Saling Belajar dan Berbagi

Jurnalis : Yuliati, Fotografer : Yuliati

Di hari keenam kunjungannya (12/08/15), sebanyak 19 Tzu Ching didampingi para santri dalam sesi pengenalan lingkungan Pesantren Nurul Imam. Radiansyah (jas biru) memanfaatkan kesempatan yang ada untuk mengasah Bahasa Mandarinnya.

Hampir seminggu relawan muda-mudi Tzu Chi (Tzu Ching) Taiwan berada di Indonesia dalam kegiatan kelompok pendidikan budaya humanis Tzu Chi Indonesia musim panas tahun 2015. Di hari keenam kunjungannya (12/08/15), sebanyak 19 Tzu Ching yang didampingi relawan pendamping bertolak menuju Pondok Pesantren Nurul Iman yang terletak di Parung, Bogor. Dalam kunjungannya kali ini, mereka ingin mengenal dan merasakan kondisi lingkungan kehidupan pondok pesantren. Kehadiran mereka pun mendapat sambutan hangat dari para santri dan relawan Tzu Chi Tangerang. Para santri yang mendampingi Tzu Ching pada sesi pengenalan lingkungan ini mengajak mereka melihat langsung kegiatan sehari-hari seperti pembuatan batu bata dan pemilahan sampah daur ulang, perikanan, peternakan sapi dan kambing, penyediaan makanan untuk belasan ribu santri, dan kegiatan lain yang dilakukan oleh para santri sendiri.

“Kami melihat kehidupan mereka yang mandiri. Semua profesi ada di pesantren, murid saling membantu dan hidup bersama,” ucap Mengjia Wang, salah satu Tzu Ching dari Taiwan. “Saya merasa kita harus belajar dari mereka, mahasiswa di Universitas Taiwan tidak seperti murid pesantren yang begitu bersemangat. Energi dan keramahan mereka ada yang perlu dipelajari oleh mahasiswa Taiwan,” ujarnya.

Para santriwati menyambut hangat kehadiran para Tzu Ching dan relawan pendamping yang mengunjungi ruang belajar di Pondok Pesantren Nurul Iman, Parung, Bogor. Mereka pun saling bersalaman.


Dalam interaksi langsung bersama para santri, para Tzu Ching mengajak para santri bermain games. Salah satu santri menunjukkan hasil gambarnya dengan mata tertutup kepada Tzu Ching.

Meskipun berbeda budaya, ras, dan agama namun kehangatan di antara mereka terus diwarnai dengan canda tawa yang merekah di bibir setiap insan selama interaksi berlangsung yang dikemas dalam berbagai permainan. “Awalnya saya berpikir di sini sangat serius dan tidak ceria, tetapi setelah datang sendiri saya menyadari bahwa di sini dipenuhi tawa, sangat optimis,” ujar Meng Jia Wang tersenyum.

Senada dengan Meng Jia Wang, salah satu senior Tzu Ching yang juga turut mendampingi para Tzu Ching dalam kunjungan ini, Shi-Wen Chen merasakan kemandirian dan semangat para santri. Ia juga mengaku terharu setelah berada di pesantren yang memiliki luas 90 hektar ini. “Lingkungan ini membuat kita merasa tenang, semua orang di sini umat Muslim yang sangat tulus dan membuat perasaan kita sangat damai,” ujar Shi-Wen Chen. “Mereka semua menjalani kehidupan yang mandiri, membuat batu bata sendiri, mengumpulkan barang daur ulang dan menjualnya, kemudian mendapatkan uang untuk kebutuhan makan dan tinggal para siswa di sini,” tambahnya. Bahkan setelah melihat dan mengalami sendiri kondisi lingkungan di pesantren, ia berharap setiap orang selalu menyadari berkah dan bersyukur dengan apa yang dimiliki.

Meng Jia Wang turut ikut bermain games bersama para santri dengan sukacita.


Salah satu senior Tzu Ching yang juga turut mendampingi para Tzu Ching dalam kunjungan ini, Shi-Wen Chen (tengah) merasakan kemandirian dan semangat para santri dalam menjalani kehidupan mereka.

Salah satu santri, Radiansyah yang sedari awal mendampingi para Tzu Ching terus menggunakan kesempatannya untuk berinteraksi dengan mereka bahkan kesempatan baik ini dijadikan ajang untuk praktik langsung kemampuan Bahasa Mandarinnya. “Setiap tahun mereka datang dari Taiwan ke (pesantren) Nurul Iman untuk berbagi ilmu. Selain itu Bahasa Mandarin kita bisa lebih lancar,” ujar mahasiswa semester tujuh fakultas Tarbiyah ini. “Mereka sangat welcome dengan kami tidak memandang ras, suku, bahasa. Tidak ada perbedaan antara kami dan mereka, persahabatan Tzu Chi Taiwan, Indonesia, dan Nurul Iman masih terjalin erat,” imbuhnya. Kunjungan persahabatan di pesantren Nurul Iman ini membuat para Tzu Ching dan para santri saling belajar dan berbagi pengalaman untuk memberikan inspirasi baru pada mereka.


Artikel Terkait

Berbicaralah secukupnya sesuai dengan apa yang perlu disampaikan. Bila ditambah atau dikurangi, semuanya tidak bermanfaat.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -