Saling Belajar dan Saling Menyemangati

Jurnalis : Khusnul Khotimah, Fotografer : Mery Hasan (He Qi Barat 2)


Kunjungan relawan Tzu Chi, komunitas He Qi Barat ke Panti Asuhan Pondok Pesantren Al Mubarok pada Minggu, 14 April 2019 ini diramaikan dengan berbagai games, perkenalan, dan juga Yel-Yel. Paling kanan adalah Vachell Christiansen, salah satu anak Tzu Shao.

Isak tangis Putri saat menceritakan kisah hidupnya membuat semua orang di ruangan itu, termasuk anak-anak Tzu Shao dan relawan Tzu Chi bekaca-kaca. Sudah 10 tahun Putri tinggal di Panti Asuhan Al Mubarok dari kelas 2 SD hingga kini kelas 2 SMK. Sesi sharing ini mengajarkan bahwa semua orang patut bersyukur dengan keluarga yang dimiliki.

“Saya tiga bersaudara, saya anak pertama. Ayah saya meninggalkan keluarga saat saya kelas 2 SD. Karena kesulitan ekonomi, kerabat saya menyarankan ibu saya untuk mengirim saya ke panti ini,” kenang Putri.

Meski sedih, tapi Putri bertekad untuk menjadi anak yang baik dan rajin belajar selama tinggal di panti. Tak pernah lupa, Putri juga selalu mendoakan kedua orang tuanya. Ibu Putri saat ini bekerja sebagai asisten rumah tangga.


Putri yang sudah 10 tahun tinggal di panti, berbagi kisah tentang hidupnya. 

“Di sini saya belajar dengan baik berbagai macam ilmu. Waktu kelas 2 SMP, ayah saya meninggal. Dari situ saya belajar untuk menjadi orang yang lebih baik lagi. Ibu juga selalu menyemangati saya,” tambah Putri.  

Tinggal di Panti Asuhan Al Mubarok di Batu Ceper, Kota Tangerang ini membuat Putri tumbuh dengan bekal ilmu agama yang baik. Ia juga merasa memiliki keluarga besar, apalagi Tzu Chi beberapa kali datang berkunjung. Dalam kunjungan pada Minggu, 14 April 2019 ini, tak cuma relawan saja, tapi juga 47 anak-anak Tzu Shao dari Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng, dari siswa SMP hingga SMA yang berbagi keceriaan melalui games dan juga oleh-oleh.

“Tzu Chi datang ke Al Mubarak, saya sangat bersyukur. Kami juga bisa saling berbagi pengalaman dengan teman-teman di Tzu Chi. Ketawa bareng, berinteraksi, jadi kita kenal tak hanya di lingkungan kita saja,” kata Putri yang diamini teman-temannya.


Sebanyak 47 anak-anak Tzu Shao dari Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng berbagi keceriaan dengan anak-anak yang tinggal di panti.

Kunjungan ini juga dimanfaatkan anak-anak Tzu Shao untuk mempraktikkan budaya humanis yang selama ini diajarkan di sekolah. Terutama bagaimana sedari dini bisa berbagi dengan orang lain. Karena itu sepanjang acara yang dimulai sejak pukul 09.00 hingga 12.00 WIB ini, Vachell Christiansen, salah satu anak Tzu Shao benar-benar berbaur dengan anak-anak panti. Tak tampak canggung sedikit pun, Vachel dan anak-anak yang tinggal di panti bersenda gurau seperti sudah kenal lama.

“Saya merasa senang-senang saja di sini, mengobrol juga dengan teman-teman di sini, ada juga yang bercerita sejak kapan mereka tinggal di sini,” kata Vachell yang baru kali ini berkunjung ke panti asuhan.

Bagi Vachell, sharing yang disampaikan Putri begitu menyentuh. Apalagi kisah Putri juga mirip dengan kisahnya.


Anak-anak menikmati keceriaan dan rasa kebersamaan dengan anak-anak Tzu Shao serta relawan Tzu Chi.

“Sama seperti cerita saya sih karena papa kandung saya meninggalkan saya saat TK. Waktu saya kelas 3 SD, papa kandung saya sudah meninggal. Bersyukur mama bisa kerja buat keluarga, sekarang sudah ada papa tiri dan dua adik. Sekarang juga sudah ada rumah dan keadaannya sudah lebih baik,” kata Vachell yang murah senyum ini.

Pada kunjungan kali ini, anak-anak usia balita hingga SMP dikumpulkan di kelas yang terpisah dengan kakak-kakak mereka di tingkat SMA dan SMK. Di kelas usia balita hingga SMP ini suasananya tak kalah meriah. Games-games yang dimainkan membuat anak-anak harus berani maju ke depan sehingga merangsang keberanian dan rasa percaya diri mereka. Berbagai hadiah seperti tas dan alat tulis serta boneka diberikan kepada anak-anak yang membuat mereka bergembira.


Kepada anak-anak, Joliana mengatakan bahwa semua orang punya talenta, masing-masing punya keunikan, karena itu jangan sampai rendah diri. Anak-anak harus berpacu dan semangat untuk mengembangkan potensi diri.

Joliana (49), relawan Tzu Chi yang penyayang ini juga memotivasi anak-anak untuk giat belajar dan mengejar cita-cita mereka. Joliana menceritakan kisah hidupnya yang penuh dengan perjuangan. Saat kelas 3 SD, Joliana sudah tidak memiliki ayah. Ibunya yang seorang ibu rumah tangga akhirnya berjualan. Saat itu kakaknya baru SMP dan adiknya masih TK. Keluarganya saat itu tinggal di rumah sempit di wilayah Bandengan, Jakarta, dan sering sekali kebanjiran.


Beberapa anak juga diminta untuk menceritakan kesan dan pengalaman mereka.

Meski menjalani hidup yang susah, sang ibu selalu mengajarkan Joliana dan dua saudaranya untuk hidup benar, jujur dan selalu berusaha. Joliana kecil bercita-cita tidak mau hidup susah lagi. Karena itu sehari-hari Joliana giat membantu orang tua, dan selalu ingat nasihat ibunya untuk belajar yang rajin, karena anak pintar mudah masuk sekolah dan mudah mencari kerja. Karena itu Joliana selalu meraih juara kelas dan sering mendapat kemudahan untuk masuk ke sekolah negeri. Dalam bekerja ia juga meraih karir yang baik sebagai senior finance accounting manager. Joliana kecil yang harus jalan kaki jauh ke sekolah, kini sudah bisa keliling ke 38 negara.


Sebelum acara berakhir, anak-anak bernyanyi bersama. 

“Karena saya benar-benar pelakunya, benar-benar menjalani. Saya tahu betul hidup susah itu seperti apa, dan untuk mengubahnya juga saya tahu. Jadi saya lebih mudah untuk menceritakan kepada mereka karena itu kisah hidup saya sendiri,” ujar Joliana yang kini sudah pensiun.

Dengan pencapaian itu, Joliana kini banyak melakukan kegiatan sosial untuk menciptakan kembali berkah yang sudah ia terima. 

“Jadi apa yang saya lakukan saat ini di Tzu Chi, semua itu adalah ungkapan rasa terima kasih saya. Saya pikir saya harus melakukannya untuk orang lain lagi, berbagi lagi untuk orang lain. Jadi tak hanya berkahnya di saya saja,” tutur Joliana yang menjadi relawan Tzu Chi sejak tahun 2011 ini.  


Anak-anak Tzu Shao dari Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng banyak belajar dari kunjungan ini, terutama bagaimana agar selalu bersyukur. 

Dengan untaian kata yang disesuaikan dengan anak-anak itu, Joliana menyemangati anak-anak kalau dirinya bisa, anak-anak di panti juga bisa meraih cita-cita mereka.

Pengasuh Panti Asuhan, Hj. Mukminah selalu senang dengan kedatangan relawan Tzu Chi yang selalu memberikan motivasi yang sangat berguna bagi anak-anaknya. Saat ini ada 85 anak yang tinggal di panti. Sementara sekolah yang dimiliki panti ini kini memiliki sekitar 200 siswa.

Alhamdulillah dengan kunjungan dari Tzu Chi ini. Apalagi relawan Tzu Chi sangat santun, sangat tertata sikapnya, bahasanya. Kita harus saling memperkuat jalinan silaturrahmi,” tutur Hj. Mukminah.


Editor: Metta Wulandari


Artikel Terkait

Saling Belajar dan Saling Menyemangati

Saling Belajar dan Saling Menyemangati

22 April 2019

Isak tangis Putri saat menceritakan kisah hidupnya membuat semua orang di ruangan itu, termasuk anak-anak Tzu Shao dan relawan Tzu Chi bekaca-kaca. Sudah 10 tahun Putri tinggal di Panti Asuhan Al Mubarok dari kelas 2 SD hingga kini kelas 2 SMK. Sesi sharing ini mengajarkan bahwa semua orang patut bersyukur dengan keluarga yang dimiliki.

Kunjungan ke Panti Asuhan Pondok Pesantren Al Mubarok

Kunjungan ke Panti Asuhan Pondok Pesantren Al Mubarok

03 November 2015

Minggu, 18 Oktober 2015 merupakan kali pertama relawan  Yayasan Buddha Tzu Chi komunitas (Heqi) Barat melakukan kunjungan ke Panti Asuhan Pondok Pesantren Al Mubaro. Kunjungan ini merupakan salah satu rasa kepedulian relawan terhadap sesama.

Beramal bukanlah hak khusus orang kaya, melainkan wujud kasih sayang semua orang yang penuh ketulusan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -