka itu akan menjadi kebaikan untuk kita. Kita berdoa semoga uang ini bisa bermanfaat bagi semua makhluk hidup. Pikiran dan perbuatan yang baik akan membawa kebahagiaan dalam hidup kita.”
Koin yang berjatuhan terdengar nyaring saat peserta menuangkan isi celengan bambu mereka.
Sementara itu, Ustaz Syahlani mengingatkan, “Jika ada waktu dan kesempatan untuk berbuat baik, maka lakukanlah. Kita harus bersyukur karena Allah telah memberikan nikmat sehat sehingga kita bisa berkumpul di sini hari ini.”
Momen yang dinanti pun tiba. Satu per satu, tangan-tangan penuh ketulusan menggenggam celengan bambu mereka, memeluknya sejenak seolah menitipkan harapan di dalamnya. Perlahan, mereka menuangkan isinya ke dalam wadah besar.
Suara koin yang berjatuhan terdengar nyaring, berpadu dalam harmoni, bagaikan tetesan hujan yang jatuh ke tanah kering, membawa kehidupan dan menumbuhkan harapan. Keping demi keping, harapan itu jatuh dalam satu tujuan: menjadi jembatan bagi mereka yang membutuhkan. Setiap rupiah yang dikumpulkan bukan sekadar nilai materi, tetapi pancaran kasih yang mengalir tanpa henti.
Doa, Kebersamaan, dan Perayaan
Momen haru terus berlanjut dalam sesi doa bersama. Di tengah suasana yang syahdu, setiap doa mengalun bagai cahaya yang menghangatkan, menyatu dalam harapan akan dunia yang lebih penuh kasih dan kebaikan.
Peserta yang berulang tahun menerima doa dari Ustaz Syahlani.
Gathering kali ini juga menjadi wadah perayaan ulang tahun bagi beberapa peserta. Dalam lingkaran kebersamaan, mereka menerima ucapan selamat dan doa, merasakan bahwa keluarga sejati tak selalu terikat oleh darah, melainkan oleh kepedulian dan kasih yang tulus. Dengan penuh ketulusan, Ustaz Syahlani memimpin doa bagi mereka yang bertambah usia, seraya mengirimkan harapan baik bagi dunia.
Jelang akhir acara, paket Lebaran dibagikan kepada para penerima bantuan yang merayakan. Lebih dari sekadar bingkisan, paket ini adalah simbol kasih yang terus mengalir, menghubungkan hati dalam jalinan kepedulian.
Menjelang akhir acara, paket Lebaran diserahkan kepada penerima bantuan yang merayakan.
Gathering Gan En Hu bukan sekadar menanamkan nilai berbagi, tetapi juga menginspirasi para penerima bantuan untuk turut menjadi insan yang peduli. Banyak dari mereka yang akhirnya bergabung dalam barisan relawan, mulai memilah sampah di Depo Pendidikan Pelestarian Lingkungan, ikut serta dalam kegiatan bakti sosial, bahkan menabung di celengan bambu untuk berbagi dengan sesama.
Editor: Khusnul Khotimah